#12

1.7K 350 18
                                    

Lisa mengusap peluhnya yang memenuhi pori. Nafasnya naik turun seakan oksigen tak mengalir cukup menuju otaknya.

Dilemparnya pedang baja yang sedari tadi digenggam erat sekuat tenaga.

Pun ia segera menjatuhkan diri pada bumi yang beralaskan tanah merah disana.

"Nona, minumlah." Kata Emma sembari memberikan sebotol air kepada Lisa yang kepayahan.

Tentu saja gadis dengan surai diikat tinggi itu segera meneguknya habis.

Lisa tak menyangka jika latihan fisik akan seberat ini.

"Apa kita benar-benar akan melawan kerajaan Cambridge?" Entah sudah berapa kali Emma menanyakan hal itu. Mulanya adalah ketika Lisa membawa kabar buruk bagi semua orang di kerajaannya saat pesta selebrasi.

"Memangnya kita punya pilihan?" Protes Lisa sembari melepas armor seberat 30 kilo yang membungkus tubuhnya.

"Padahal nona hanya tinggal menikahi pangeran Clyde. Kenapa malah memilih jalan yang sulit." Emma berucap pelan disana. Meski begitu Lisa dapat mendengar jelas keluhan dari maidnya itu.

"Apa yang kau katakan?? Menikahinya adalah pilihan yang paling harus dihindari."

Aku tak tahu malapetaka seperti apa yang akan menghampiri jika aku berani menikahi sang pemeran utama.

"Bukankah pangeran Clyde sangat tampan?" Emma mengerucutkan bibirnya seakan sedang menawarkan sesuatu dengan takut.

"Tidak perduli!"

"Tapi nona, kerajaan Cambridge terkenal dengan pasukannya yang sangat kuat. Apa nona tak melihat bagaimana pucatnya wajah Sir Ben ketika anda membawa kabar peperangan dengan mereka?"

Lisa terdiam di tempatnya.

Apa yang dikatakan Emma memang benar. Lisa sangat ingat tentang bangaimana suasana riuh gembira dalam selebrasi makan malam kemenangan kerajaannya berubah sunyi seketika saat Lisa memberitahu perihal tantangan perang dari pangeran Clyde.

Pasukannya segera menunduk dan menggaruk kepala seakan baru saja mendengar berita duka.

Tak terkecuali dengan jenderalnya. Sir Ben terlihat pucat pasi ditempat.

"Pasukan kita juga hebat." Dalih Lisa, mencoba untuk menghibur diri.

Kalimat sang empu yang didengarnya pun berhasil membuat Emma menghela nafas berat, "Nona, pasukan kita memang hebat. Tapi jika melawan Cambridge, tentu kita harus memikirkannya ratusan kali. Bahkan mendiang Raja Thomas begitu mati-matian mempertahankan hubungan baiknya dengan kerajaan Cambridge. Menurut anda kenapa? Tentu karena beliau tahu betul jika tak semudah itu melawan kerajaan yang kuat. Beliau tahu kerugian yang akan didapat jika tak menjadi sekutu mereka."

Lisa menautkan alisnya disana.

Meski dilapisi ego setebal baja, namun tak dapat dipungkiri jika ia pun memikirkan hal itu berulang kali.

Apalagi dengan bujukan dan kalimat cegahan dari Emma serta Cecil yang tak surut menurunkan kekhawatiran mereka.

Tapi bagaimanapun, Lisa sudah menerima tantangan perang itu.

Berita inipun telah menyebar seantero negeri dan kubu kerajaan lain dengan begitu cepat.

Bukankah akan sangat memalukan jika ia mengambil langkah mundur dan menyerah sebelum mencoba?

Lagipula, ia tak boleh menikahi pemeran utama!

"Saya bersedih untuk usaha Raja Thomas yang telah mengharumkan kerajaan ini sebagai kerajaan terdamai. Sebentar lagi gelar itu akan menghilang dari genggaman kita." Celoteh Emma dengan pilu, membuat gerak yang dibuat lesu.

Runaway AntagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang