7. Am I Just Dreaming?

1.6K 55 0
                                    

Jangan lupa vote 👀

Itu yang kaga vote gue doain jodohnya seret lu ya 😈

Rasa dingin menyapa punggungku saat aku kembali menguasai kesadaranku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Rasa dingin menyapa punggungku saat aku kembali menguasai kesadaranku. Perlahan aku membuka mata, melirik ruangan dimana saat ini aku tengah terbaring lemah. Seketika aku sadar sedang berada dimana saat ku cium bau antiseptik yang cukup menyengat.

"Kau sudah sadar nona?" aku mengerjapkan mata pada seorang pria yang mengenakan jas putih dengan stetoskop yang mengalungi lehernya.

"Caitleen!" Theo menatapku panik. Dia mencegahku saat aku hendak mendudukan diri.

"Jangan banyak gerak. Kau masih lemas." perintahnya. "Bagaimana kondisi dia, Dok?" tanya Theo pada dokter yang tampak sedang menuliskan sesuatu di suatu map.

"Dia sepertinya kelelahan karena dehidrasi berat." si Dokter meletakkan map itu ke meja dekat ranjang ku lalu bergerak memeriksaku kembali. "Seberapa sering dia mengalami muntah-muntah?"

"Aku tidak tahu." Theo terdengar stress. Aku ingin menjawab tapi juga tidak tahu pasti. Itu sudah berlangsung cukup lama dan aku tak dapat mengingatnya.

"Bisa kau tunggu di luar? Aku akan memeriksanya lebih lanjut." suara itu memerintahkan Theo. 

"Apa tidak bisa aku menemaninya disini?" Theo keberatan.

"Sayangnya tidak. Itu sudah procedur rumah sakit. Jadi silahkan menunggu diluar. Anda bisa masuk kembali jika kami sudah selesai."

Dengan langkah berat, akhirnya Theo menuruti si Dokter. Kini hanya tinggal aku, si Dokter dan beberapa perawat. si Dokter berbalik sejenak lalu kembali membawa jarum suntik ke arahku. Aku ingin berteriak saat jarum itu akan di suntikkan ke lenganku, tapi aku tidak bisa. Energiku benar-benar tidak ada. Alhasil aku hanya sedikit menggeser tanganku sebagai tanda penolakan saat jarum lancip itu sudah mendekati kulitku. "Caitleen," si Dokter memeringatiku. "Kami tidak akan menyakitimu. Ini hanya cairan yang akan membuat tubuh mu kembali pulih."

Akhirnya aku pun menurut saja membiarkan si Dokter melakukan tugasnya. Aku berpikir semakin cepat selesai, semakin cepat aku keluar dari sini. Lalu beberapa menit kemudian ada jarum lain yang mendekat di lenganku. "Tenang. Aku hanya mengambil sampel darahmu, nona." kali ini seorang perawat wanita yang melakukannya. Tutur bicaranya yang sangat lembut dan ramah membuatku tak kuasa melawan bujukannya.

Selesai dengan acara suntik menyuntik. Si Dokter yang berwibawa itu kembali meletakkan tangannya di pergelangan tanganku. Tangannya diam disana untuk beberapa menit sembari beberapa perawat sibuk mengatur cairan infus yang menggantung di atas kepalaku. Setelah beberapa menit cairan itu masuk ke tubuhku, tubuhku merespon dengan baik. Aku merasa tidak selemas tadi. Aku mencoba duduk namun lagi-lagi si Dokter menahanku.

"Kau mau kemana?"

"Aku tidak akan kemana-mana. Hanya duduk."

Si Dokter menggeleng. "Belum boleh. Kau masih harus perlu istirahat yang cukup."

Living With The RockersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang