5: The unexpected things (Part 1)

8 3 3
                                    

✨✨✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✨✨✨

Ira langsung meloncat ke kasurnya, memeluk guling kesayangannya dan menendang-nendang benda tak bersalah itu akibat rasa kesal yang luar biasa. Tidak-tidak. Tidak hanya rasa kesal yang kini memenuhi hatinya, tetapi juga rasa malu dan lega yang tak kalah besarnya. Gadis itu menutup wajahnya sambil meringis, menyumpahi lelaki berparas menawan itu karena sudah bersikap seenaknya sendiri.

Di ruangan ekskul yang nyaris kosong itu, Gemilang tiba-tiba saja muncul dengan senyum miring andalannya. Ira cuma mampu melongo saking kagetnya, sementara beberapa temannya yang lain tampak tak percaya melihat sosok idola sudah berdiri di bingkai pintu sambil memamerkan senyum memesona.

Saat itu, Ira benar-benar berpikir bahwa tak ada yang bisa ia lakukan selain terjebak dalam pembicaraan palsu bersama cowok itu. Ira haya bisa tertawa menanggapi perkataan cowok itu, meskipun ia tahu kalau sosok bernama Gemilang itu sama sekali tak bermaksud untuk memuji rancangan desainnya. Lelaki itu cuma ingin menyudutkan Ira—memberitahu cewek itu jika ia tak bermain-main dengan perkataannya di ruang kesenian.

Untungnya, ponsel hitam Ira mendadak berbunyi  dan memberikan gadis itu kesempatan agar segera kabur dari ruangan ekskul jurnalistik. Ira pun berlari cepat ke arah gerbang sekolah dan menaiki mobil berwarna putih yang dikendarai Bunda dengan terburu-buru. Pertanyaan-pertanyaan Bunda mengenai tingkah anehnya pun diabaikan begitu saja, dibelokkan dengan topik-topik lain yang sekiranya lebih mudah untuk dijawab.

Ira mengusap wajahnya frustasi, berguling ke arah nakas untuk mengambil ponselnya yang tergeletak di sana. Kedua matanya pun mengerjap cepat, bersamaan dengan tangannya yang gesit untuk melihat pesan yang masuk ke ponselnya. Ira hanya bisa menggigit bibir saat membaca pesan Darel yang baru terkirim beberapa menit yang lalu. Upayanya untuk menghindari Gemilang hanyalah sebuah perbuatan sia-sia belaka—selama cowok itu 'masih' akan menjadi bagian dari ekskul jurnalistik.

Darel (Ketua Ekskul Junalistik Angkatan 14)
Oh, iya, guys. Buat wawancara anggota baru bakalan diadain minggu depan, ya! Buat perwakilan yang udah nyambung ke group chat calon anggota, tolong dikasih tahu, ya, adek-adek atau temen-temennya. Makasih~

✨✨✨

Bel istirahat pertama yang dinanti-nanti pun akhirnya berbunyi, membuat siswa-siswi kelas XI MIPA 4 menghela napas lega bersamaan. Tak terkecuali lelaki itu—lelaki dengan julukan 'Idola Sekolah' yang kini sedang mengembalikan angklung pinjamannya ke tempat penyimpanan. Sebuah senyuman tipis pun sama-samar terukir di wajahnya, ketika mengingat kejadian yang ia alami di tempat ini beberapa hari yang lalu. Seorang gadis berambut sebahu yang aneh—yang dengan percaya dirinya mengatakan bahwa ia tidak akan memberitahu rahasia terbesar cowok itu kepada siapapun. Lelaki itu lantas mendengus geli, tak percaya bahwa dirinya lagi-lagi memikirkan gadis itu.

Ting!

Cowok itu langsung menoleh ke arah sakunya saat sebuah notifikasi masuk ke ponselnya dan menimbulkan bunyi yang cukup keras. Senyum tipisnya yang semula terbit malu-malu, segera hilang tak berbekas begitu membaca sebuah pesan yang baru saja terkirimkan padanya. Rasa lelah yang menyebalkan sekaligus menenangkan itu pun kembali menyelimuti hatinya—seolah-olah sudah menjadi teman dalam kesehariannya yang menyesakkan.

Tentang Kilau Sang GemilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang