#5

2.6K 480 46
                                    

Bukan salah Lisa jika ia bertindak histeris saat Iris muncul di hadapannya.

Dan bukan salah Iris jika Lisa tak mampu mengiyakan ajakan wanita itu untuk berteman dengannya.

Mau bagaimana lagi? Iris adalah SI PEMERAN UTAMA WANITA.

Lisa bahkan tak berani bertanya apakah para tokoh utama a.k.a si Clyde dan Iris sudah saling mengenal setelah Lisa menyatukan mereka dalam pesta minum teh yang sama?

Bukan. Bukan Lisa yang membuat kebetulan itu.

Semua ini salah Emma!

Jika ada seseorang yang berhak menerima semua tuntutan, maka Emma harus berada pada urutan pertama.

Tak dipungkiri, ingin sekali Lisa memecat Emma karena telah membahayakan nyawanya.

Walau tentu saja Lisa juga tahu bahwa Emma tak bermaksud demikian.

Tetap saja, semua ini salah Emma!!

Dan sejak kejadian Lisa terjatuh histeris dari tempat duduknya, para tamu yang menyaksikan hal itupun berbondong-bondong mengiriminya berbagai bouquet bunga dan juga bingkisan sebagai bentuk dari kekhawatiran mereka.

Meskipun demikian, jangan harap ada bingkisan dari Cambridge bersaudara. Nampaknya mereka sama sekali tak perduli dengan keadaan Lisa. Jujur saja, Lisa pun tak ingin diperdulikan oleh keduanya.

"Nona, ada surat lagi dari Putri Iris." Kata Emma yang menyerahkan sebuah gulungan kecil berpita emas.

Lisa menggeleng mantap, "Biarkan saja. Aku tak ingin berurusan lagi dengan siapapun yang hadir dalam pesta minum teh itu."

Emma menghela nafasnya dengan berat. Maid itu segera meletakkan surat ketiga dari wanita yang entah mengapa sangat dihindari oleh sang empunya, "Putri Iris adalah wanita yang baik, nona."

"Aku tahu." Aku tahu karena ia adalah sang pemeran utama!

"Lantas mengapa anda membencinya?"

"Aku tak membencinya. Aku..hanya...takut padanya dan... Clyde." Lisa yang sedang terduduk malas pada kursi di kamarnya itupun segera menunjuk Emma, "Jika kau tak ingin melihatku mati berdiri, kuharap kau tak pernah membuatku berurusan dengan dua orang itu lagi, Emma!"

Sang maid pun hanya mampu mengerjap dan menunduk patuh kepada perintah Lisa tanpa berani untuk bertanya mengapa. Dari tatapan Lilianne, Emma tahu jika wanita itu sangat serius dengan kalimatnya.

Pun Lisa mengalihkan pandangannya menatap jendela kamar yang terbentang tinggi dan luas. Pemandangan di luar sana mempertontonkan taman bunga yang menjadi spot favorit sejak kedatangannya ke dunia ini.

Ke dunia fiksi ini.

Ke tempat yang seharusnya membuat Lisa menjalankan peran sebagai tokoh antagonis namun ia memilih mangkir.

Ia memilih untuk menjadi dirinya sendiri.

Meskipun hal itu akan berimbas pada jalan cerita dan merubahnya sebagai pemeran figuran tak penting layaknya Edward yang bahkan tak diingatnya.

Tidak apa. Lebih baik hidup nyaman sebagai figuran, daripada kehilangan kepalamu karena menjadi tokoh antagonis di dunia ini.

Jadi kumohon, Tuhan. Biarkan aku hidup dengan tenang di kesempatan kedua yang kau berikan padaku.

💮

Lisa berlari dengan nafas terengah bak oksigennya habis terserap bumi.

Peluh dingin telah membasahi kening yang tertutup oleh tudung besar yang juga menyatu dengan jubahnya.

Beberapa langkah kaki yang berjalan cepat pun mengikuti langkahnya dengan terburu-buru

Runaway AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang