Chapter 30

172 27 26
                                    

Happy Reading🥳
——

"Alan gak setuju dengan perjodohan ini."

"Alan!"

"Ma, Pa, selama ini Alan gak pernah ikut campur urusan kalian. Pernah Alan mencampuri urusan pekerjaan kalian dan kesibukan kalian? Tidak bukan. Jadi, Alan mohon, mama dan papa juga tidak mencampuri apa yang jadi keputusan Alan." Awan mengecek jam ditangannya dan beranjak, "saya harus kembali mengecek bengkel, permisi."

Kepergian Awan membuat Arinda kecewa, gadis dengan dress moca segera beranjak mengejar cowok itu. "Permisi, Arin ijin ingin berbicara sebentar dengan Alan."

"Alan tunggu!!" Teriak Arinda ketika sudah sampai di teras rumah cowok itu. Awan menoleh kebelakang, satu alisnya terangkat, menatap datar gadis yang sekarang mulai mempersingkat jarak.

"Kenapa lo gak setuju sama perjodohan ini?" Tanya Arinda dengan penuh hati-hati. Gadis itu mengigit pipi dalam dengan cemas.

"Apa manfaatnya buat gue?"

Deg!

"A-apa karena Dera?" Arinda langsung menunduk setelah mengatakan hal itu. Kedua tangannya saling tertaut dengan gelisah.

Hening, tidak ada jawaban dari cowok itu. Arinda memberanikan diri mendongak. Gadis itu sedikit tersentak ketika tatapan dingin dari cowok itu mengarah dalam ke manik matanya.

"O-orang tua kamu juga setuju."

Awan menghela napas kasar, diliriknya anak dari teman mamanya yang sekarang menunduk sembari bermain tangan. "Orang tua gue emang suka sama elo. Tapi sayang gue enggak."

Deg!

Bagai terkena hantaman kuat, dada Arinda berdeyut nyeri mendengar perkataan cowok itu. Mengigit bibir bawah menahan tangis yang siap meledak kapanpun juga, Arinda menunduk dalam. "A-apa yang kurang dari a-aku?"

"Gue gak suka sama lo."

"T-tapi kan perasaan bisa berubah kapan aja." Tak menyerah, Arinda mencoba membujuk Awan untuk menerima perjodohan mereka.

"Tuh lo tau, kenapa lo terima perjodohan ini kalau tau perasaan bisa berubah kapan aja?"

"Ah?" Arinda membeo merasa kalah bicara dengan cowok itu.

"Cari cowok yang bisa memperjuangin lo, jangan elo yang memperjuangin cowok. Karena itu percuma." Awan berbalik setelah mengatakan hal tersebut. Tanpa memikirkan perasaan Arinda yang hancur karena penolakan cowok itu.

Awan melajukan motor aerox besarnya membelah jalanan malam ibu kota yang masih padat. Cowok itu berhenti disebuah bengkel luas yang beroperasi 24 jam, ia turun dari motornya dan menyapa beberapa pegawai seumuran dirinya dengan ramah.

"Loh, katanya ada acara keluarga? Kok malah kesini?" Seorang lelaki paruh baya dengan pakaian penuh bercak hitam oli baru keluar dari ruangan membawa segelas kopi hitam yang masih panas.

"Males pak lek, enakkan di sini." Jawab cowok itu yang setelahnya mendudukkan diri di sebuah kursi sofa yang ada di sudut bengkel. "Udah pada makan mereka pak lek?"

"Alhamdulillah sudah, kamu sudah makan juga to?"

Awan mengangguk sekilas, cowok itu melirik salah satu motor yang ada disana, motor yang tak asing dimata dan ingatannya. Motor scoopy toska dengan nomor polisi sama seperti milik Dera.

Awan beranjak dari duduknya dan mendekati motor tersebut. Dilihatnya beberapa goresan dibody motor tersebut. "Udah dari kapan motor ini ada di sini?"

"Oh, kemarin malem bang, dua cowok kesini nganter motor ini."

GOWARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang