Berada di sekeliling orang yang menyukai alkohol adalah sehari-hariku. Melihat dan mengatasi kelakuan-kelakuan absurd mereka, membuatkan sup pereda mabuk, bahkan sampai bagian yang paling menjijikkan sekalipun. Yaitu membersihkan muntahan mereka. Sebagian besar muntahan Ibuku dan beberapa tahun terakhir ini para priaku-terutama Rad. Tapi aku? Aku hanya melakukannya beberapa kali seumur hidupku.
Pagi ini adalah salah satunya.
Aku tahu bahwa aku takkan bisa menahannya lagi. Perutku memberiku peringatan dua detik sebelum aku mencoba untuk melompat dari tempat tidur. Tapi naas, sebelum sampai di tempat seharusnya aku malah memuntahkan isi perutku di bagian ujung tempat tidur.
Secepatnya, ketika bisa sedikit menguasai reflek mualku, aku segera berlari ke dalam toilet agar bisa menuntaskannya. Aku mengerang saat rambut berantakan yang tidak sempat ku singkirkan dari wajahku ikut terkena kotoran dari mulutku. Baunya benar-benar membuatku mual dan muntah lagi sampai kehabisan napas. Air mata bercucuran di wajahku, alisku berkeringat dan perutku seperti melilit.
Tenagaku serasa tersedot habis. Bahkan untuk berdiri tegak pun aku harus berusaha karena kakiku terlalu lemas. Untuk beberapa saat aku diam, ku pegang mulutku di bawah kran air sampai rasa pahit di mulutku benar-benar hilang.
Aku ingin segera mandi. Badanku benar-benar tidak enak rasanya. Tapi ketika mengingat betapa kacaunya keadaan kamarku sekarang, kuputuskan untuk beberes dulu sebelum itu.
Beres-beres selesai dan aku segera mandi. Ketika aku selesai mandi, aku sedikit merasa lebih baik dari sebelumnya. Kepalaku sudah tidak pusing, tapi rasa mual itu masih ada walau tak separah tadi.
Menyadari jika jam sudah mendekati waktu wawancara, aku memilih memakai outfit seadanya. Ripped jeans dan kemeja maroon yang dalamnya kulapisi tanktop hitam. Seperti biasa, untuk base make up aku hanya menggunakan face mist dan bedak tabur untuk menutupi wajah pucatku. Untuk rambut, aku tidak sempat mengeringkannya. Mereka kubiarkan saja basah dan hanya kusisir rapi dengan jari.
Karena jarak kamar Matthew dekat denganku, aku memilih menuju ke kamarnya lebih dulu. Saat ku buka pintu, aku menemukan Matt masih di selimuti gadis-gadis ketika aku membuka pintu kamar hotelnya. Aroma seks dalam ruangan membuat perutku kembali protes, namun aku berusaha menahannya. Kutarik tangan Matt keluar dari bawah ketiga gadis yang masih terlelap di kasurnya.
Tanganku mengepal di rambutnya dan aku menyentakknya sampai ia berdiri tegak. "Cepat mandi!" perintahku. "Aku memberikan peringatan pada adikmu tentang hal ini, tetapi ternyata kau yang harus ku urus pagi ini."
"Caitleen!" Matthew protes ketika aku memaksanya berjalan ke pancuran shower dan memutar air dingin itu dengan kekuatan penuh. "Sialan, ini dingin Cait!"
"Turun ke bawah dalam sepuluh menit!" aku berteriak kepadanya sebelum membanting pintu kamar mandi belakangku. Cukup keras hingga para pelacur yang masih berada di kasur Matt terbangun.
Aku membelalak jijik pada mereka. "Ambil baju kalian dan cepat keluar! Kalian punya waktu dua menit sebelum keamanan melemparmu keluar, dengan atau tanpa pakaian sekalipun!"
Menuju ke kamar Liam. Pria itu masih tidur ketika aku berjalan ke dalam kamarnya. Aroma seks masih tertinggal di dalam kamar tetapi dia hanya seorang diri di tempat tidurnya. Mungkin para pelacur itu sudah pergi lebih dulu. Baguslah!
Aku bahkan tidak mencoba membangunkannya dengan lembut. Ku raih gelas dan kuisi air hingga penuh. Dengan sekali gerakan, aku membuang air itu ke kepalanya."Aku bangun, aku bangun." dia megap-megap.
"Bagus! Cepat bersiap!" aku membentaknya lalu meninggalkannya menuju kamar Jeff.
Ketika aku meletakkan kunciku di pintu kamar Jeff yang ternyata sudah terbuka, aku terkejut saat menemukannya sudah bangun. Dia sudah berpakaian dan rambutnya sudah tertata. Seperti biasa, dia tetap bisa melihatku sedang sakit walau aku berusaha menyembunyikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Living With The Rockers
Romansa🔞 21+ Caitleen adalah seorang gadis kecil yang mengalami penyiksaan oleh Ibu kandung nya sendiri. Dirawat dan besarkan oleh 4 laki-laki tampan dari band rockers yang sedang naik daun. Saat Ibu nya meninggal pun, 4 laki-laki itu tidak segan untuk me...