4: What is the motive? (Part 2)

8 4 0
                                    

✨✨✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✨✨✨

Kilau Gemilang Satria.

Itulah nama seorang lelaki yang berhasil mencuri hatinya dari kali pertama pertemuan mereka, meskipun pada awalnya perasaan itu hanyalah sebuah rasa kekaguman semata.

Selama ini Ira menyimpan rasa sukanya diam-diam tanpa ada seorang pun yang tahu, tersipu malu walaupun yang terdengar hanyalah nama cowok itu yang disebut tanpa maksud tertentu. Menahan rasa gejolak di hatinya yang meluap-luap, walaupun yang tampak hanyalah sosok belakang cowok itu yang perlahan menjauh. Setiap harinya selalu berjalan seperti itu—hingga sebuah wawancara ekskul berhasil mengubah segalanya.

Kalau boleh jujur, Ira memang merasa terkejut dengan sisi baru cowok itu yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Lagi pula, siapa, sih, yang tidak akan terkejut jika mendengar seseorang berkata kasar sambil membanting pintu seperti itu? Apalagi, orang itu adalah orang yang sudah disukai sejak lama.

Akan tetapi, bukan berarti perasaan suka yang telah tumbuh di hati Ira bisa hilang begitu saja. Tindakan Gemilang yang tiba-tiba itu bisa dibilang wajar—terlebih lagi, bagi seorang makhluk hidup yang bisa merasakan emosi seperti manusia. Tidak ada manusia sempurna di dunia ini—termasuk Gemilang, sang idola sekolah.

Ira lagi-lagi mengembuskan napas berat, rambutnya yang sedikit acak-acakan beterbangan pelan ditiup angin. Balkon sekolah yang berada di ujung lantai dua, memang tempat terbaik untuk menenangkan pikiran. Ira pun menyandarkan tubuhnya pada tiang bangunan, mengecek ponsel hitamnya yang sesekali bergetar karena notifikasi.

Bunda Sayang ❤ 
Ira, kamu mau ikut les enggak, Nak? Kalau mau ikut, biar Bunda sekalian daftarin di tempat kursusnya habis ke supermarket.

Kedua sudut bibir Ira refleks terangkat ketika membaca pesan milik Bunda yang baru saja terkirim beberapa menit yang lalu. Pembicaraan mengenai les tambahan baru tercetus beberapa hari yang lalu, tetapi ibunya sudah terlihat tak sabaran untuk segera mendaftarkannya ke sebuah tempat kursus yang bagus. Ira tampak diam sejenak, hingga akhirnya mengetikkan balasan untuk pesan sang ibunda.

Syaira Khanzania P.
Bunda, biar Ira pikir-pikir lagi, ya. Soalnya Ira takut enggak bisa bagi waktu buat tugas sekolah sama ekskul, apalagi sekarang lagi sibuk-sibuknya.

Ira lalu mendongakkan kepalanya, seketika teringat dengan perkataan Bunda tentang masa depan. Waktu yang Ira punya untuk memikirkan jurusan kuliah tinggal dua tahun lagi. Dua tahun memang waktu yang masih sangat lama—tetapi akan berlalu begitu cepat jika tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya. Ira sendiri sebenarnya sudah punya rencana untuk melanjutkan pendidikannya di jurusan desain komunikasi visual. Tetapi, rencana itu masih sekadar angan-angan saja. Belum ada tindakan realisasi yang pasti.

Sudah Ira bilang, bukan? Hidupnya ini sudah cukup rumit tanpa embel-embel percintaan. Ia seharusnya tetap fokus pada hal-hal yang perlu ia kerjakan. Tetapi, Gemilang malah seenaknya muncul bersama ancamannya dan membuat gadis itu pusing bukan kepalang. Andai saja pertemuan di ruang kesenian itu tidak pernah terjadi ...

Tentang Kilau Sang GemilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang