1. Flashback

3.8K 63 0
                                    

Fourteen years earlier...

Saat itu hujan mengguyur California dengan derasnya. Angin pun tampak tidak ramah hingga mengakibatkan listrik padam di beberapa rumah.

Jujur saja, aku suka hujan, tapi tidak dengan guntur dan kilat. Cahaya kilat tidaklah seburuk guntur yang menggemuruhkan. Namun keduanya tetap membuatku takut karena itu mengingatkanku pada Ibuku ketika dia sedang murka. Yang penyebabnya pasti tak jauh-jauh dari minuman beralkohol, obat-obatan terlarang dan laki-laki.

Seperti hari ini, aku mendapat amukan berdosis ganda karena ada badai yang mengamuk diluar dan monster Ibuku yang mengamuk dalam kemarahannya karena kehabisan obat.

Aku berharap dan berdoa pada Tuhan supaya dia hanya akan mengamuk sesaat dan pergi tidur seperti yang biasa dilakukannya. Tapi sepertinya Tuhan tidak mendengarkan doaku saat ini.

Hujan membasahi kaus tipis dan celana legging-ku. Aku menyelinap keluar jendela sesaat setelah Ibuku selesai melimpahkan amarahnya padaku. Air hujan yang turun menyapa wajahku ikut tercampur dengan air mata dan darah yang mengalir dari luka yang ditinggalkan Ibuku setelah dia mencambuk dan menjadikanku sebagai samsak tinju. 

Secepatnya setelah kaki telanjangku menginjak tanah di luar trailer ku, aku berlari dengan cepat ke arah celah kecil berumput yang membatasi trailer di mana aku tinggal dengan trailer yang sudah di anggap sebagai rumah oleh Jeff. Aku berdoa semoga Ibunya belum membersihkan kamarnya, semoga beliau tidak mengunci jendela kamar itu seperti yang selalu dibiarkan Jeff tidak terkunci untukku.

 Aku berdoa semoga Ibunya belum membersihkan kamarnya, semoga beliau tidak mengunci jendela kamar itu seperti yang selalu dibiarkan Jeff tidak terkunci untukku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika aku naik pada ember tua berukuran lima galon yang kugunakan sebagai tangga, aku merintih saat menemukan bahwa jendelanya telah terkuci. Aku bingung harus bagaimana. Tubuhku semakin menggigil karena hujan bertambah deras. Kakiku bahkan sudah berkerut karena terlalu lama terkena suhu dingin. 

Aku tahu tidak ada gunanya berkeliling di trailer-trailer lain yang terparkir di sekitar rumahku. Ayah Liam ada di rumah dan aku tidak berani masuk ke sana karena pasti Mr.Ramon akan mengembalikan ku ke rumah. Trailer Matthew dan Rad hanya punya jendela kecil yang terlalu tinggi untuk dinaiki oleh kaki kecilku, kecuali salah satu dari mereka menolongku.

Sebuah isakan kecil keluar dari bibirku saat aku menyibakkan rambut basah dan kusut dari wajahku. Rasanya sangat sakit ketika aku menyentuh pipiku yang ternyata membengkak. Ibuku memang seseorang yang ahli dalam menampar wajahku. Dan hari ini, sekali lagi dia tepat pada sasaranya.

Aku semakin panik saat mendengar suara berisik dari seberang halaman rumput kecil. Gawat. Itu Ibuku. Sepertinya dia menyadari ketidakberadaanku dan kembali mencari ku. Jantungku berpacu. Dengan cepat otakku mencari cara. Kutarik drum yang menopang trailer Jeff dengan sekuat tenaga hingga drum itu tidak sengaja mengiris sedikit tanganku. Rasanya perih, tapi ku abaikan. Setelah berhasil menariknya kebelakang aku segera merangkak dan bersembunyi di bawah sana.

Living With The RockersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang