Chapter 29 ~ Lunar's Quote

624 62 10
                                    

𝕎𝕖𝕚𝕛𝕦𝕟'𝕤 ℕ𝕠𝕥𝕖 :

"Laķhār ñeđím?" (Menjemput kemana?) Lunar bertanya lagi. Aku menghembuskan napas. Tidak memedulikan pertanyaan Lunar.

Aku masih mencari kata kata yang tepat untuk mejelaskan situasi. Rumah ini sedang punya krisis,malah orang ini mau menjemput Boboiboy.

Ya Tuhan..

"Boleh aku bertemu Boboiboy setidaknya?" Laksamana Tarung bertanya lagi. "Begini.."

...

"Sebenarnya Boboiboy sedang stress berat. Baiknya kita tidak mengganggu" Kata ku singkat. Laksamana Tarung belum mengerti,jelas terlihat dari matanya. "Cďęřyà mšáķáźhķ?" (Mau beritahu?) Aku bertanya pada Lunar. Meminta pendapatnya.

Lunar terdiam sejenak,tapi akhirnya ia mengangguk samar. "Boboiboy kehilangan anggota keluarganya,jadi tolong pengertiannya,Laksamana Tarung."

Dia terdiam.

"Anggota yang mana. Dia sudah sebatang kara,dia hanya punya Kami" Lihatlah caranya bicara. Tidak sadar diri kalau dia yang membuat Boboiboy sendirian.

"Boboiboy tidak pernah sebatang kara,Laksamana. Kami ada bersamanya. Hanya saja suasana hatinya sedang tidak bagus karna kehilangan Reverse." Aku menyenderkan kepala ku pada sofa. Menghela napas berat,menatap Lunar yang menunduk.

"Reverse?"

Aku mengangguk takzim,lalu membuang muka. "Mati maksudnya?" Aku mengangguk lagi,sekilas,meliriknya yang ikut menunduk. Ekspresinya sulit aku baca. Senang tidak,sedih tidak.

"Aku turut berduka" Aku berdehem. "Boleh aku melihat Boboiboy?" Aku melototkaget padanya. Sudah tau kondisi masih mau bertemu? Ya Tuhan,sungguh. Terbuat dari apa orang ini?

"Aku tidak yakin,Laksamana. Ia butuh waktu sendiri" "4 hari tidak cukup?" Aku menyeritkan dahi ku. "Maksudku,seharusnya bahkan Boboiboy berangkat 4 hari lalu. Kami sudah memberi tenggat"

"Hey,dengar. Apakah kalian pengambil pajak? Ada apa dengan otak mu? Ada batu yang mengganjal disana? Belum ada 5 menit berlalu aku baru mengatakan ia butuh waktu sendiri. Reverse pergi. Boboiboy belum bisa menerimanya. Jangan ganggu dia. Pergilah" Aku membuang muka lagi.

Ada apa sebenarnya dengannya. Emosi ku sudah mulai tersulut. Aku memutar bola mataku,berbarengan dengan helaan napas ku yang kesekian kalinya.

"Vákhěr ģóšághò?" (Perlukah aku yang mengurusnya?) Lunar bertanya. Aku diam,berpikir. Bagus juga kalau Lunar yang mengurusnya. Tapi akhirnya aku menggeleng,bisa bahaya jika Lunar yang mengurusnya.

Bisa bisa Laksamana Tarung tidak akan pulang dengan utuh. Bagian tubuhnya tidak ada yang aman jika Lunar sudah memegang pedang. Sudahlah,lupakan.

"Baiklah,aku tidak akan membicarakan T.A.P.O.P.S. Cukup melihat kondisinya." Aku menghela napas kesal. "Yasudah,ayo"

Kami naik,aku mengetuk pintu kamar Boboiboy yang engselnya agak berkarat. "Boboiboy...boleh aku masuk?"

..

Senyap. Tidak ada jawaban,tentu saja. Boboiboy menolak berbicara. Stressnya cukup berat,sudah mulai memasuki tahap depresi ringan. Aku kasihan,ingin membuatnya ceria lagi. Tapi aku hanya orang luar...

"Aku masuk ya.." Kata ku sambil membuka pintu. Boboiboy masih duduk mendekap lututnya. Matanya sayup,merah. Efek tidak tidur. Napasnya tipis,hampir tidak terdengar jika ia bernapas. Pandangannya kosong,kamarnya berantakan.

"Boboiboy..ada tamu. Tolong layani ya" Kata ku berjongkok untuk melihat matanya yang terus menatap sprei soft blue polosnya. Aku berbalik,melihat ke arah Laksamana Tarung.

Identitas Yang Telah Tiada 2 : Recall Every Single Memory Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang