Chapter 42

100 12 17
                                    

HAPPY READING!!!

"Deraa!!!"

Kepala yang tadinya menunduk sontak mendongak begitu seseorang memanggilnya dengan nada penuh antusias. Clara duduk dibangkunya menyambut kedatangan Dera dengan senyum mengembang. Dera turut menarik kedua sudut bibirnya menerima sambutan dari gadis itu.

"Tau gak, Gilang anjir!! Gue baru sebel sama dia!"

Mata Dera mengerjap, "kenapa? Tumben banget?"

"Ya gitu, intinya gue sebel sama dia!!"

Dera terkekeh, sifat kekanakan Clara memang akan muncul jika sedang merasa kesal oleh sesuatu. Padahal biasanya gadis itu selalu datar dan berlagak angkuh.

Dengan mengebu, Clara mencurahkan semua kekesalan gadis itu pada Gilang, pacarnya.

"Jadi lo kesel karena dia lupa ini hari anniversary kalian?"

Clara mengangguk, "kita udah 3 tahun ini, dan dia, ck! Otak dia sekecil udang ya?"

"Lo tanya gue, terus gue tanya siapa?" cetus Dera belagak polos.

"DERA!!! Jangan mulai lo! Gue gibeng juga lo lama-lama."

Tawa Dera menderai, gadis itu menepuk pundak Clara turut prihatin, "tuh disamperin lo."

Clara melirik ke pintu kelas, sosok tinggi besar seorang Gilang tampak memenuhi matanya. Kedua matanya memanas ketika melihat cowok itu datang tanpa membawa apapun.

"Ayang, kenapa tadi berangkat duluan sih?"

Dera melirik raut sinis yang dilayangkan oleh Clara. Cukup, gadis itu tidak akan masuk ke dalam rumah tangga orang lain. Lebih baik Dera duduk dibangkunya sambil mendengarkan lagu-lagu yang dapat membuatnya tenang.

Ting!!

Dera melirik, satu pesan dari nomor asing membuat keningnya berkerut.

085xxxxxx

Der, jangan nganggu kita lagi ya
Tolong, biarin gue bahagia sama Alan

Deg!

Tanpa aba, kedua mata gadis itu memanas. Dengan tangan yang bergetar, perlahan Dera memberanikan diri menjawab pesan tersebut.

Oke
Sans, semoga kalian bahagia

Thanks

Tidak ingin menambah luka lara, Dera memilih menyimpan ponselnya, gadis itu mengambil buku bersampul fantasi dan mencoba memfokuskan diri ke dalam bacaan itu.

Namun, harapannya pupus begitu melihat dua orang yang ingin Dera jauhi memasuki kelas dengan tangan masih bergandengan.

Suara batuk yang dibuat-buat mengema di dalam ruang kelas disusul oleh sebuah suara, "gak ada kendaraan perasaan juga bukan lagi di jalan raya ngapain segala gandengan coba?"

Tawa lain mengema, kini suara berganti lebih berat, "takut nanti jatuh, ayang, kamu jangan gitu. Kan lagi hamil, kalau jatuh terus keguguran nanti semua rencananya hangus dong?"

Kini semakin banyak tawa yang terdengar, Dera memberanikan diri untuk mendongak, bertepatan dengan tatapan marah dari Arinda dilayangkan kearahnya. Gadis itu menaikkan satu alisnya dengan heran. Apa salahnya, kenapa jadi dirinya yang mendapat pelototan ibu hamil itu?

Dera memilih mengendikkan bahunya, gadis itu kembali menunduk, melanjutkan acara membacanya yang sempat tertunda oleh drama yang dibuat Clara dan Gilang.

Jam istirahat berbunyi, Dera bergegas mengemasi barang-barang di mejanya. Gadis itu melirik ke meja Clara yang berjarak melewati bangku milik Arinda. Hingga lagi-lagi tatapan keduanya bersitatap. Dera bisa melihat tatapan benci itu masih ada di sorot tajam milik Arinda. Sebisa mungkin Dera membalas tatapan itu dengan santai. Ia tidak ingin terlihat menyedihkan hingga membuat Arinda kesenangan karena merasa lebih unggul darinya.

GOWARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang