Satu vote dari kalian bisa bikin aku semangat nulis. Ini buktinya, aku bisa update 2 kali dalam sehari !!
So, jangan pelit vote ya, kalau bisa comment juga 💓
Menyiapkan peralatan dan melakukan cek suara adalah hal-hal yang tidak mampu aku lakukan. Jadi, sekarang aku lebih memilih untuk berurusan dengan urusan di belakang panggung. Aku memastikan buffet makan malam telah tersaji rapi sehingga para priaku dapat makan sebelum mereka tampil malam ini.
Kemudian aku mengecek daftarku tentang apa yang harus aku lakukan untuk menyiapkan diri menghadapi group fans di bagian belakang panggung.
Kebanyakan dari mereka adalah perempuan, yang semuanya tentu berharap untuk dapat berakhir di ranjang setidaknya dengan salah satu anggota band Demon's Wings. Sebenarnya aku tidak suka dengan mereka, namun aku tak menunjukkan nya, sebagai gantinya aku hanya memberi tatapan dingin meremehkan ke arah mereka. Mereka pun juga sama, membenciku, karena siapapun penggemar Demon's Wings pasti tahu bahwa hanya akulah perempuan yang berarti bagi semua anggota Demon's Wings.
Aku memastikan fans setia di belakang panggung tetap menempati area yang di sediakan untuk mereka, dimana para keamanan mengawasi mereka laksana elang-untuk menghindari salah satunya masuk ke ruang ganti untuk sebuah 'seks' kilat atau lebih parahnya untuk mencari ketenaran karena telah berhasil membunuh seorang rocker terkenal- sementara aku masih memastikan para priaku sudah diurus dengan baik.
Aku lega begitu memasuki kamar ganti. Mereka makan di sana, begitu pula dengan Rad, walau dia tetap membuatku menggeleng karena aku melihat dia lebih memilih minum Jack Daniel's di banding soda atau air putih.
Dengan gerakan cepat, aku mengambil botol itu dari tangannya dan menggantinya dengan sebotol air dingin lalu menanyakan apakah yang lain membutuhkan sesuatu.
Ketika selesai makan, aku membuang sisa makanan mereka ke tempat sampah dan memastikan bahwa mereka telah memegang sebotol air mineral. Mereka butuh cairan karena konser berlangsung cukup lama dan pastinya menguras tenaga. Terutama untuk Jeff yang memegang posisi sebagai vokalis dimana dia selalu bernyanyi sambil berlarian di atas panggung.
Aku menatap mereka satu persatu, menikmati ketampanan sejati mereka masing-masing. Rad dan Matthew dengan rambut gondrong gelapnya dan mata abu-abu besarnya. Kedua saudara ini begitu tampan dengan struktur wajah yang tegas dan tubuh langsing berotot yang di tutupi oleh tato. Liam dengan rambut silver keperakan dan mata hitam teduhnya yang bisa berubah menyeramkan sesuai emosinya. Dia besar dengan semua ototnya yang membuncah keluar, membuat semua orang terkagum-kagum akan dirinya yang entah bagaimana dapat memainkan drum begitu lancar dengan ukuran tubuhnya.
Untuk beberapa detik lebih lama aku membiarkan mataku menatap Jeff. Dengan tato naga yang melingkari pergelangan tangannya dan suara yang mampu mengacaukan wanita luar dalam, juga sepasang mata biru es nya yang sebagian tersembunyi di balik tirai lembut bulu mata hitam dan tebal, tidak banyak wanita yang mampu untuk mengatakan bahwa seorang Jefferal Clark tidak mempengaruhi gairah mereka bahkan hanya secuil sekalipun. Tubuh langsing berotot dengan wajah yang membuat para dewa menangisi hari kelahirannya membuat seluruh penggemar yang mengikuti Demon's Wings merasa nafsu sekaligus iri kepadanya.
"Jadi yang kau pilih yang mana malam ini? Pirang, cokelat atau rambut merah?" aku bertanya pada Matt sambil menaikkan alisku dan tersenyum tipis.
Matthew menyeringai ke arahku dari sofa tempat ia berbaring. "Mungkin aku akan mencoba ketiganya."
Aku memutar bola mataku padanya. Dari mereka berempat, Matt adalah playboy terparah. Membawa satu persatu dari tiap tipe wanita yang menurutnya menarik.
"Hmm.. ada banyak pilihan sih, tapi seperti biasa, pasti yang pirang lebih banyak. So be carefull." aku menatap Matt penuh arti. "Kau ingat kan pesanku?"
"Ayolah Cait, aku tidak sebodoh itu. Aku punya pengaman." gerutunya.
Yang lain hanya tertawa mengejek. Aku mengabaikan mereka ketika berbalik ke pintu.
"Oh ya, kalian punya jadwal wawancara jam 9 pagi besok. Aku telah mengatur agar kita dapat menggunakan salah satu ruang pertemuan sesampainya kita di hotel. Jadi, kumohon bawa badanmu keluar dari kamarmu sendiri sebelum aku menggedor pintu kalian." aku sengaja mengingatkannya sekarang sebab aku tak bisa menjamin akan bertemu mereka lagi setelah konser hingga pagi menjelang.
"Dan kau Rad, jangan buat aku menyiramimu air es di pagi hari. Secepatnya segera bersihkan badanmu dari aroma pelacur dan minuman."
"Oh Tuhan, Caitleen!" dia berteriak padaku. "Kenapa kau terus memarahiku hari ini?"
Aku berhenti sejenak di pintu dan berbalik untuk melotot kepadanya. "Just do it, Rad."
*****
Konser hampir selesai ketika aku merasakan ponselku bergetar. Aku mengambilnya dari saku belakang celanaku dan seketika kesal saat melihat nama manajer Demon's Wings.Aku tahu betul dia menyukaiku karena aku melakukan apa yang harusnya menjadi tanggung jawabnya. Sementara dia enak-enakan tidur di rumahnya saat aku disini bekerja keras untuk para priaku.
"What do you want?" bentakku sambil mendekatkan ponsel ke telingaku, berjalan menjauh dari panggung sehingga aku bisa lebih jelas mendengarnya.
Jack Hardson tertawa, membuatku ingin menampar wajah tampannya. "Wow, easy babe. Kau sepertinya sedang datang bulan ya?"
"Aku sedang kesal." sungutku padanya, aku sendiri tidak mengerti mengapa aku jadi pemarah sore ini. Tapi dia seharusnya terbiasa dengan sifatku ini. Aku benci dia! "Ada apa kau menghubungiku?"
"Seperti biasa, aku punya beberapa jadwal baru untuk mereka." katanya membuat ku kembali memutar bola mata jengah.
"Jangan bertele-tele, Jack. Langsung katakan saja intinya."
"Kau memang selalu tidak sabaran." aku bisa mendengar dia menghela napas kasar. "Jeff kemarin memberitahuku bahwa dia ingin mengambil liburan waktu musim panas. Jadi, aku hanya ingin memberitahumu bahwa tour Other World Demon's Wings telah aku pindahkan ke bulan September."
Ini mengejutkanku. Jeff tidak pernah menyebut apapun tentang liburan musim panas. Kenapa dia tidak memberitahuku? Semenjak tour musim panas dipindahkan, kami hanya memiliki waktu beberapa minggu ke depan untuk menyelesaikan tour di Gulf Coast.
"Oke." jawabku pada Jack. "Kirimkan padaku rincian jadwal barunya. Aku akan memastikan semuanya diurus dengan baik."
"Aku yakin kau bisa menanganinya. Karena itu aku sangat menyayangimu, Tuan Putri. Kau membuat hidupku lebih mudah."
Aku menggertakkan gigi."Jangan panggil aku Tuan Putri!" aku berteriak padanya dan segera mengakhiri pembicaran. Mood ku benar-benar turun drastis karena Jack.
Suara Jeff di panggung menyadarkan dari kebencianku pada Jack. Dengan cepat aku mengalihkan kembali perhatianku pada para priaku. Aku tidak bohong, suara Jeff sungguh mampu membuat populasi para wanita mabuk kepayang.
Ketika salah satu speaker berdentum keras di dekatku, aku tersentak sadar dari lamunan penuh hasratku dan segera mencari kesibukan. Aku tidak bisa membiarkan orang lain mengetahui bagaimana seorang Jeff mempengaruhiku. Aku tahu bahwa dia tidak merasakan hal yang sama. Untuknya dan para pria lain aku adalah adik kecil perempuan mereka.
Harusnya aku sadar di mata Jeff aku hanyalah gadis kecil yang telah ia rawat sepanjang 17 tahun masa hidupnya. Tidak lebih. Aku merasa benar-benar buruk telah mengharapkannya untuk melihatku sebagai wanita. Itu sangat egois bukan.
Tapi tenang saja. Aku tidak akan mengatakan ini pada Jeff. Selama aku masih di kuasai logika, aku akan berusaha mengabaikan perasaan ini karena aku tahu bahwa bukan aku yang diinginkannya. Kebahagiannya lebih penting dari pada kebahagiaanku.
Dengan bibir gemetar, aku melangkah pergi, meyakinkan diriku untuk tidak mendengarkannya bernyanyi lagi di sisa malam itu.
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Living With The Rockers
Romantizm🔞 21+ Caitleen adalah seorang gadis kecil yang mengalami penyiksaan oleh Ibu kandung nya sendiri. Dirawat dan besarkan oleh 4 laki-laki tampan dari band rockers yang sedang naik daun. Saat Ibu nya meninggal pun, 4 laki-laki itu tidak segan untuk me...