Aku menghela napas berat. Tidak. Bukan napas ku yang berat. Tapi langkah ku. Aku meninggalkan Adik ku di dimensi lain,lantas hendak menyerah dengan keadaan.
Aku menatap permen milkita yang Wanwei berikan. Ada 3 bungkus,coklat,stroberi,dan vanilla. Ini yang membuat ku tidak mau membuka pintu kayu yang ada di depan ku. Permen coklat. Boboiboy menyukai rasa coklat. Ku remas semua permen itu,lalu memasukkannya ke saku.
Aku melihat pakaian ku. Orang tua itu pasti akan marah besar jika dia melihat pakaian ku ini. Ah,tidak. Justru ini adalah kesempatan. Jika aku melanggar aturan,aku akan di bebaskan dari status Putra Mahkota,lalu aku bebas meninggalkan istana,lalu aku tidak akan membahayakan siapapun lagi.
Baiklah,aku siap.
Kreek...
Suara pintu kayu tua ini memekakkan telinga ku. Aku menyeringai puas melihat orang tua itu terbaring lemah di ranjang tidurnya.
Dia terbelalak saat melihat aku yang berdiri di ambang pintu. Tanpa mengetuk,tanpa suara,tanpa tatak rama. Oh,ini menyenangkan.
"Aķh.." (kau..) lirihnya lemah. Aku tak kuasa menahan tawa,maka lepaslah semua tawa ku yang terdengar seram. "Ýèź,ŕěqķù mèssíèj? àmòùŕ mèšj ģòmù,Ámď." (Lihat,apa kata ku? Aku bisa mengendalikan magis lebih hebat,Ayah.) Kata ku dengan nada menyindir. Orang tua itu menggerang,tentu saja tanpa bisa melakukan apapun.
"Hjó wàr ťàv hèmķ šèjķŕ." (Dasar anak tak tahu mengenang budi.) Aku terdiam. Senyum tipis ku hilang,memudar. Suasana senyap diantara kami sebentar. "Eh,fàš ťòźŕ?" (Heh,sudah tidak bisa berkata kata?) tanya orang tua itu. Aku menunduk,tangan ku menyisir rambut depan ku disusul tawa khas ku lagi.
"Àmèŕèsțà ìķh ťèŕķô. Màķ ñà ɾҽʋҽɾʂҽ,ģòßŕàŕ țòķh." (Kau itu lucu sekali. Aku seorang Reverse,mana mungkin bisa kehabisan kata kata) Kata ku. "Mèķŕ. Řèmď ťèŕť ďďěáķ. Jùŕ mèñķ óvñì. Hàm ğķòşķ hàbèhķ!" (Menjijikan. Aku sudah menyiapkan nama yang bagus untuk mu. Apa bagusnya nama rendahan bangsa manusia!) Aku tertegun diam. Dia menghina bangsa Manusia. Bangsa Adikku. Bangsa Boboiboy. Lantas masih pantas kah dia hidup?
Tangan ku terjulur ke depan sedada.
Tak
Pisau andalan ku hampir menyentuh pipi orang tua itu. Pisau itu menancap di dinding dengan tenang. "Ķèŕťèźà" (Tutup mulut sampah mu.) Kata ku tajam. Orang tua itu menelan ludah takut takut,tapi tatapannya masih sok berani――menatap lekat langsung ke mata ku.
"Yàkh mèďŕñ àñíš mèŕťę" (Bahkan tetua saja tidak berani menatap lekat mata ku) Sambung ku tertawa sambil membuka telapak tangan,menarik pisau ku kembali pada tempatnya.
"Ķáŕțè Ñìțáś męŕďèñ" (Karna mata mu hanya menyiratkan iblis.) Aku mendengarkan saja gumaman orang tua itu. "Mhm,ķèŕ,èŕďùñ. Mèš ávť ďèŕšýáņ,ģèŕťùm áŕțà. Fèšţè ķòñďťèf ģèšțàğhò.. Ĺèř mùšàğhò khaf. Kèm,Ťáfķhā" (Mhm,ya,terserah. Aku hanya berkunjung,tidak lama aku akan pulang. Salam buat jiwa mu yang sebentar lagi akan mati. Jangan repotkan orang orang,ya. Jika kau merepotkan mereka nantinya,aku akan merasa kasihan pada mereka yang kau repotkan. Dadah,Yang Mulia) Kata ku,lalu memasukkan tangan ke saku,tepatnya menyimpan pisau ku.
"Ğòšťá ķèf Váshĺàŕ?" (Tidak bertanya tentang Vashlar?) Saat itu juga,aku mau berhenti dan berbalik. Tapi berbalik bukanlah cara Reverse. Reverse tidak pernah melihat ke belakang setelah berjalan meski hanya satu langkah ke depan. Tidak ada melihat kebelakang lagi. Tidak akan.
Tek..
Aku berlalu. Aku masih bisa mendengar tawa menjijikan orang tua itu. Keras kepala,katanya dengan bahasa ku. Aku mendengus kesal,ya,jika aku tidak keras kepala,aku akan berbalik dan bertanya tentang Vashlar. Tapi aku tidak pernah berbalik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Identitas Yang Telah Tiada 2 : Recall Every Single Memory
Fanfiction𝕸𝖊𝖓𝖌𝖎𝖓𝖌𝖆𝖙 𝕯𝖎𝖆. 𝖄𝖆𝖓𝖌 ỉᦔꫀ᭢ᡶỉᡶꪖక᭢ꪗꪖ 𝕾𝖊𝖑𝖆𝖑𝖚 𝕿𝖊𝖗𝖘𝖊𝖑𝖎𝖕 𝕯𝖎 𝕻𝖎𝖐𝖎𝖗𝖆𝖓 𝕶𝖚. 𝖄𝖆𝖓𝖌 𝕾𝖊𝖑𝖆𝖑𝖚 𝕸𝖊𝖒𝖇𝖆𝖜𝖆 𝕾𝖆𝖐𝖎𝖙 𝕶𝖊 𝕶𝖊𝖕𝖆𝖑𝖆𝖐𝖚 𝕾𝖆𝖆𝖙 𝕬𝖐𝖚 𝕸𝖊𝖑𝖎𝖍𝖆𝖙 𝕾𝖎𝖑𝖚𝖊𝖙 𝖂𝖆𝖏𝖆𝖍𝖓𝖞𝖆. ...