Chapter 10

275 24 1
                                    

HAPPY READING!!!
Jangan lupa klik tombol bintang⭐️⭐️

———

Seorang gadis berambut sebahu spontan berdiri ketika mendengar suara deruman motor sport yang familiar ditelinganya. Gadis itu memandang pintu utama tanpa ekspresi.

Clek

Pintu terbuka menampilkan sosok pria dengan dandanan seperti seorang berandalan, pria itu sedikit terkejut menatap gadis berambut sebahu itu dengan kerutan tipis dikeningnya, "ngapain lo?"

Leora, gadis berambut sebahu itu merapatkan kedua bibirnya. Matanya melirik sekilas sang kakak lantas berdecak dan pergi dari sana tanpa sepatah katapun.

Valen-saudara kembar Leora hanya bisa menyaksikan kepergian sang adik dengan kedua alis menyatu, ada apa dengan adiknya itu?

Memijat pelisisnya pelan, Valen beranjak menaikki anak tangga menuju kamarnya berada. Baru akan masuk ke dalam kamarnya suara Leora menghentikkan langkahnya.

"Valen."

"Panggil gue abang, lo adik gue. Yang sopan bisa?"

Leora memutar bola matanya jengah, kedua tangan gadis itu reflek terlipat di depan dada, memandang sang kakak yang menatapnya sebal. "Berhenti melakukan hal-hal yang membahayakan lo sendiri bisa gak?"

Mulut Valen terbuka kecil, sedetik kemudian ia terkekeh sinis, "mau apa? Mau belain reputasi BoNyok? Perkataan lo seolah-olah ngawatirin gue padahal nyatanya lo lebih khawatir kalau orang tua lo marah kan? Kenapa? Takut usaha lo selama ini sia-sia?"

Valen tertawa sarkas, "usaha kerja seorang Leora dalam membangun citra nama baik Keluarga Prada hancur hanya karena ulah saudara kembarnya, Valen Mizello Prada!" Ucap Valen lantang, "kocak!" Hardik cowok itu langsung berlalu ke kamarnya.

Brak!!

"VALEN TARIK KATA-KATA LO!!"

"PANGGIL GUE ABANG DULU!"

"SEGITU BERHARAPNYA LO, GUE PANGGIL ABANG, CIH GUE GAK SUDI PUNYA ABANG KAYAK ELO!"

"APA GUE PEDULI? LO ANGGEP GUE ABANG ATAU ENGGAK BUKAN URUSAN GUE!"

"Tch!!!" Leora mengeram kesal ditempatnya, kedua tangan gadis itu mengepal erat seiring amarahnya melonjak.

———

Suasana hangat tercipta di rumah besar keluarga Galdena, seluruh keluarga itu tengah menjalani makan malam bersama dengan diiringi guyonan receh dan percakapan hangat.

Arinda tersenyum manis melihat perhatian yang dilakukan sang ayah kepada mamanya.

"Gimana sekolahnya sayang?"

"Udah ditahap apa nih sama Alan?" Sambung Ayu membuat kedua pipi Arinda memerah.

Arinda berdeham sejenak sebelum membalas pertanyaan kedua orang tuanya, "di sekolah Arinda baik-baik aja kok yah, dan Arinda sama Alan cuma temenan aja kok."

"Yah, kok cuma temenan aja sih?"

Sean menyikut sang istri, "terus mau mu apa? Jadi suami-istri gitu?"

Kedua mata Ayu berbinar menanggapi celetukan sang suami dengan heboh. "Ayo, yah, jodohin mereka yah. Mama yakin Dewi sama Endra juga bakal setuju."

Kehebohan sang mama berhasil membuat kepala Arinda tertunduk malu.

"Memang Arindanya mau?"

"Ya mau lahh, iya kan sayang?" Ayu menatap putrinya dengan harap-harap cemas. Pasalnya setelah ia lihat ketika pertemuan pertama kali itu, Arinda seolah menaruh rasa kagum pada anak sahabatnya.

GOWARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang