Chapter 34

100 17 1
                                    

Happy reading
Typo meresahkan masyarakat 🙃

——

CITTT!

Tubuh Dera membeku. Dengan cepat menstandarkan sepeda motornya dan berlari ketempat loundryannya. Mulutnya menganga lebar melihat keadaan tempat loundrynya yang persis seperti terkena angin puting beliung.

Tempat loundrynya hancur tak karuan.

Kedua matanya memanas dan mengalir begitu saja.

Kedatangan Shinta membuatnya menoleh, "a-apa yang terjadi?"

Shinta menunduk, gadis itu mengelus lengan Dera pelan. "Maaf ya, aku juga kaget, waktu itu aku denger suara keras yang ternyata tempat loundry kamu dihancurkan sama preman-preman."

"Para preman langsung lari sewaktu warga pada berkeluaran, tapi ada satu preman yang berhasil ditangkap. Katanya mereka suruhan orang terdekat kamu."

Dera menatap nanar tempat loundryannya. Orang terdekatnya?

Glek!

Kedua kaki Dera lemas seperti tak bertulang, gadis itu bersimpuh dengan air mata menderai.

"O iya, ada surat yang ditinggalin disekitar bangunan roboh itu, aku gak tau isinya apa soalnya gak berani baca. Nih."

Dera menerima uluran kertas itu dan membacanya. Satu kalimat yang tentu ia mengetahui siapa dalang dibalik semua ini.

Sera dkk

"Masih berani hah!!"

Ia menghela napas kasar, menghapus air matanya dengan punggung tangan dan mencoba untuk berdiri dibantu oleh Shinta.

"Barang-barang kamu yang masih selamat udah dibawa ke rumah bu kos. Hanya pakaian aja, soalnya yang lainnya udah hancur terkena runtuhan bangunan."

Dera mengangguk, "makasih banget ya, Shin. Gue mau mandi dulu habis itu ke tempatnya bu kos deh."

"Mau gue temenin gak?"

"Emang gak sibuk?" tanya Dera sembari mengusap matanya yang masih berair.

Shinta tersenyum, menepuk pundak Dera pelan. "Gak kok, sekarang kan masih hari minggu. Kamu istirahat dulu aja, nanti biar aku bilang ke bu kos kalau kamu mau kesana."

Setelah jam makan siang dan keadaan Dera mulai baik-baik saja, ia menyempatkan berkunjung ke rumah bu kos bersama Shinta. Melihat ada banyaknya tumpukkan pakaian yang ada di sudut rumah bu kos membuat Dera menghela napas panjang. Ia harus mengembalikkan semua pakaian itu dengan sangat bersalah.

Mungkin ia juga harus menganti beberapa baju dari pelanggan yang rusak atau tertimbun tumpukkan bangunan di sana.

"Terima kasih banyak ya bu, sudah bersedia menampung pakaian-pakaian itu saat saya pergi."

Bu Wahyu-ibu kos menepuk pundak Dera ikut berduka atas kejadian buruk yang dialami olehnya. "Ibu turut sedih denger kabarnya. Menyampaikan dari pesan bapak komplek, apa perlu kami bantu membangun ulang tempat usaha kamu?"

"Tidak usah bu, sekali lagi terima kasih banyak. Saya cuma butuh bantuan untuk meratakannya saja. Mungkin tidak akan saya lanjut untuk sementara waktu ini."

"Gak papa, rejeki bisa dicari dengan cara yang lain, yang penting halal." Petuah dari Bu Wahyu membuat Dera mengangguk dan mengulas senyum tipis.

"Terima kasih bu, memang belum rejeki saya makanya langsung lari aja. Kalau gitu kami pamit ya bu, saya bawa pakaian-pakaiannya."

"Jangan terlalu dipikir ya, biar Allah yang bales semua perbuatan buruk mereka."

Dera mengangguk, "aamiin bu, Dera gak dendam cuma rada kaget aja."

GOWARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang