14: Strange things about you (Part 1)

9 2 0
                                    

✨✨✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✨✨✨

Setelah seleksi panjang yang melelahkan, delapan belas anggota baru ekskul jurnalistik pun akhirnya resmi dilantik hari ini! Bu Rani selaku guru pembina pun sudah selesai memberikan kata sambutan dan kini giliran Darel untuk menyampaikan beberapa hal yang perlu dilaksanakan sebagai anggota baru.

"Pelantikan hari ini cuma sekadar acara simbolis yang menandakan kalian udah jadi anggota di sini. Kalau acara launching udah selesai, mungkin kita bakalan ngadain makan-makan atau jalan-jalan. Kita lihat ajalah nanti gimana. Gue sebagai ketua, tentunya bakalan mastiin supaya semua anggota ngerasain hal yang sama dan enggak timpang satu sama lain. Jadi, buat anggota baru ataupun lama, gue harap kita bisa jaga kekompakan enggak hanya sampai hari-H nanti, tapi juga buat seterusnya. Tetep semangat ya, semuanya!"

Delapan belas tugas baru sudah terkumpul dan delapan belas lencana khusus telah terpasang di bagian kiri kemeja anggota. Pelantikan hari itu pun berlangsung seadanya dan diakhiri dengan beberapa sesi foto bersama.

"Ra. Darel emang gitu ya, orangnya?"

Ira yang baru saja berbincang dengan anggota lain langsung terperanjat ketika Gemilang berbisik tepat di samping telinganya. Gadis itu mendelik, memukul lengan Gemilang yang tentu saja berhasil ditepis oleh cowok itu.

"Maksud kamu apaan, nanya Darel 'emang gitu' orangnya?" 

Gemilang tertawa, merasa menemukan kesenangan tersendiri saat berhasil menjaili gadis itu. "Ya, enggak kenapa-napa. Gue cuma heran aja. Kok ada, sih, orang yang bisa ngasih semangat sambil senyum terus dari tadi pagi ke orang lain. Enggak capek apa ya, emangnya?"

Pertanyaan tak terduga dari cowok itu justru membuat Ira semakin tak tahan untuk tidak bersikap julid. Kamu ini enggak pernah ngaca, ya, Gemilang? Kamu juga kayak gitu, tahu!

"Ira! Syaira!"

Beruntung, sebelum omongan pedas itu keluar dari mulut Ira, seorang gadis dengan kuciran ikat kuda datang menghampirinya. Bibirnya itu maju beberapa senti seiring dengan kedua tangannya yang melingkar di pinggang gadis itu.

"Iraaa! Aku capek! Kita ke kantin, yuk, habis ini!"

Kejutan. Anaya yang seolah menghilang dalam beberapa hari ini mendadak muncul di hadapannya. Ira meringis, kedua matanya otomatis melirik ke belakang—tempat di mana Gemilang berada—meski sosoknya sudah tidak ada di sana. Rupanya, cowok itu sudah bergabung dengan gerombolan anak lain, tanpa rasa canggung ikut nimbrung dalam obrolan mereka.

"Kamu emangnya habis ngapain, sih, sampai kayak gini? Enggak biasanya kamu lesu begini," tanya Ira sambil mengurai pelukan di antara mereka berdua.

Mulut Anaya yang seperti bebek itu semakin monyong, sementara kedua matanya menatap sebal ke arah lantai yang dipijakinya. "Itu loh, Ra. Kepanitiaan acara launching buku. Aku, 'kan, jadi salah satu anggotanya gara-gara ditunjuk sama ketua kelasku itu."

Ira diam-diam mengulum senyumnya. Anaya sudah menceritakan perihal pemilihan panitia yang 'katanya' asal tunjuk itu kemarin. Bukan main. Acara yang satu ini benar-benar menyita energi sebagian besar murid di sekolah ini.

"Nah, kupikir enggak bakalan apa-apa jadi panitia. Lagian, ada kamu sama Gibran yang emang sibuk ngurusin ini juga. Tapi, ternyata susah, Ra! Mana aku ngurusin masalah properti lagi. Repot, soalnya harus pesen sana-sini."

"Loh, kamu kebagian properti, An? Termasuk buat stan-stan makanan juga?" Kedua mata Ira sedikit melebar.

"Enggak. Kalau urusan stan-stan ada panitia lain yang ngurusin. Aku cuma dapet bagian panggung sama lapangan aja. Kalau ditambah stan-stan, udahlah. Nyerah aja aku."

Ira tak bisa berbuat apa-apa selain memberikan dukungannya dalam bentuk tepukan bahu. Ya, acara launching buku yang akan dilaksanakan kurang lebih sebulan lagi itu tak disangka memerlukan persiapan yang cukup ekstra.

Pada awal pelaksanaannya, acara peluncuran ini hanya ditujukan untuk warga sekolah saja dan tidak ada pihak luar yang terlibat. Namun, seiring dengan berkembangnya zaman, acara launching buku SMA Bakti Jaya menjadi salah satu ajang yang dinanti-nanti untuk membesarkan nama sekolah sekaligus mengasah keterampilan para siswa. Empat tahun belakangan ini saja, ada beberapa siswa dari setiap kelas yang ditunjuk untuk memeriahkan acara tersebut dengan menjadi panitia dadakan.

"Apa aku ikutan dispen aja, ya, kayak kamu?" ujar Anaya kemudian, mulai sedikit ngawur.

"Ya enggak bisa lah, An. Ada-ada aja kamu," Ira tertawa pelan, menggelengkan kepalanya. "Aku, 'kan, dispennya juga gara-gara pelantikan anggota dan udah dimintain izin sama Bu Rani."

Anaya mengernyit kesal lalu menggaet lengan Ira. "Ya udah. Kalau gitu, kita langsung ke kantin aja. Aku mau makan bakso Mang Ujang ditambahin sambal tiga sendok!"

Lagi, Ira dibuat terkekeh melihat tingkah Anaya. Ia hanya bisa patuh saat Anaya menarik lengan kanannya, dan mengangguk kecil untuk mengucapkan selamat tinggal kepada beberapa anggota yang dilewatinya. Langkah yang cepat pun membawa kedua gadis itu keluar dari ruangan ekskul jurnalistik, meninggalkan segala huru-hara yang terjadi di sana.

"Btw, Lang. Gue boleh minta salinan materi fisika dari kelas lo, enggak? Katanya di kelas lo materi dinamika rotasi udah selesai."

Lelaki berparas menawan itu pun mengerjap, berusaha mengembalikan konsentrasinya yang berpindah akibat kepergian seseorang dari ruangan itu. "Oh, iya. Boleh-boleh. Nanti gue kirim pas pulang sekolah. Catatan gue ada di rumah soalnya."

"Sip. Makasih banyak, Gemilang!"

Sebuah senyuman tipis menjadi pilihan Gemilang untuk menanggapi ucapan terima kasih itu. Kepalanya kini terisi penuh dengan berbagai macam hal, yang beberapa di antaranya terasa sangat mengganggu.

Kenangan yang sudah terlewat dua tahun lamanya itu ... tanpa diduga semakin liar dan melanglang buana di pikirannya. Terulang-ulang tiada henti, persis seperti kaset yang rusak.

"Eh? Anu, ini barangnya gimana—"

"Ah, itu buat kamu aja! Makasih banyak udah bantu beresin, ya!"

✨✨✨

Tentang Kilau Sang GemilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang