Bab 21 - Malam Kelam

2.4K 255 53
                                    

Welcome back

⚠️ Crime Scene + Harsh Word  + Blood⚠️

Happy Reading (⌒o⌒)

"Gue kira akhir bahagia itu emang ada di kehidupan nyata, tapi ternyata nggak ada ya di dalam hidup gue?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue kira akhir bahagia itu emang ada di kehidupan nyata, tapi ternyata nggak ada ya di dalam hidup gue?"

— Nestapa Hema bab 21 —

Sore itu setelah kedatangan Joan di pekarangan rumah, suasana di dalam bangunan megah nan mewah ini berubah menjadi sangat canggung. Tidak ada pembicaraan di antara Joan, Henita, maupun Hema.

Berulang kali Henita menelisik jauh raut wajah suaminya, namun dia sama sekali tidak mendapati tanda-tanda kemarahan yang terpancar. Yang ada hanyalah ekspresi dingin, datar, dan tegas khas milik Joan.

Waktu menunjukkan pukul tujuh malam, saat ini keluarga kecil Joan tengah makan malam. Semua orang sibuk memakan makanannya. Tidak ada yang berbicara sedikit pun. Di ruangan ini hanya terdengar dentingan antara alat makan dengan piring yang saling berbentur.

Akan tetapi, tidak seperti suasana sunyi yang berlangsung di ruangan ini pada kenyataannya  Hema terlihat sangat tegang duduk di bangkunya.

Bahkan terlihat peluh yang membasahi kedua sisi wajahnya. Entahlah, sejak ia melihat Joan pulang debar pada jantungnya tidak kunjung berdetak dengan normal.

Pikirannya ramai dipenuhi oleh dugaan dan prasangka yang akan menimpanya malam ini. Malam kelam yang menyakitkan akan dimulai kembali, tubuhnya pasti akan merasakan sakit dan nyeri dalam satu waktu, begitu duganya.

Hingga menit kemudian, suara berat Joan memanggil.

"Hema."

Bagaikan tersetrum oleh listrik berskala tinggi saraf pada tubuh Hema menegang. Debar pada jantungnya kian memberontak berpacu lebih cepat. Tidak terkecuali dengan Henita.

Wanita paruh baya itu sama tegangnya seperti yang Hema rasakan. Bahkan saat Joan memanggil Hema, Henita langsung menghentikan aktivitas makannya untuk kemudian menatap Joan dengan tertegun.

"I-iya Pa?"

Tanpa menghentikan aktivitas makannya, Joan bertanya, "Tadi kerja kelompok dimana?"

"Di rumah Jevan, Pa."

Joan terkekeh mendengar jawaban putranya.

"Tugas kelompok apa?"

"Tugas...," Hema merasa sangat gugup.

"Tugas apa?"

"Tugas  Sosiologi, Pa."

Joan masih terlihat sibuk memotong daging pada piringnya sambil tersenyum smirk.

Nestapa Hema  [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang