2. Another Concert

2.5K 60 0
                                    

Present day...

Aku membuka mata begitu bus berhenti. Sambil meringis, aku mendorong diri untuk bangun dari sofa dan melihat sekilas keluar. Beberapa bus wisata terparkir di parkiran sebuah hotel. Bus lainnya penuh dengan para kru dan dua trailer beroda delapan belas di tarik di belakangnya, penuh dengan segala perlengkapan panggung dan band.

Aku menggeliatkan badan. Rasanya sudah sangat lengket dan ingin segera mandi, tapi aku tidak bisa melakukan itu. Banyak hal yang harus kulakukan sekarang.

Berdiri, aku berjalan menuju bagian belakang bus untuk membangunkan yang lain. Rad tengkurap di tempat tidur paling bawah. Dia memegang sebotol Jack Daniel's di tangannya, setengah botolnya telah kosong. Di atasnya Matthew sedang mendengkur, bass-nya di dekap erat ke dadanya. Di sisi lain Liam sedang mengigau, bergumam tentang beberapa 'pengacau'.

Sambil mendesah, aku mengguncang bahunya terlebih dahulu. 

"Liam!" aku mendekat ke telinganya dan meneriakkan namanya.

Mereka semua tukang tidur yang parah, tapi Liam lah yang terparah. "Liam! Ayolah, bangun!! Mari pergi ke kamar hotel."

Liam menguap kemudian membuka matanya. "Cait, kaukah itu??"

Aku menyeringai ke arahnya. "Memangnya siapa lagi??" aku mencium pipinya lalu menarik lengannya. "Bangunlah, kita sudah sampai."

Ketika dia sudah duduk, aku pindah ke Matthew. Tanganku bergerak menyentuh bass-nya. Dia langsung mengencangkan tangannya di sekitar bass-nya dan bangun. "Aku sudah bangun, Cait!" gerutunya.

"Rad." aku mengambil botol Jack Daniel's dari tangannya dan menutupnya kembali. Punggung telanjang dan tatto Demon's Wings sepanjang punggungnya itu menekuk saat aku membangunkannya. "Ugh, kau benar-benar harus mandi." aku hampir muntah mencium bau minuman keras di napasnya saat dia berbalik dan menarikku ke arahnya. "Bangun kau, pemabuk!"

Rad mencium pipiku sebelum dia melepaskanku dan aku berdiri, bergerak maju menuju bagian paling belakang bus. "Kalian sebaiknya cepat berpakaian. Setelah aku membangunkan Jeff, aku akan mengurus masalah kamar kita. Dan kau Rad, jangan kembali tidur!" aku memperingatkannya saat aku tahu dia akan kembali berbaring. "Aku punya seember air es untukmu jika kau melakukannya."

Aku bisa mendengar dia menggumam mengutukku, tapi aku hanya menyeringai.

Televisi menyala. Aku mematikannya dan menjatuhkan diri di sofa samping Jeff. Dia tidak memakai apa-apa kecuali celana boxer-nya.

Aku tidak bisa berhenti untuk menatap pada dadanya yang keras dan perutnya yang kencang. Aku sudah melakukannya berulang kali sebelumnya, dan rasanya tak pernah bosan. Alih-alih membangunkannya secara normal, aku malah membungkam mulutnya dan mencubit hidungnya. Butuh beberapa detik sebelum akhirnya dia tersentak dan mendorongku jauh. "Sialan!" dia menggerutu tapi membantuku untuk bangun dari tempatku terjatuh.

Aku berdiri sambil tertawa dan meraih kaus Demon's Wings nya. "Apa tidurmu nyenyak?"

"Aku baru saja tertidur beberapa jam lalu." dia mengambil kaus yang aku berikan lalu memakainnya. "Pikiranku sedang kacau. Banyak lagu yang ingin ku tulis di otakku tapi tak bisa ku keluarkan."

Tiba-tiba aku teringat mimpi ku tadi "Jeff, aku tadi bermimpi." aku ikut curhat kepadanya.

Dia menegang, tahu bahwa mimpi-mimpi ku tidak pernah menyenangkan. "Are you okay?" tanyanya sembari meraih tanganku dan menarikku ke pangkuannya. "You wanna talk about it?"

Menenangkanku, dia menyisir rambutku dengan jari-jarinya. Aku memejamkan mata dan menenggelamkan wajahku di ceruk lehernya. Oh tuhan dia begitu harum!

Living With The RockersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang