6. Black Out

1.5K 44 0
                                    

Malam ini adalah konser terakhir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam ini adalah konser terakhir. Sungguh, rasanya aku tidak sabar untuk mengakhirinya. Seharian ini mood ku sangat buruk. Aku rasa aku telah menjadi orang paling menyebalkan karena perubahan suasana hati yang hampir mendekati seperti pasien pengidap kepribadian ganda. Dari gejala yang masih terus ku rasakan hingga saat ini, aku semakin takut jika tebakanku benar. Jangan-jangan aku memang mengidap penyakit kanker atau apalah itu. Jujur, ini sangat membuat kecemasanku bergolak.

Para priaku berjalan di atas panggung dengan lampu-lampu yang memantul dan berkedip seirama dengan hentakan musik. Penonton masih menggila. Saat pembukaan konser tadi, Jeff berjanji kepada mereka akan membawakan lagu yang baru Jeff selesaikan. Dia juga berjanji lagu itu nantinya akan ikut dimasukkan ke album mereka selanjutnya. Itu sangat mengejutkanku, tak urung dengan ketiga priaku yang lain. Karena memang Jeff tidak pernah membicarakan untuk menambah satu lagu untuk album mereka.

Aku berdiri dengan jarak aman dari panggung, menyiksa diri dengan melihat para gadis berlomba-lomba melemparkan bra dan celana dalam mereka ke arah Jeff. Dan seperti biasa, Jeff menanggapi itu dengan santai. Ia hanya memberikan senyuman dan tatapan menggoda ke arah mereka yang makin membuat teriakan lautan manusia itu menjadi histeris. Biasanya aku acuh melihat hal biasa seperti itu! Namun untuk malam ini entah mengapa rasanya aku kesal sekali! Aku benar-benar ingin malam ini cepat berakhir!

Seperti seolah-olah kesabaran ku memang sedang di uji, aku merasakan dorongan keras dari balik punggungku. Aku sudah tak bisa menahannya lagi. Dengan kesal, kubalik tubuhku, bersiap menumpahkan seluruh amarahku atau paling parahnya aku akan memakan orang itu hidup-hidup karena sudah merusak pertahanan mood ku yang berusaha ku jaga hingga akhir konser. Namun, saat aku menangkap siapa sosok pelaku perbuatan itu, niatku urung.

"Hi!" sapanya.

Aku mengernyitkan dahi. "Apa yang kau lakukan disini?"

Theo Alexander mendekat ke sisiku dan mengangkat bahunya yang ramping. Aku perhatikan dia punya tatto baru di bagian dalam tangan kirinya. Saat aku menyadari apa yang tertera disana, aku hampir tersedak melihat apa yang tertulis di sana.

'Brie'

"Jadi kalian berdua telah resmi pacaran?" tanyaku sambil mengarahkan daguku ke arah tatto barunya. Dan dia lagi-lagi hanya mengedikkan bahu.

"Aku juga tidak tahu. Dia terlalu rumit." katanya memberitahuku. Dia tahu aku bukan penggemar Gabriella Morietti. Aku benar-benar benci model majalah itu. Perempuan sok suci yang telah tidur dengan Jeff saat kami tour di Australia dan kemudian dengan bangga memberitahukannya. Sejujurnya, dia juga sama bencinya dengan aku. Dan sialnya, Matthew pernah berkata jika kami sangat mirip. Setidaknya itu sudah setahun yang lalu dan sekarang dia sudah bersama Theo walaupun hubungan mereka masih sering putus nyambung.

"Aku hanya kebetulan berada di sekitar sini." Theo akhirnya menjawab pertanyaan awalku. "Sebenarnya aku sedang bosan dan berfikir untuk keluar sejenak. Dan tiba-tiba aku ingin melihat kekacauan apa yang mungkin bisa aku lakukan bersama teman-teman tololmu disini."

Living With The RockersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang