#13

1.8K 360 17
                                    

Lisa meneguk liur saat dipersilahkan masuk tepat setelah menunjukkan plakatnya.

Tatapan tajam dari si penjaga pintu sempat membuatnya sesak seketika.

Tudungnya yang sedari tadi memeluk tubuh dan menutupi puncak kepalanya itupun diminta paksa oleh si penjaga pintu untuk segera dilepas.

Mau tak mau, surai cokelatnya yang diikat separuh pun terpampang dengan jelas.

Pemandangan pertama yang di lihat Lisa adalah sebuah lukisan berukuran dua setengah meter yang berada tepat di hadapannya. Menggambarkan seorang lelaki yang memegang pedang sedang berdiri angkuh dengan banyak kepala tak bernyawa sudah berserakan pada kakinya.

Lisa merasakan bulu kuduknya semakin meremang saat ini. Namun dengan keberanian yang pasang surut, pun ia mulai melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam ruangan yang terlihat seperti bar normal pada umumnya.

Tak seberapa ramai namun tak sepi pula.

Aroma minuman yang bercampur dengan asap rokok pun mengelilingi inderanya.

Ada satu hal yang membuat pikirannya sedikit terganggu. Terdapat aroma anyir darah yang lumayan mendominasi.

Sesaat ketika ia memasuki arena bar, sesaat itu juga semua pandangan menatapnya. Menilai dari ujung kaki hingga ujung kepala tanpa berkata-kata.

Temaram lampu kuning yang menyinari ruangan itupun membuat suasana disana semakin menegangkan bagi Lisa.

Aku ingin pulang.

Baru saja ia hendak mengambil langkah mundur untuk keluar dari sana, si penjaga pintu yang ternyata sedari tadi ada di belakangnya pun menabrak tubuhnya.

"Apa yang kau butuhkan?" Katanya dengan suara parau dan berat.

Lisa kembali meneguk liurnya. Rasanya seperti masuk ke dalam sarang pembunuh yang ia tak tahu harus berbuat apa disana.

Tak ada yang memberikannya informasi seputar tempat itu. Dan ia takut salah bicara hingga berakhir membuang nyawanya dengan percuma.

Entah mengapa tempat ini terasa salah dan menyeramkan.

Seharusnya, Lisa bertanya dengan detail mengenai tempat itu kepada wanita paruh baya yang menuntunnya kemari.

Tapi skenario terburuknya adalah... bagaimana jika Lisa dijebak? Bagaimana jika wanita paruh baya itu berbohong dan memberikan informasi palsu? Bagaimana jika wanita itu sengaja mengirim Lisa kemari untuk direnggut nyawanya??

Ya Tuhan, kumohon tolonglah aku.

"Apa ini kali pertamamu kemari?" Katanya lagi.

Lisa mengangguk ragu dengan sedikit takut. Dan entah mengapa, jawabannya berhasil membuat semua orang yang tadinya menatapnya tajam pun melepas pandangan dari Lisa dan kembali dengan kesibukan mereka.

Ada sedikit kelegaan yang menyapa pada lubuk hatinya kala ini. Namun tetap saja, ia masih berada dalam mode mawas diri.

"Aku ingin menemui seseorang di atas." Kata Lisa dengan suara pelan.

Bagaimanapun, volume kecil yang keluar dari mulutnya masih sempat terdengar oleh beberapa orang disana hingga kembali menoleh ke arahnya. Bahkan si penjaga pintu terlihat mengangkat sebelah alisnya disana.

"Lantai dua bukan untuk sembarang ora-"

"Aku ingin bertemu dengan pangeran Clyde." Lisa berusaha menampilkan sisi arogannya meski setengah mati ia berusaha menyembunyikan gemetar pada kakinya.

Si penjaga pintu semakin menampilkan ekspresi tak percaya.

"Aku adalah teman wanitanya. Bawa saja aku padanya jika kau tak percaya. Dan jangan menyesal setelah itu." Katanya lagi dengan sedikit lugas. Membuat mereka yang berada di bar dan memperhatikannya beberapa detik lalu segera mengalihkan pandangan mereka seketika.

Runaway AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang