16: Revealing the truth? (Part 2)

12 2 0
                                    

✨✨✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✨✨✨

"Wih! Ini beneran kalian ngerjainnya baru kemarin? Ini udah keren banget tahu!"

Di jam istirahat kedua yang masih belum terlalu ramai, Ira pergi menemui Darel dan Luna di ruang ekskul jurnalistik. Sepasang netra yang gelap itu tampak berbinar, jemarinya bergulir untuk melihat berbagai sketsa karikatur yang baru dibuat divisi desain kemarin malam.

"Makasih banyak Rel, buat pujiannya. Rencananya, besok lusa udah jadi sih karikatur sama pernak-pernik lainnya. Terus pas hari Jumat sore, habis pulang sekolah, kami tinggal tempel aja di mading sekolah."

Ucapan Ira itu dihadiahi anggukan paham oleh Darel. Lelaki itu pun mengembalikan ponsel gadis itu dan tatapannya mengarah kepada Luna yang berdiri di sebelahnya. "Oh, oke kalau gitu. Omong-omong, divisi jurnalis gimana, Lun? Enggak ada masalah, 'kan, buat karya tulisnya?"

Luna yang sedari tadi menyimak perbincangan Ira dan Darel segera menggelengkan kepala. Gadis itu mengangkat setumpuk kertas warna-warni yang sudah bertengger di kedua tangan. Tampaknya, saran Gemilang mengenai warna kertas diterima dengan baik oleh divisi jurnalis. "Enggak ada kok, Rel. Divisi jurnalis sejauh ini aman-aman aja. Hari ini kami bakalan nge-print karya tulisnya, supaya besok bisa langsung diserahin ke divisi desain."

Mendengar penjelasan itu, kepala Darel terangguk kembali. Senyum puasnya terbit dan ia kembali duduk di kursinya. Ia mengambil ponsel dan memberi check-list kepada beberapa list tugas yang sekiranya sudah selesai dilaksanakan.

"Good job, guys. Makasih banyak buat kerja kerasnya. Berarti, untuk urusan mading bulanan udah kelar, ya? Buat sisanya sampai akhir pengerjaan nanti, gue serahin ke kalian, ya. Nanti kalau udah selesai, kirimin aja foto madingnya ke gue buat dicek. Ya udah, sampai sini dulu aja ya, pembicaraan kita. Sementara gue harus stay di sini buat diskusi lagi sama anak OSIS dan Bu Rani, kalian boleh balik ke kelas sekarang."

Setelah bertukar sapa untuk terakhir kalinya dengan Darel di ruang ekskul, Ira dan Luna pun berpisah di persimpangan koridor antara gedung IPA dan gedung IPS. Masih ditemani lambaian kecil ke arah Luna, Ira dapat merasakan getaran kecil yang berasal dari saku kemejanya. Kedua sudut bibirnya sontak terangkat tipis. Rupanya, Gemilang baru saja mengirimkan beberapa pesan kepadanya.

Gemilang

Gimana urusan madingnya? Udah beres?

Terus, saran gue soal warna kertas gimana? Diterima enggak sama si Luna?

Dasar. Ira menulis balasan dengan sebuah senyum geli yang menghiasi bibirnya. Saat mereka bertukar pesan beberapa waktu yang lalu, Gemilang tampak biasa-biasa saja ketika mengetahui bahwa Ira akan membicarakan tugas mading bersama Darel dan Luna. Namun, cowok bertubuh jangkung itu menyimpan rasa penasaran juga nyatanya.

Jemari Ira berhenti menari di atas papan ketik. Ia menunjukkan senyum tipis sekali lagi sebelum memastikan bahwa pesannya telah terkirim.

Syaira Khanzania P.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tentang Kilau Sang GemilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang