23. Truth Untold I

350 46 3
                                    

Kalau nyampe 20 vote, aku bakal update lagi...

Kalau nyampe 20 vote, aku bakal update lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Segalanya serba terburu-buru. Liam bahkan melupakan janjinya untuk memberitahuku apa yang sebenarnya terjadi. Aku pun tak lagi menuntutnya setelah tahu tujuan kami sekarang berkaitan dengan Jeff. Sungguh aku pun penasaran, tapi rasa takut yang lebih mendominasi menuntutku untuk diam.

Tiga puluh menit kami menempuh perjalanan menuju Rumah Sakit ternama di pinggiran kota. Jalanan cukup sepi membuat Rad bisa membawa kami dengan kecepatan penuh. Suatu hal yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Begitu mobil memasuki area rumah sakit, kami turun dan segera masuk sementara Rad dan Matthew lebih dulu memakirkan mobilnya.

"Tunggu disini," Liam melepas tanganku, lalu bergerak menuju meja administrasi.

Aku duduk di salah satu kursi berderet. Di sampingku, Merysa berdiri sembari berpangku tangan. 

"Merry.." panggilku dengan suara tercekat. Ku telan saliva susah payah."Apa kau sedang memikirkan hal yang sama denganku? Apa Jeff-"

"Hey, hey, no." Dengan gerakan cepat, Merrysa menggengam tanganku. Dia menggeleng. "Berhenti berpikir macam-macam, Cait. Kita belum tahu pasti."

Aku terdiam. Merrysa memang benar, aku memang belum tahu. Tapi masalahnya, aku juga terlalu takut untuk mengetahuinya.

Rad dan Matthew baru saja memasuki pintu utama Rumah Sakit dan menghampiriku ketika Liam kembali dengan mengantongi nama ruangan tujuan kami.

"Lantai lima. Gedung bagian kanan."

"Bukan di lantai 4?" Rad tampak heran. Aku memperhatikan satu persatu ketiga pria itu dengan perasaan kecewa. Sebenarnya apa saja yang telah kulewatkan dan sebanyak apa hal yang mereka sembunyikan dariku.

"Already moved. Let's go." Liam kembali meraih tanganku, menggenggam nya erat. Tanpa bicara, kami berjalan dengan langkah cepat menuju lift.

Syukurlah lift yang kami naiki kosong. Setidaknya tidak akan ada yang mengenali mereka dan berujung histeris meminta tanda tangan atau foto bersama. Bukan aku melarang, karena demi tuhan aku juga tidak berhak untuk itu. Aku hanya berpikir jumpa fans di saat suasana kami sedang tidak kondusif seperti ini bukanlah ide yang baik. 

"Liam, apa ini sesuatu hal yang buruk?" tanyaku memecah keheningan. Lift perlahan bergerak dari lantai ke lantai.

Liam menunduk, menatapku dengan tangan besarnya yang melingkupi bahu kananku.

"Maafkan aku, Cait. Kami tidak bermaksud menyembunyikannya darimu. Tapi tak apa, kau akan tahu. Percayalah, kami menyayangimu. Okay?"

Lagi, jawaban Liam tak memberiku titik terang. Walau begitu aku tak urung memberinya anggukan.

Lift berdenting dan kami segera keluar. Berjalan melewati koridor demi koridor kami berpapasan dengan berbagai pasien. Ada yang memakai tongkat jalan, ada pula yang duduk diam di atas kursi roda. Bahkan tak sedikit yang berjalan-jalan dengan baju khas rumah sakit. Ya tuhan, aku tidak bisa membayangkan jika Jeff nantinya akan jadi salah satu seperti mereka.

Living With The RockersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang