#21

1.7K 318 19
                                    

Lisa menyeka bulir keringat yang berjatuhan dengan deras pada permukaan kulitnya.

Beberapa saat lalu, ia memuntahkan seluruh sarapan beserta makan siangnya pada periuk yang telah disiapkan.

Kehamilan? Jangan mengada-ada. Lisa masih memegang erat statusnya sebagai ratu perawan sok jual mahal nomer satu seantero Gale.

"Apa anda perlu istirahat, nona?" Kata Astoria yang sudah memegang lengan Lisa. Wajah ratu Gale terlihat pucat saat ini.

"Tidak. Aku tidak bisa membayangkan jika harus melakukannya lagi nanti." Ia menggeleng mantap. Tangannya kembali meraih gelas emas yang tersaji dihadapannya.

Malam hari, sekitar pukul delapan lewat sedikit, Lisa sedang melangsungkan sebuah ritual di ruangan Astoria yang berada di kastil selatan-sudut Gale yang jarang di datangi siapapun disana.

"Maafkan aku, nona. Namun ini adalah salah satu upaya agar raga anda tidak mudah di rebut oleh putri Lilianne."

Benar sekali, meskipun Lisa sangat anti dengan hal mistis di luar nalar seperti ini, nyatanya ia menuruti saran Astoria untuk melakukan ritual aneh yang disinyalir dapat mempertahankan raganya.

Namun jika ia saja bisa masuk ke dalam cerita fiksi, maka seharusnya hal ini lebih masuk akal dibandingkan yang lain, bukan?

Ritual yang dijalankan bukanlah menyembelih makhluk hidup dan meminum darahnya agar kau abadi. Astoria hanya meminta Lisa untuk meminum habis ramuan yang sudah diberikan mantra dan racikan spesial untuk diteguk pada satu tarikan nafas.

Namun saat dicoba, liquid yang baru saja menyapa lidahnya itu segera meronta untuk dikeluarkan karena rasanya benar-benar menyiksa.

Seperti kau dipaksa untuk meminum kotoran sapi (meski Lisa tidak pernah mengicipinya), telur busuk, dan air selokan. Rasa yang cukup membuat trauma.

"Astoria, kau tidak sedang meracuniku, kan?"

Wanita paruh baya itu menatap Lisa tak bergeming, "Jika aku memang musuh, akan lebih mudah untuk mengirimkan sihir hitam pada anda, nona."

Lisa menelan liurnya dengan berat. Benar juga yang dikatakan wanita berambut merah bata itu.

"Jika anda memang kesulitan untuk meneguknya, saya ada satu cara yang akan membuat netral rasanya."

"...apa itu?"

"Darah anda."

"Eh? Maksudnya?"

"Satu-satunya cara untuk menetralkan rasa yang tidak bisa anda terima adalah darah anda sendiri. Jika anda berkenan untuk sedikit menerima luka, maka itu bisa membantu anda."

"Kenapa tidak bilang daritadi? Kau ingin darah sebelah mana? Pergelangan tangan? Leher? Lidah? Jari? Atau-"

Slash.

Astoria menebas telapak tangan Lisa hingga darah mengalir dari sana, terjatuh tepat di gelasnya.

"Waw. Kau bahkan tak membiarkanku menyelesaikan kalimatku." Katanya sembari tersenyum perih karena tangannya mulai terasa nyeri.

"Maafkan saya." Katanya sembari tersenyum dan menyerahkan gelas itu kepada Lisa, "Satu tarikan nafas." Astoria menegaskan sekali lagi.

Lisa mengangguk paham dan menerima gelas emas itu. Aroma yang tadinya membuat mual itu sudah tak ada. Pun ia segera menarik nafas dan meneguk liquid itu sampai habis.

Benar saja, minuman yang sempat membuatnya trauma itu sudah tak memiliki rasa mematikan lagi. Lisa berhasil menghabiskan ramuannya.

"Terimakasih." Kata Lisa sembari meletakkan gelasnya di atas meja.

Runaway AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang