8: The art exhibition (Part 2)

5 3 1
                                    

✨✨✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✨✨✨

Ketika Ira mengajak Gemilang untuk pergi ke pameran seni, tak ada hal lain yang gadis itu pikirkan selain: tidak ingin melihat cowok itu kesepian. Mungkin saja Ira salah taksir jika Gemilang merasa kesepian karena tidak bisa ke sekolah di hari libur. Namun, tatapan yang diberikan lelaki itu saat membahas hari libur kemarin entah mengapa membuatnya jadi bersimpati. Hingga akhirnya, sebuah ajakan pun meluncur bebas dari mulut Ira—tanpa pertimbangan atau rencana apapun.

Tetapi, siapa yang dapat menyangka kalau mengajak Gemilang ke pameran seni bukanlah suatu hal yang terlalu buruk?

Lima belas menit telah berlalu, dan kedua sejoli itu pun hampir menyelesaikan gambar mereka. Tak ada yang spesial dari gambar milik Ira, cewek itu hanya menggambar sebuah vas bunga dan beberapa tangkai mawar yang mengisinya.

"Wah ... " gumam Ira pelan, saat tak sengaja melirik ke arah meja seseorang di sampingnya.

Berbeda dari yang Ira bayangkan, Gemilang justru terlihat serius saat menggoreskan pensil ke kertas miliknya. Matanya yang indah itu terkadang menyipit, diikuti dengan kerutan dahi yang menandakan bahwa lelaki itu sibuk berpikir. Mulut yang beberapa minggu terakhir selalu mengeluarkan kata-kata menohok itu bahkan ikut terulum, lalu menampilkan sebuah senyum tipis saat sang pemilik menyelesaikan gambarnya.

Seorang lelaki yang sedang mendongak dengan kedua sayap terbentang lebar di punggungnya. Itulah yang digambar oleh cowok berparas rupawan itu.

"Kenapa? Gambar gue bagus banget, ya?" tanya Gemilang iseng, menyadari kalau gadis itu memperhatikannya sedari tadi.

"Eh? Iya?"

Cowok itu tertawa kecil, lalu bangkit dari duduknya. "Lo kalo mau sendirian di sini, bilang. Gue mau taruh gambar ke loker terus keluar."

Mendengar perkataan lelaki itu, Ira pun buru-buru bangkit dan merapikan alat gambar yang barusan ia pakai. "Ah, aku ikut! Bentar, aku beresin ini dulu!"

Meski sedikit tergopoh-gopoh, Ira pun akhirnya dapat menyusul Gemilang yang sudah berdiri di depan loker. Cowok itu sedikit membungkuk, meletakkan gambar yang dibawanya di tumpukan paling atas.

Sebentar.

Ira termenung di tempatnya. Kenapa cowok itu tidak membawa gambarnya pulang saja?

"Kalian mau taruh gambarnya di loker saja, ya?"

Seperti mewakili isi hati Ira, sang nenek pun tiba-tiba muncul dari meja jaga dan bertanya pada Gemilang. Senyuman tipis pun tersungging di wajahnya, mengangguk singkat kala matanya bersitatap dengan mata binar milik Ira.

"Ah, iya, Nek, saya mau taruh gambarnya di sini aja. Soalnya agak repot kalau dibawa pulang. Enggak apa-apa, 'kan?"

Nenek itu terkekeh, menganggukkan kepalanya. "Iya, enggak apa-apa, Nak. Kami malah senang kalau ada pengunjung yang sengaja meninggalkan karya mereka di sini. Itu seperti kenang-kenangan buat Nenek dan Kakek."

Tentang Kilau Sang GemilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang