Chapter 24 ~ Recall His Memory

487 53 5
                                    

𝕃𝕦𝕟𝕒𝕣'𝕤 ℕ𝕠𝕥𝕖 :

"Lunaaar. Turun,ayo!" Tuan Muda memanggil ku untuk kesekian kalinya. Sementara aku? Berkutat dengan pedang baja dan tanaman jalar berwarna hitam merah ini.

Menjijikan.

"Lunaaaaar?" Suara Tuan Muda mendekat seiring tanaman menjalar ini semakin banyak memenuhi ruang kosong. Semuanya muncul dari atap tiba tiba.

Beberapa menit sehabis Tuan Muda,Solar dan Psikiater pergi,tepat saat aku hendak berdiri setelah merenung sesaat,tanaman jalar itu muncul dan melilit kaki kiri ku.

Syukur pedang tidak pernah lepas dari ku.

Ugh,belum pernah aku mengabaikan panggilan untukku sebelumnya. Hal kecil seperti ini akan merusak pandangan baik orang lain pada ku,dan aku benci itu.

"Lunar ngapain?" Ah,Tuan Muda muncul tiba tiba di belakang ku,membuat tanaman jalar itu menjadikannya target.

"Tuan Muda lindungi kepala,duduk berlutut!" Seru ku padanya. Aku bisa merasakan anggukan cepatnya.

Aku mengibaskan pedang ku ke arah kanan,datang tanaman jalar dari kiri,begitu pun sebaliknya.

Aku tidak bisa meminta Tuan Muda turun kebawah,karna semua tanaman sialan ini pasti akan mengikuti.

"VÀĶHŘŰM!" Teriakku saat aku mengibaskan pedang ku lagi. Aku baru ingat aku bisa mengendalikan Gelap.

Satu kata cukup bagi ku untuk membuat keadaan gelap gulita bagai malam tanpa cahaya penerangan ataupun bulan dan bintang.

Sarung tangan dan atribut kstaria ku yang memiliki warna violet bersinar terang. Semua itu adalah bagian vital ku dimana kekuatan ku bertumpu dibagian itu.

Seragam Hitam―Violet itu Pangeran Mahkota seluruhnya yang memberikan padaku. Setiap incinya memiliki magis tersendiri untuk menjamin keamanan ku selagi aku ada dibawah naungan kekuasaannya.

Aku berlutut,mengikis jarak antara aku dan Tuan Muda. "Tuan Muda jangan bergerak,tutup mata Tuan Muda" Perintah ku sehalus mungkin.

Tuan Muda mengangguk lagi. Ini sulit,melawan tanaman yang membabi buta tetapi harus melindungi orang lain belum pernah aku rasakan.

Biasanya aku hanya perlu mengucapkan satu sampai 5 kata untuk membunuh musuh ku dalam hitungan milidetik.

Tapi aku tidak bisa sembarangan. Apa lagi yang aku lindungi itu Tuan Muda. Adik Pangeran Mahkota.

Aku menghela napas,lalu berdiri,menghilangkan pedang ku. Melepas kedua sarung tangan yang hanya aku cuci 5 tahun sekali dengan warna Violet dan hitam ini berat rasanya.

Entahlah,selain saat aku cuci,belum pernah aku melepasnya. Pertama kalinya aku melepaskannya untuk menurunkan tekanan kekuatan ku.

"Ýhýelìr avďè ķelľèr mèŕn. Váñ mèŕ. Ŕèģ řéš káhéŕ ñedìm. Áķh." (Aku menarik mu kembali dari persembunyian. Sinar bulan yang telah mati. Aku kembalikan pada mu yang mengambil apa yang telah menjadi milikku.)

Suasana diam. Aku dan Tuan Muda bergeming,merasakan kegelapan abadi yang menusuk.

Sepersekian detik,semua kembali normal. "Tuan Muda baik baik saja?" Tanya ku langsung. Ia mengangguk lalu berdiri.

Aku baru sadar aku lebih tinggi darinya,yang menyebabkan aku harus agak menunduk saat melihat dan berbicara dengannya.

"Lunar luka?" Aku tersenyum kecil lalu menggeleng mendengarnya. "Kalau begitu,ayo turun!" Serunya sambil menggandeng ku turun kebawah.

Identitas Yang Telah Tiada 2 : Recall Every Single Memory Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang