#17

2.2K 407 52
                                    

Lisa merenung dalam pijakannya saat ini.

Kalimat yang baru saja disampaikan Emma, sama sekali tak membuat dirinya senang.

Kenyataan bahwa Gale semakin maju saat berada di tangan Clyde, pesatnya pertumbuhan ekonomi yang mengiringi, puja-puji rakyatnya terhadap pemimpin baru, serta cibiran petinggi kerajaan yang menyalahkan Lisa karena membuang dana serta tenaga dalam perang yang sesungguhnya tak perlu dilalui jika pada akhirnya ia dinikahi lelaki itu– adalah sekian dari banyaknya alasan yang membuatnya kesal.

Ia kesal karna semakin terlihat tak bisa diandalkan dan tak berperan penting untuk kerajaan Gale.

Lantas mengapa ia harus kembali terkurung pada tempat yang bahkan sudah bukan miliknya ini? Apalagi ditambah poin bahwa ia telah menjadi seorang 'ratu' yang dinikahi paksa oleh pemimpin negeri yang di ambil alih karna kemenangan perang saat dirinya tak sadarkan diri?!

Lisa terlihat tertawa dalam keseriusannya.

Tentu saja ia menertawakan dirinya sendiri.

Lisa pikir, Clyde pasti sengaja membiarkannya hidup untuk membuatnya menyaksikan kekalahan ini.

Dan atas semua yang terjadi, ia pikir jika hidupnya sudah tak berarti. Apalagi jika Lisa tahu bahwa keluarganya disana sudah hidup dengan baik.

Ah, hatinya kembali sakit dan hangat disaat yang bersamaan saat mengingat momen itu.

Momen dimana ia melihat jika keluarganya tak melupakannya. Momen dimana keluarganya mendapatkan kehidupan layak dan tenang seperti impian mereka dulu.

Jika kebahagiaan dan ketenangan hidup keluarganya adalah bayaran untuk apa yang dialaminya, lantas Lisa merasa ini sepadan.

Menjadi pemeran antagonis yang berkali-kali gagal melarikan, merubah cerita untuk mengamankan diri hingga terjadi plot twist disana-sini, dan berakhir dinikahi paksa oleh pemeran utama pria yang seharusnya tak pernah berbuat keji.

Jujur saja, Lisa sudah malas menjalani hidup.

Ia hanya ingin menguap dengan udara dan awan yang bersatu di atas langit, apa itu begitu sulit?

Dengan segala hal diluar nalar yang terjadi, seharusnya Lisa sudah bangkit dari mimpinya ini!

Namun sekali lagi, luka diperutnya yang melilit itu telah menyadarkannya kembali, bahwa ini semua bukan mimpi.

"Nona, Raja memanggil anda ke ruangannya."  Suara Emma mampu menyadarkan pikiran Lisa akan lamunan sorenya.

Namun dengan segera, Lisa melengos pergi mendekati jendela besar pada kamarnya, "Tidak mau. Memangnya dia siapa seenaknya menyuruhku itu ini."

"Umm... dia suami anda? ...dan seorang raja?"

"Tidak dalam ingatanku."

"Tapi nona–"

"Katakan saja aku malas melihat wajahnya."

"Ttidak mungkin saya mengatakannya."

Jawaban Emma membuat Lisa merengut kesal. Dengan segera, wanita cantik itu mengambil kertas dan pena untuk menuliskan sesuatu, melipatnya, dan memberikannya pada sang maid, "Berikan ini kepadanya, kau tak harus mengatakan apapun."

"Ttapi nona."

"Itu surat cinta. Berikan padanya, Emma!" Dengan segera Lisa memutar tubuh Emma yang kebingungan dan mendorongnya keluar dari kamarnya.

Suara gebrakan pintu yang ditutup kasar pun sudah menyapa punggung Emma disana.

Setelah terbebas dari sang maid, Lisa kembali pada jendela besarnya. Tempat favoritnya dikamar itu selain ranjangnya yang nyaman.

Runaway AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang