5: The unexpected things (Part 2)

11 5 0
                                    

✨✨✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✨✨✨

"Biar aku tanya kamu sekali lagi, ya, Gemilang. Sebenernya, mau kamu, tuh, apa, sih? Aku bener-bener enggak paham!" Ira melepas genggamannya pada pergelangan tangan cowok itu dan menatapnya dengan kesal.

Di ujung koridor lantai satu yang lumayan sepi, Ira dan Gemilang akhirnya pun berhenti dan menatap satu sama lain dengan tatapan yang berbeda.

Diam-diam Ira merutuki dirinya sendiri, menyadari bahwa tindakan yang barusan ia lakukan terbilang cukup nekat. Dari tempatnya sekarang, Ira seolah-olah dapat merasakan tubuhnya tertusuk oleh tatapan ingin tahu dari beberapa orang di sekitarnya. Namun, semua itu tak berarti lagi sekarang. Ira terlanjur menyeret Gemilang bersamanya—yang anehnya dituruti begitu saja oleh cowok itu. Benar-benar di luar dugaan.

Gemilang tersenyum, memegang pergelangan tangannya yang sedikit memerah. "Lo ini bener-bener, ya, Ra. Udah narik orang seenaknya, pas berhenti, malah ditanya sambil marah-marah kayak gitu. Mana pergelangan tangan gue sampe merah begini lagi."

Ira mengembuskan napas kesal, kedua sorot matanya semakin menyala. "Ya, gimana aku enggak narik kamu kalau kamu seenaknya sendiri di ruangan ekskul? Soal tanganmu yang merah, aku minta maaf. Seharusnya, aku enggak narik kamu sekeras itu. Tapi, gimana sama kamu sendiri, Gemilang?"

"Kamu kemarin sore tiba-tiba dateng ke ruangan ekskul sambil muji presentasi aku—walaupun aku tahu kamu enggak bermaksud kayak gitu. Terus, hari ini kamu juga ke ruangan ekskul sambil ngomong yang enggak-enggak. Mau kamu apa, sih, Gemilang?" tanya Ira frustasi—ia benar-benar tak tahu apa yang berada di dalam otak brilian cowok itu sehingga membuatnya bertindak begitu jauh.

Mendengar Ira yang begitu penasaran, Gemilang justru melebarkan senyumannya. Ira pun hanya bisa tertegun ketika senyuman Gemilang menyambut penglihatannya. Bukan senyuman menyebalkan lagi yang tersungging di wajah cowok itu, melainkan senyuman sendu yang seakan-akan sedang mengasihani sesuatu.

Apa yang sedang dipikirkan oleh cowok itu?

"Kalau ternyata gue sendiri enggak tahu jawabannya, gimana?"

Ira terkesiap, menatap Gemilang dengan kerutan di dahinya. "Hah? Ma-maksud kamu?"

Gemilang mendengus geli, menyandarkan punggungnya ke sebuah tiang bangunan. "'Kan, tadi lo tanya gue mau apa. Ya, ternyata, gue juga enggak tahu apa jawabannya."

"Kok, gitu?!" Ira sontak berseru, membuat Gemilang lantas terkekeh pelan. Lelaki itu kemudian mendongakkan kepalanya, menatap langit-langit koridor sembari memikirkan kalimat yang tepat untuk menjawab pertanyaan gadis itu.

"Ya, yang gue tahu lo emang salah besar karena udah tahu rahasia terbesar gue dan gue sama sekali enggak suka. Selain itu, gue juga bilang, 'kan, kalau gue bakal mastiin lo enggak merasa nyaman di sekolah ini selama ada gue ... "

Gadis itu pun refleks mengembuskan napas berat, sesaat setelah Gemilang mengatakan kalau ia sama sekali tak suka dengan fakta bahwa Ira mengetahui rahasianya. Hal yang sama seperti yang ia katakan di ruang kesenian, maupun di ruangan ekskul jurnalistik beberapa hari yang lalu.

Tentang Kilau Sang GemilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang