16: Revealing the truth? (Part 1)

8 3 0
                                    

✨✨✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✨✨✨

Di tengah senja yang menggelar pertunjukan alam memukau, Ira dan Gemilang hanya bisa menurut ketika sepasang suami istri itu menggiring mereka ke sebuah warung kecil di pinggiran pantai. Keempat makhluk dengan perasaan berbeda-beda itu duduk berhadapan, sama sekali tak menghiraukan beberapa pasang mata yang tampak mencuri-curi pandang ke arah mereka.

"Jadi, kalian intinya ke sini cuma mau ngerjan desain sama cari tempat buat refreshing, gitu?" Rianti terdengar angkat suara, benar-benar tak habis pikir setelah mendengar penjelasan panjang dari remaja lelaki yang duduk di sebelah putrinya itu. Niatnya untuk menghabiskan waktu berdua dengan sang suami sembari menunggu kepulangan anak tercinta, langsung pupus begitu saja saat sosok tak asing tertangkap di sudut matanya.

"Iya, Tante. Dan itu semua, murni ide saya sendiri. Ira sama sekali enggak ikut-ikutan untuk rencananya," jawab Gemilang mantap, tanpa rasa gentar sedikit pun. Sungguh berbanding terbalik dengan Ira—yang sejak sepuluh menit tadi terus bergeming meski kepalanya riuh oleh berbagai macam pikiran menakutkan.

Apa yang harus ia lakukan sekarang?

Haruskah dia diam saja dan menyimak seluruh percakapan yang terjadi di depannya?

Atau menyambung kalimat Gemilang dan meyakinkan orang tuanya bahwa niat untuk mengkhianati kepercayaan mereka tak ada sekali pun singgah di pikirannya?

Pada akhirnya, Ira hanya mampu menundukkan kepala. Mengoceh di dalam hati tentang keberanian yang tak kunjung datang menghampirinya. Bisa-bisa, Ira cuma diam saja sepanjang interogasi yang menegangkan itu!

"Terus, siapa nama kamu tadi, Nak?" Rianti menyibak anak rambutnya. Sebuah ingatan samar tiba-tiba terlintas di kepalanya. "Gemilang bukan, kalau Tante enggak salah inget?"

Ira yang semula terlena dalam keputusasaan, terlonjak kaget saat mendengar ucapan bundanya itu. Sebentar, Bunda tidak benar-benar serius mengenali cowok itu—

"Betul, Tante. Nama saya Gemilang, seperti yang sudah saya bilang di awal tadi."

"Oh!" Bunda segera menggebrak meja dengan kedua tangannya, "ternyata kamu toh, orangnya!"

Gemilang yang tak menduga akan mendapatkan respons seperti itu langsung mengerjap. Kebingungan. Ia kemudian melirik singkat ke arah Ira yang justru dibalas dengan palingan wajah. Apa-apaan gadis itu?

"Maaf, Tante," Gemilang tersenyum sopan dan kembali melemparkan pandangannya ke arah Rianti serta Danu. "Kita ... pernah ketemuan di suatu tempat kah, sebelumnya?"

Rianti menggeleng cepat, tatapan heran dan penuh kesangsian itu sudah tergantikan dengan sorot mata antusias. "Enggak, kita sama sekali belum pernah ketemuan sebelumnya. Tante tahu kamu dari saudara ipar Tante. Beberapa hari yang lalu, kamu pergi ke rumah seninya Mbak Widya, 'kan, sama Ira?"

Penjelasan Rianti itu sontak menjadi titik terang bagi Gemilang. Lelaki itu manggut-manggut sambil menunjukkan cengiran santun, meski batinnya bertanya-tanya mengapa perempuan di sebelahnya itu benar-benar bungkam dan tak memberitahukan apa pun tentang hal ini kepadanya. Padahal, gadis itu jelas tahu mengenai hal yang cukup mengejutkan ini. Waktu gue tatap aja, dia buru-buru buang muka.

Tentang Kilau Sang GemilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang