Chapter 40

115 12 19
                                    

Happy reading!!

——

"Lo itu cuma kecelakaan, kenapa bangunnya lama banget sih!"

Sejak tadi ingin rasanya Ozi membekap mulut gadis yang terus mengoceh tanpa henti dengan kain pel rumah sakit, tapi apalah daya, ia belum sembuh total dan Ozi tidak ingin mencari penyakit untuk berhadapan dengan Dera.

"Kecelakaan parah maksudnya kan? Wajar dong gue lama bangun. Dimimpi gue semuanya serba indah, makanya gue betah."

Dera mendengus setelah mendapat balasan dari Ozi, gadis itu menyuapi Ozi sejenak dengan buah jeruk. "Harusnya gue minta sama tuhan buat ngasih lo mimpi masuk ke neraka sih!"

Terdengar suara tawa dari sudut sofa, Ganesha beranjak dari tempatnya, menyambar kunci dan jaket lalu berpamitan untuk undur diri.

"Mau kemana lo, cok?! Gue baru sadar malah ditinggal-tinggal, ciri-ciri temen biadab!!"

"Bacot nyett, makannya sehat terus. Salah sendiri ngapain pakek kecelakaan segala."

Ozi mengumpati kepergian Ganesha di sisi lain cowok itu menatap Dera penuh arti. "Gue dari kemarin gak lihat Awan, kemana tu bocah?"

Mendapat pertanyaan itu mendadak Dera membuang pandang. Gadis itu beralih mengambil buah baru di sofa agar terhindar dari pertanyaan tersebut. "Zi, mau makan apel hijau atau apel merah?"

Tidak ada balasan, Dera dengan ragu menoleh dan hanya mendapati raut datar dari cowok itu. Ia menghembuskan napas panjang lalu kembali duduk di sebelah Ozi dengan tangan membawa dua buah apel merah.

"Biar gue kupasin bentar."

Ozi mendengus, cowok itu langsung menarik selimutnya sampai menutupi kepala membuat Dera sedikit tersentak dengan kelakuan cowok itu.

"Zi?"

"...."

Dera mendengus kasar, "yaudah kalau gak mau makan, gue keluar."

Tidak ada pergerakan dari cowok itu, hingga akhirnya Dera memutuskan untuk bangkit. Namun belum sempat melangkah, tangannya sudah ditahan lebih dulu. "Lo lagi marah karena dia dorong gue kan?"

Mulut Dera bungkam, tapi Ozi yakin dengan melihat bola mata Dera yang bergerak gelisah. "Kenapa? Di sini gue yang salah, Der. Bukan Awan!"

"Zi, bisa lupain? Tolong." pinta Dera penuh permohonan.

Ozi membuang muka, cowok itu berdeham, "mana apelnya? Gue mau makan yang manis-manis, yang di depan gue sepet soalnya." Ucap Ozi seraya menunjukkan wajah full senyum.

Dera ikut terkekeh, cowok itu sangat ahli jika disuruh mengalihkan pembicaraan. "Tau gak, Zi. Temen lo satu itu udah gak jomblo."

"Siapwa?"

"Ganesha, kemarin belagak nganter Leora pulang tapi ternyata ditembak di jalan."

Ozi terbahak hingga membuat perutnya kram, "serius? Tu anak nembaknya di jalanan? Anjirrr, kagak elit banget. Pantesan tadi semangat banget buat pergi."

Dera mengangguk, menyetujui, "ho'oh, pantesan sebelum itu tanya-tanya mulu cara nembak cewek."

"Jamannya mbak kun pasti dia dulu yang nembak! Makanya tu anak belom ada pengalaman nembak cewek." Tawa Ozi mengurai. Mencairkan ketegangan yang sempat terjadi beberapa waktu tadi.

"Oiyahh! Gue belum cerita kann, kayaknya kosan sebelah gue memang angker deh, Zi!"

"Gimana bisaa? Emang ada kejadian apa lagi?"

"Gue denger ada suara air kamar mandi hidup, padahal itu jam 1 malem." Ungkap Dera mengusap lengannya yang tiba-tiba merinding.

"Udah lo cek? Udah bilang ibu kosan?"

GOWARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang