Part 26

2.4K 239 21
                                    

Sesuai janjinya Toji pun menceritakan semuanya pada Satoru. Toji bahkan memberitahu tentang Suguru dan organisasi yang ia dirikan. Ingat Toji adalah informan terbaik? ia bisa mendapatkan informasi apa saja yang ia inginkan


Satoru sendiri hanya terdiam. Suguru, orang yang selama ini ia duga pergi mencampakkannya justru melindunginya dari bahaya.


"Satoru aku telah menceritakan semuanya padamu, jadi aku minta padamu seandainya kita bertengkar jangan pernah pergi jauh dariku. Di saat seperti itu adalah kesempatan bagus bagi mereka untuk menghabisimu."


"Lalu bagaimana dengan Megumi? kau tadi bilang Sukuna ada hubungannya dengan Suguru."


"Untuk saat ini kau harus menyebutnya Kenjaku. Jika identitasnya ketahuan, akan ada banyak orang yang akan memburunya."


"Kenapa harus jalan seperti itu yang ia lalui? Aku harus menemuinya." Satoru beranjak dari posisi duduknya namun Toji langsung menahan lengan Satoru agar tidak pergi.


"Untuk hari ini bisa kau tunda dulu? Istirahatlah jika kau tidak mau aku ajak ke rumah sakit."


Satoru menurut. Ia kembali duduk dan merebahkan kepalanya di bahu Toji. "Aku lelah hanya dengan mendengar semuanya darimu, biarkan seperti ini sebentar."


Toji mengusap surai putih Satoru dengan lembut. "Butuh pelukan?"


Satoru menggeleng. "Begini saja cukup."


"Sebaiknya kau tidur di pangkuanku, aku ada sedikit pekerjaan." ucap Toji yang kini merebahkan kepala Satoru di pangkuannya. Ia kemudian mengambil laptop dan mulai melakukan pekerjaan yang selama ini ia sembunyikan. Biasanya Toji jika sudah mulai bekerja ia akan mengunci diri di kamar.


"Kau tidak masalah bekerja dengan aku yang ada disini?" tanya Satoru. Ia sedikit menyipitkan mata melihat layar laptop Toji yang kini dipenuhi angka dan huruf kecil, semacam kode yang Satoru tidak mengerti.


"Tidak apa-apa, lagipula kau juga tidak akan mengerti."


"Kau benar." Satoru membalikkan tubuhnya untuk memeluk pinggang Toji yang pahanya masih Satoru jadikan bantal.






.




Megumi memandangi pemandangan bintang dari balkon rumah Sukuna. Ia akan pulang ke rumah namun masih menunggu Sukuna selesai mandi.



"Kau bosan menungguku?" sosok bersurai merah muda itu memeluk Megumi dari belakang. Ia melingkarkan tangannya ke pinggang ramping Megumi dan  menghirup dalam aroma leher pemuda itu.


"S-Sukuna hentikan.." ucap Megumi karena merasa geli karena Sukuna menempelkan bibir di lehernya.


"Kau pacarku kan? kau harus mulai terbiasa."


"Sukuna!!"


"Ah iya kau harus pulang." ujar Sukuna lalu melepaskan Megumi. Megumi kalau sudah mode galak pasti susah dijinakkan.


"Antar aku sampai depan saja, aku tidak mau kau berdebat dengan ayahku nanti."


Sukuna mendekatkan bibirnya dengan Megumi dan mengecup singkat bibir pemuda tersebut. "Iya sayang." ucap Sukuna setelah ciumannya terlepas.


Mereka pun berjalan kaki menuju rumah Megumi. Sukuna menawarkan bawa motor tapi Megumi tidak mau karena kekasihnya sering ngebut jika naik motor.


"Megumi jika kau mencintai seseorang apa kau mau menerima segala keburukan yang orang itu miliki?" tanya Sukuna. Jalanan mulai sepi karena memang jam telah menunjukkan pukul delapan malam dan jalan yang mereka lalui memang jalan yang jarang dilalui oleh pejalan kaki.


Minta RestuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang