Cahaya matahari pagi menembus kaca jendela.
Sumire terbangun sehingga mengakhiri mimpi panjangnya.
"Tidur jadi gak nyenyak gara-gara mimpi semalam!" Gerutunya.
Matanya tiba-tiba melotot ketika menyadari ada sesuatu tepat di atas dadanya. Ia lalu menengok dengan menurunkan sedikit bola matanya.
.
"Putus? Segampang itu? Jadi 5 tahun itu ga berarti apa-apa buat kamu?"
Sumire tersentak mendapati seorang lelaki tidur bersamanya di ranjang. Lelaki itu memeluknya erat dengan kepala tepat di atas dadanya.
Sumire berteriak keras.
.
"AAAAA!!! INI KENAPA?!!!"
Teriakan itu tentu saja membangunkan lelaki yang saat itu sedang mengigau tentang mantan kekasihnya.
"HAH? SIAPA?! SIAPA YANG BERANI GANGGUIN EIDA ?!"
Lelaki yang mengingau itu terlihat panik, yang secara tiba-tiba melempar gelas kaca berisi air di dinding kamar sumire.
Pecahan kaca itu lalu menyadarkan lelaki itu bahwa tidak ada orang disana, lelaki itu menengok ke arah sumire yang melihatnya dengan kesal.
Dalam sekejap tamparan keras melayang ke pipinya.
"APA YANG KAMU LAKUIN DI KAMAR AKU, KAWAKI!!" GERUTU SUMIRE.
Pria yang bernama kawaki itu kaget atas tamparan yang tiba-tiba itu dan spontan mengumpat
"SIALAN! KAMU SIAPA BERANI-BERANINYA NAMPAR AKU?!" BENTAK KAWAKI DENGAN WAJAH MERAH PADAM.
"AKU SIAPA?! SEKARANG JAWAB AKU, KENAPA KAMU BISA DISINI?!" JAWAB SUMIRE SEMBARI MENUNJUK KAWAKI DENGAN JARI TELUNJUKNYA.
Kawaki menatap sumire sengit, ia lalu memegang tangan sumire.
"Turunin jari kamu!" Bentaknya.
Sumire mulai gemetar melihat tatapan kawaki yang seakan siap membunuhnya saat itu juga.
Sumire menepis tangan kawaki dan bangkit dari tempat tidurnya.
"SEKARANG, TOLONG KELUAR DARI KAMAR AKU!" GERUTU SUMIRE KEMUDIAN.
Dengan perasaan kesal, kawaki lantas bangkit dari tempat tidur meskipun ketika berdiri, kepalanya masih sangat pusing.
Kawaki juga sempat memegang sudut bibirnya yang terluka. Matanya tertuju pada suatu barang disana, yang tergantung di samping lemari kaca. Itu adalah sebuah payung yang tidak asing.
Ia kembali menatap sumire yang terlihat sedang gemetar.
Segera dia mengambil jaketnya dan keluar dari kamar sumire dengan membanting keras pintu kamar.
Sumire masih sangat kesal dan mempertanyakan kejadian sebelumnya.
"Kenapa dia bisa sampai tidur disini?"
Sumire mulai bertanya-tanya apa yang telah terjadi semalam.
Dia mulai merasakan nyeri di punggungnya.
Matanya mendapati sebaskom air dengan handuk putih kecil di atas meja belajarnya.
Seketika kejadian malam itu terlintas di ingatannya.
-Flashback On
"Hei? You okay?! Sumire?? Sumire?? Kamu masih bisa denger aku? Hei?!"
Sumire mengingat bagaimana kawaki berusaha membangunkannya dengan menepuk-nepuk pipinya pelan, juga beberapa kali menepuk bahunya agar segera sadar.
Malam itu, sumire berada di stasiun kereta api dengan membawa tas ransel.
Dia kemudian di cegat oleh tiga lelaki yang wajahnya di tutup dengan penutup wajah. Mereka berusaha keras merebut ransel yang di bawa sumire, sampai akhirnya mereka memukulinya tepat di bahu belakang menggunakan kayu balok.
Sumire di dorong hingga kepalanya terbentur tiang besi yang berdiri tegak disana.
Kawaki muncul dan menyelamatkannya. Entah apa yang terjadi, Kawaki datang padanya dengan wajah terluka. Ada darah di wajahnya yang terlihat meski samar - samar dalam pandangan sumire.
-Flashback Off
Menyadari kejadian malam itu, sumire kemudian bangkit menuju cermin besar di kamarnya. Ia mendapati luka di kepalanya yang sudah terbungkus kapas dan di plaster dengan rapi.
"Dia yang ngelakuin semua ini?" Lirih sumire kemudian.
Sumire dengan cepat berlari ke luar rumah berusaha mengejar kawaki.
Namun, di luar ia tidak mendapati kawaki disana.
"Oh tuhan!! Jadi dia yang nyelamatin aku semalam?!" Ucapnya kemudian.
.
.
.
JANGAN LUPA VOTE ⭐
KAMU SEDANG MEMBACA
"2375 Days" [END] ✓
Fanfiction"...Kamu berhasil nyelamatin aku dari rasa sakit kehilangan eida. Aku bahkan gak pernah berfikir aku bisa buka hati lagi ke orang lain, tapi kamu berhasil matahin itu. Tapi sayangnya kehadiran kamu hanya sebentar. Kamu justru ngelakuin hal yang sama...