6: Another side of you (Part 1)

8 3 0
                                    

✨✨✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✨✨✨

"Oke, guys, hari ini kita bakalan ngadain wawancara calon anggota baru ekskul jurnalistik. Semoga wawancaranya lancar dan enggak ada hambatan. Tetep semangat, ya! Cenderawasih 14?!"

"Bisa, bisa, bisa! Fourteenth generation in action!"

Teriakan membahana di depan ruangan ekskul jurnalistik itu pun menjadi tanda bahwa wawancara calon anggota baru akan segera dimulai. Tepuk tangan pun terdengar riuh, menjalar cepat bersama semangat yang berusaha ditularkan oleh sang ketua ekskul kepada anggotanya.

Namun, semangat yang membara itu tampaknya tak begitu berpengaruh pada Ira—gadis itu kini justru terdiam sambil menyunggingkan senyum seadanya. Pada akhirnya, ia pun memutuskan untuk terlibat dalam wawancara meskipun kekhawatiran masih menghinggapi hatinya. Ira hanya ingin menjalankan tanggung jawabnya sebagai koordinator divisi desain, sekaligus membuktikan pada Gemilang bahwa ia tak akan menghindar lagi dari cowok itu. Sosok berparas menawan itu juga harus tahu kalau Ira tidak main-main dengan perkataannya.

Yah, walaupun aku baru sadar pas Gemilang bilang kayak gitu kemarin, sih ...

"Ira!"

Panggilan yang terdengar tak asing itu pun membuat kepala Ira sontak tertoleh. Senyuman lebar pun langsung terukir di wajahnya, saat teman dekatnya itu mulai menghampiri sambil membawa sekotak susu stroberi kesukaannya.

"Loh, tumben banget kamu ke sini, An. Oh, iya, makasih buat susu stroberinya," ujar Ira senang, lalu melambai ke arah Gibran yang ternyata juga datang bersama Anaya. Cowok itu membalas lambaiannya singkat, mengangguk sekilas.

"Aku dateng ke sini buat kasih kamu susu stroberi kesukaanmu, Ra. Kamu, 'kan, bakalan stay di sini sampe wawancaranya selesai dan itu bakalan lama. Kamu seenggaknya harus isi perut sama susu stroberi ini."

Mendengar ucapan Anaya yang penuh perhatian itu membuat Ira langsung tersenyum sumringah. Ia kemudian menyenggol gadis itu pelan.

"Aduh, sahabatku satu ini perhatian banget, ya. Makasih banyak, Anaya!"

Anaya balas menyenggol Ira, menyahuti omongan gadis itu dengan percaya diri. "Aku emang perhatian dari dulu, tahu! Ya udah, kalau gitu aku ke kelas dulu, ya. Bentar lagi bel masuk soalnya. Semangat buat wawancaranya, Ira!"

Ira menganggukkan kepalanya, kembali melambaikan tangan ketika dua sejoli itu mulai menghilang dari hadapannya. Gadis itu menunduk, menatap sekotak susu yang kini berada di genggamannya. Kedua tangannya mengepal, sementara mulutnya menggumamkan kata semangat berulang kali.

Semangat, Ira! Kamu pasti bisa! Kalau ada Gemilang, anggep aja dia radio rusak!

Berbekal dengan semangat yang timbul karena sekotak susu stroberi, Ira pun melangkah masuk ke dalam ruangan ekskul jurnalistik. Meskipun hari ini akan terasa sangat berat, Ira tidak boleh membiarkan dirinya bersembunyi terus-terusan.

Cowok bernama Gemilang itu harus ia hadapi—entah bagaimana nanti akhirnya.

✨✨✨

Pada tahun ajaran baru kali ini, calon anggota baru ekskul jurnalistik sedikit meningkat dari tahun sebelumnya. Total calon anggotanya ada 40 orang—30 orang dari kelas X dan 10 lainnya adalah siswa-siswi yang duduk di kelas XI. Kini, para calon anggota baru pun sudah duduk rapi di tempat yang disediakan, termasuk lelaki berparas rupawan yang telah berlalu-lalang di pikiran Ira selama beberapa hari terakhir ini.

"Adik-adik dan temen-temen sekalian, seperti yang udah kami informasikan di pengenalan ekskul masa orientasi kemarin, ekskul jurnalistik terbagi dalam tiga divisi. Divisi yang pertama adalah divisi jurnalis—yang bertugas dalam hal-hal yang berkaitan sama wawancara, segmen majalah, penyusunan mading, dan blog sekolah. Lalu, yang kedua ada divisi fotografi—divisi yang bertugas dalam segala bentuk dokumentasi, seperti foto dan video. Terus, yang terakhir ada divisi desain—divisi yang bertugas untuk menyiapkan segala desain untuk keperluan ekskul, seperti mading, majalah, dan sejenisnya."

Penjelasan Darel yang cukup panjang itu langsung disambut oleh anggukan para calon anggota baru. Mereka terlihat antusias dengan gambaran tugas yang akan mereka dapatkan; bila resmi menjadi anggota sesuai dengan divisi yang sudah mereka pilih. Namun, tak semua calon anggota baru merasa antusias karena hal itu.

Setidaknya itulah yang dipikirkan Ira—sejak kedua matanya tak sengaja menangkap sesosok lelaki yang kini duduk di bangku paling belakang. Cowok itu sama sekali tak memperhatikan penjelasan Darel, dan malah sibuk dengan sebuah buku kecil yang dibawanya. Gemilang sedang asyik di dunianya sendiri, entah apa yang sedang ia tuliskan di sana.

Kalau boleh jujur, Ira sebenarnya sangat bersyukur karena Gemilang hanya menyapanya seperti kenalan biasa. Tadi pagi mereka berpapasan di depan pintu, saling bertukar sapa walaupun Ira membalasnya dengan kikuk, dan berakhir saling menjauh karena Ira bertugas sebagai salah satu panitia wawancara. Tetapi, yang membuat gadis itu kesal adalah: Gemilang benar-benar menganggapnya seperti angin lalu!

Ya, bagus, sih, kalau Gemilang enggak ngapa-ngapain. Tapi, kok, rasanya, dia lagi mainin aku, ya?! Ira membatin kesal dalam hatinya, sembari menyimak perkataan Darel yang belum selesai.

"Nah, karena ekskul jurnalistik terbagi dalam tiga divisi itu sendiri, maka wawancara bakal diadain terpisah sesuai dengan divisi yang kalian pilih. Di sini udah enam meja wawancara, di mana pewawancara kalian adalah koordinator masing-masing divisi dan tiga anggota lain yang udah dipilih sama koordinator. Gue rasa, cukup itu aja hal-hal yang perlu gue sampaikan ke kalian. Untuk selanjutnya, kalian bakalan diarahin sama wakil gue. Sekian dari gue dan semangat semuanya!"

Berakhirnya penjelasan Darel mengenai wawancara calon anggota baru, membuat Ira lantas mengembuskan napas berat. Ia sekali lagi menatap ke arah Gemilang, memperhatikan gerak-gerik cowok itu yang tampaknya tak menyiratkan keanehan sedikit pun. Ira kemudian memalingkan wajahnya, mengikuti pengarahan wakil ketua ekskulnya untuk segera duduk di meja wawancara masing-masing.

Meskipun Gemilang bersikap biasa saja, Ira tidak boleh membiarkan dirinya lengah. Ia tidak ingin lelaki itu tiba-tiba melakukan hal yang mengejutkan dan membuat semua orang jadi bertanya-tanya mengenai hubungan mereka berdua.

Beberapa menit pun berlalu dengan cepat dan wawancara calon anggota baru akhirnya dilaksanakan. Ira pun langsung memperbaiki posisi duduknya, dan menunjukkan senyum tipis saat seorang calon anggota mulai datang ke mejanya untuk melakukan wawancara.

Terlepas dari apapun yang akan terjadi nanti, Ira harus tetap fokus menjalankan tugasnya sebagai koordinator divisi desain ekskul jurnalistik.

✨✨✨

Tentang Kilau Sang GemilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang