✨✨✨
Suara ketukan pada meja pun bertambah semakin cepat seiring berjalannya waktu. Kedua mata bulat yang sedari tadi terus melirik resah, kini langsung terdiam saat bersitatap dengan sebuah tatapan misterius yang tiba-tiba tertuju ke arahnya. Lelaki itu tampak meletakkan mangkuk es krimnya, lalu menyilangkan kedua tangan. Memperhatikan seorang gadis yang duduk di hadapannya.
"Lo ... mau sampai kapan kayak gitu terus, Ra?"
Ditanya seperti itu, Ira refleks berdecak. Ia mengambil segelas milkshake stroberi dan langsung meneguknya dengan kasar. "Aku kali ini salah apa lagi, sih, Gemilang? 'Kan, udah kubilang, kalau yang tadi juga enggak sengaja!"
Mendengar hal itu, Gemilang hanya diam dan mengangguk pelan. Kelihatannya ia tidak terlalu peduli dengan apa yang sudah terjadi di antara mereka berdua—lagi. Meski kenyataannya malah berbalik 180 derajat.
"Gue, 'kan, juga udah bilang tadi, Ra," Gemilang sekali lagi menyuapkan es krim ke dalam mulutnya, "lo lagi-lagi salah besar karena udah ngelihat gue nangis. Jadi, lo harus nebus kesalahan itu dengan makan es krim bareng gue. Tapi, penebusan ini enggak termasuk buat kesalahan lo yang pertama, ya. Itu beda cerita soalnya."
Ira sontak menggigit bibirnya jengkel. Apa yang dikatakan cowok itu tadi? Ira lagi-lagi salah besar? Penebusan kesalahan?
Hah!
Telinganya tidak salah dengar, 'kan?
"Ya, tapi, 'kan, enggak usah sampe ke kedai es krim kayak gini, Gemilang ... "
"Diem. Gue mau menepati janji pas di ruang kesenian—buat ngeganggu lo. Lagian, gue juga, 'kan, yang traktir sekarang? Jadi, tolong nikmatin dulu milkshake yang udah lo pesen itu, Ira."
Ira lantas mengembuskan napas berat, berusaha sabar dengan tingkah cowok itu yang luar biasa. Walaupun begitu, ia tak bisa memugkiri kalau batinnya terus menggerutui lelaki berparas memesona itu. Sungguh, Ira berani bersumpah bahwa ia sama sekali tak sengaja saat melihat lelaki itu menangis di belakang sekolah tadi sore.
Setelah kegiatan ekskul jurnalistik yang melelahkan berakhir, seluruh anggota pun memutuskan untuk mengadakan acara tambahan dalam merayakan kelancaran wawancara mereka. Ira yang saat itu terlalu lelah untuk mengikuti acara tersebut, akhirnya memutuskan untuk segera pulang. Ia pun meminta izin kepada Darel dan melangkah melewati jalur belakang sekolah agar tidak mengganggu para pekerja yang sibuk membangun panggung untuk pertunjukan ekskul tari dan musik.
Namun, siapa yang menyangka bahwa keputusan Ira sore itu malah membawanya pada sesuatu yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya?
Sore itu, di saat jam pulang sekolah yang diidam-idamkan para murid tiba, Syaira Khanzania Putri secara tak terduga justru menyaksikan seorang Kilau Gemilang Satria menangis di teras belakang sekolah, tanpa ada seorang pun yang menyadarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kilau Sang Gemilang
Teen FictionKilau Gemilang Satria. Ya, dialah orangnya. Sesosok lelaki yang bisa menarik perhatianmu kapan saja--menyedotmu dalam pesonanya yang tak bercela. Ia seolah bersinar bermandikan cahaya, lagi misterius layaknya malam yang hampa. Sejujurnya, tak ada ha...