✨✨✨
"Anayaaa! Aku harus apa? Aku enggak suka, An! Aku enggak sukaaaaa!"
Ira terus memegangi dahinya dengan frustasi, lalu mengguncang-guncangkan bahu seorang perempuan di hadapanya penuh keputusasaan. Anaya yang sebenarnya tak sengaja lewat dan bertemu dengan teman dekatnya itu di jam istirahat kedua, hanya bisa diam sambil memandangi gadis itu keheranan.
Anaya mengembuskan napasnya, mencoba untuk melihat wajah gadis itu dengan lebih jelas."Kamu kenapa, sih, Ra? Aku cuma numpang lewat doang, loh, padahal. Kamu emangnya enggak mau ke kantin gitu, mumpung istirahat?"
"Anaya!" panggil Ira agak keras, membuat Anaya sedikit terkejut.
"Apa?!" balas Anaya dengan nada yang sama, sementara keningnya semakin mengerut.
Ira pun menutup wajahnya sambil kembali meringis, berkali-kali menggerutu tentang betapa sialnya dia hari ini. Ira benar-benar tak menyangka bahwa seseorang yang ia sukai sejak setahun yang lalu tiba-tiba mendaftarkan diri sebagai anggota baru eskul jurnalistik dan bahkan memilih divisi yang sama seperti dirinya.
Jika saja keadaannya lebih baik—ah, ralat, jika saja Ira tidak mengetahui rahasia terbesar Gemilang, bisa dipastikan cewek itu sudah jingkrak-jingkrak saking senangnya. Namun, situasinya sudah berbeda sekarang. Bagaikan langit dan bumi, cowok yang sayangnya masih tampak memesona itu berubah menjadi orang yang sama sekali berbeda. Ira sendiri yakin bahwa siapapun tak akan percaya bila Gemilang yang dikenal halus tutur katanya itu, ternyata juga suka mengumpat dan menyumpahi orang-orang yang ia anggap menyebalkan. Intinya, lelaki itu terlihat amat menakutkan di mata Ira sekarang.
"Kamu itu kenapa, sih, Ra? Kamu ada masalah, kah?" Melihat tingkah Ira yang sangat aneh, membuat Gibran—kekasih Anaya—ikut angkat suara. Sejujurnya, Gibran sendiri tak terlalu dekat dengan Ira. Namun, kesibukannya sebagai anggota OSIS di seksi bidang kebahasaan dan budaya, membuat lelaki itu mau tak mau harus selalu berurusan dengan ekskul jurnalistik dan beberapa ekskul bahasa asing lainnya. Lelaki itu pun tak jarang mengantarkan Anaya ke rumah Ira—apabila kekasihnya itu ingin mampir sebentar ke rumah teman baiknya.
Ira menatap Gibran sedikit kesal—kesal karena walaupun ia menceritakan segalanya kepada Anaya dan Gibran, kedua sejoli itu pasti tidak bisa membantunya. Masalah ini pasti akan bertambah rumit, atau lebih parahnya lagi, Gemilang akan mengecapnya sebagai pengkhianat karena mengingkari janjinya untuk tidak memberitahu rahasia terbesar lelaki itu kepada orang lain.
Ira lagi-lagi menepuk jidatnya, pening dan frustasi seolah-olah menumpuk jadi satu di kepalanya. Gadis itu hanya bisa mencebik memikirkan nasibnya beberapa hari ke depan.
Melihat tingkah sahabatnya yang tak biasa, membuat Anaya berusaha sekuat tenaga untuk memberikan semangat terbaiknya kepada Ira. Walaupun ia sendiri benar-benar clueless tentang apa yang sebenarnya terjadi pada gadis berambut sebahu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kilau Sang Gemilang
Ficção AdolescenteKilau Gemilang Satria. Ya, dialah orangnya. Sesosok lelaki yang bisa menarik perhatianmu kapan saja--menyedotmu dalam pesonanya yang tak bercela. Ia seolah bersinar bermandikan cahaya, lagi misterius layaknya malam yang hampa. Sejujurnya, tak ada ha...