15: Getting closer to you (Part 2)

14 4 6
                                    

✨✨✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✨✨✨

Drrrt, drrrt, drrrt!

Getaran halus yang terasa mengalir dari kolong mejanya berhasil menyita perhatian gadis bernetra gelap itu. Tangannya lalu bergerak mengaktifkan benda berbentuk pipih itu, setelah melirik singkat ke arah sang guru yang masih berkutat dengan buku ajarnya di meja.

Gemilang
Syaira. Lo nanti ada acara, enggak?
Temenin gue lagi, dong.
Kita langsung pergi habis pulang sekolah.

Ira mengerutkan dahinya heran saat tiga pesan itu telah tecerna dengan baik di otaknya. Hal di luar nalar apa lagi yang sedang direncanakan cowok gila itu sekarang? Padahal Ira sudah memanjatkan syukur karena lelaki itu mengerjakan tugas yang ia berikan sebaik-baiknya tadi tanpa banyak ba-bi-bu.

Syaira Khanzania P.
Maksud kamu apa, Gemilang?
Aku enggak suka kalau kamu ngajak seenaknya kayak gini.

Ira sontak menggigit bibir bawahnya. Telunjuknya bergulir cepat, hendak membatalkan kiriman pesan terakhir yang sayangnya sudah terbaca oleh lelaki itu. Gadis itu diam-diam meringis, merutuki ucapannya yang semakin lama semakin tidak terfilter dan tidak dipikirkan dua kali. Gawat, ia sepertinya benar-benar ketularan gaya bicara seorang Gemilang!

Gemilang
Ya ampun. Maaf, deh.
Gue baru kepikiran ngajak lo soalnya.
Btw, lo sekarang omongannya to the point banget, ya? Enggak sekikuk yang kemarin lagi. Gini aja terus. Bagus.

"Hah? Bagus?" gumam Ira pelan, jemarinya menari lincah mengetikkan balasan untuk pesan yang dikirimkan oleh cowok aneh itu.

Syaira Khanzania P.
Maksud kamu 'bagus' tuh, apa?
Kamu lagi nyindir atau gimana, sih?

Gemilang
Itu pujian, Ra.
Dengan bersikap kayak gitu, artinya lo udah bener-bener nganggep gue sebagai temen, 'kan? Bukan orang yang hobi ngancem lo lagi.

Gadis itu refleks mengembuskan napasnya berat. Memang benar sih, jika Ira sudah tidak begitu merasa terancam dengan kehadiran Gemilang yang bertingkah 'apa adanya'. Namun, bukan itu masalahnya sekarang. Ira hanya merasa janggal dengan perubahan sikapnya yang entah harus dilabeli sebagai perubahan yang bagus atau tidak. Perempuan itu memandang sekali lagi ke arah meja guru dan segera memberikan balasan kepada sang lawan bicara.

Syaira Khanzania P.
Aku enggak tahu harus jawab apa, tapi aku minta maaf buat kata-kata yang enggak berkenan.
Aku off dulu ya, Gemilang. Soalnya kita masih di jam belajar.
Dah.

Gemilang
Bentar dulu, Syaira.
Itu ajakan gue tadi gimana? Bener-bener lo tolak gitu aja?
Gue nge-chat lo gini karena gue yakin lo pasti enggak bakalan mau kalau gue ajak pas pulang sekolah kayak kemarin.
Selain itu, lo emang enggak penasaran mau gue ajak ke mana?

Tentang Kilau Sang GemilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang