Chapter 15

194 21 0
                                    

HAPPY READING!

———

Seorang gadis berambut sebahu menuruni anak tangga dengan anggun. Gadis itu tersenyum menyapa mamanya yang duduk manis dimeja makan bersama sang suami.

"Mama denger, disekolah kamu ada olimpiade matematika ya? Gimana kamu lolos?"

Senyum yang sempat tersungging dibibir mungil gadis itu perlahan luntur, kini berganti menggigit bibir bingung harus menjawab apa.

"I-itu,"

"Kamu gak lolos? Karena apa?" Potong pria paruh baya dengan wajah datar yang dingin.

Leora Meischa Sandriara menunduk takut, bukannya tidak lolos seleksi, namun nama Dera lah yang sudah dipilih guru matematikanya sejak awal. "Pihak sekolah langsung memilih Dera sebagai-"

"Kamu dari dulu ngalahin dia aja gak bisa! Dia itu anak IPS, anak miskin, kampungan, yang pasti gak pernah les kayak kamu. Bagaimana kamu bisa kalah sama dia!" Bentak Prada, ayahnya.

Mendengar itu, Lora semakin menunduk dalam. Air mata mulai mengenang dipelupuk matanya, merasa gagal untuk membanggakan orang tuanya.

"Belajar yang rajin! Jangan main mulu, kalau sampai kamu gak bisa nyingkirin dia dari daftar olimpiade besok, fasilitas yang kamu milikin saya sita satu bulan!"

"Yah, tapi-"

"Apa? Mengelak? Itu berarti sudah menyakinkan kalau kamu bodoh! Kamu lemah, lawan dia saja kamu kalah!? Ck, tidak berguna!"

Lora mengulum bibirnya kuat, menahan isak tangis yang siap meledak saat itu juga. Rasanya hancur berkeping-keping ketika usaha yang sudah dilakukannya seolah tidak pernah ternilai dimata mereka.

Tap....Tap

"Jadilah anak berguna, jangan seperti kakak mu, tidak berguna! Hobinya keluar-masuk BK, membuat keributan, dan merepotkan kami!" Hardik Prada tiba-tiba saat melihat anak sulungnya berjalan santai menuruni anak tangga.

Valen mendengar semua serapahan sang ayah, namun cowok itu memilih bodo amat tak menghiraukan.

"Tidak punya sopan santun! Ajari anak mu itu tata krama yang betul!" Marahnya menyinggung kepergian Valen tanpa pamit sepatah katapun.

Langkah Valen terhenti dengan nafas kasar, berbalik memandang Prada yang juga menatapnya sekilas. "Gak usah banyak bacot! Elo sendiri gak becus jadi ayah, sok belagu!" Balas Valen menatap tajam Prada yang pura-pura memakan nasi goreng dipiringnya.

"Valen yang sopan sama ayah kamu!"

Senyum miring tercetak disudut bibir cowok itu, melirik sang adik yang juga menatapnya dan membuang pandang kemakanan dipiringnya. "Coba tanya noh anak kesayangan lo, udah becus belum kalian jadi orang tua? Baru kalian bisa menggurui gue!"

Valen berbalik pergi setelah mengucapkan kata itu. Mengabaikan tanggapan setelah ucapannya tadi.

"Hidup dewasa jangan seperti kakak mu, cepat berangkat sekolah. Ingat kamu harus bisa menyingkirkan nama gadis itu dan mengantinya jadi nama mu, ayah tidak mau tau!" Prada berdiri setelah mengatakan hal tersebut.

Ria sebagai istri Prada langsung berdiri mengantarkan sang suami ke depan. "Hati-hati ya mas, maaf atas kesalahan Valen. Aku akan nasehatin dia nanti."

"Ya, urus anak mu itu!"

"Ma, Lora berangkat."

Ria berbalik, "iya, jangan lupa pesan ayah mu tadi, jangan mengecewakan kami, okey sayang?"

Mengangguk berat, Lora berusaha menampilkan senyum sebisanya, "Lora usahakan ma."

"Kenapa bukan iya jawabanya? Kamu ragu kemampuanmu?"

GOWARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang