Manik Lisa bergerak ke kiri dan ke kanan secara bergantian selama beberapa menit terakhir.
Suasana hening yang mencekam, ditambah dengan pandangan tajam dari Pangeran Clyde sangat berhasil membuatnya mati kutu ditempat.
Ia terlalu takut untuk memulai pembicaraan, dan terlalu panik untuk membalas tatapan tajam dari lelaki di hadapannya.
Tentu saja Lisa berusaha menyembunyikan rasa takutnya dibalik wajah pucat itu.
Datangnya seorang pelayan dengan sebotol wine dan dua gelas kristal sedikit membuatnya bernafas lega.
Lelaki berpakaian butler itupun menuangkan liquid berwarna merah keunguan pada gelas Lisa dan Clyde masing-masing.
"Terima kasih." Setidaknya wanita itu mulai berani mengeluarkan suara meski bukan kepada lelaki yang mengundangnya.
Lisa tak pernah membayangkan scene seperti ini sebelumnya. Duduk berdua pada taman yang diterangi oleh lampu bak kunang-kunang dengan lelaki yang dituliskan akan memenggal kepalanya.
Maniknya pun terarah kepada lelaki yang berhasil membuatnya berteriak tanpa suara, "Apa boleh?" Katanya.
Pun lelaki itu hanya mengayunkan tangannya sebagai tanda ia telah mempersilahkan.
Lisa menghembuskan nafas berat sebelum meneguk liquid berwarna pekat itu dengan berbagai pikiran rumit dalam otaknya.
Tentang bagaimana keluar dari situasi canggung itu, tentang bagaimana mengamankan kehidupan keduanya, dan tentang bagaimana caranya agar tak lagi bersinggungan dengan para tokoh utama.
"Jadi... Apakah saya boleh pulang jika kita selesai meminum ini?"
Pangeran Clyde yang baru saja hendak meminum wine itupun segera menarik gelas dari mulutnya saat mendengar kalimat Lisa, "Aku mengundangmu untuk minum teh, bukan untuk ini. Bukankah surat yang kukirim sudah jelas?"
"Anda bilang saya bisa pulang cepat jika mengikuti anda?"
"Kau bisa segera pulang setelah acara minum teh esok hari."
Detik itu, rasanya Lisa sangat ingin meninju dirinya sendiri.
Serius??!! Apakah di dunia ini jadwal minum teh lebih penting dari hari raya?!
Kedua alisnya pun mulai bertaut, "Jadi untuk apa kita melakukan hal ini?" Katanya sembari meletakkan gelas wine nya.
"Minuman selamat datang. Tidak pernah tahu?"
Apasih?! Tidak penting sekali! Apa dia tak tahu jika aku ketakutan setengah mati?!
"Apa aku pernah membuat kesalahan kepadamu hingga kau sangat membenciku?"
Lisa menatap lelaki dihadapannya dengan heran, "S-saya tidak membenci anda. Saya hanya berharap anda memberikan saya waktu untuk beristirahat."
"Kudengar kau memohon kepada ayahmu agar diijinkan tak datang kemari."
Mata Lisa melotot seakan maniknya akan keluar dari sana, "Hah? T-tidak. Saya bahkan sangat senang untuk undangan ini sampai tidak bisa tidur."
Sial. siapa yang menyebarkan fakta itu?!
Lisa sudah tertawa kaku disana.
"Kau tak pandai berbohong. Bahkan kau mengikutiku kemari karena ingin cepat pulang."
Aduh! Aduh! bagaimana ini?! Aku sudah kehabisan kata-kata. Aku takkan bisa menang melawan argumennya!
Musim panas masih jauh, namun peluh sudah menghiasi kening Lisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Runaway Antagonist
FantasyBukankah hidup itu berat? Berbagai permasalahan silih berganti datang menghampirimu secara bersamaan. Dan disaat kau memutuskan untuk mengakhiri hidup menyedihkanmu itu, kau justru terbangun pada sebuah cerita fiksi yang pernah kau baca sebelumnya...