Ketika bel istirahat dibunyikan, sumire dan boruto tampak memasuki kelas B.
Sumire menarik tangan boruto dan menyuruhnya untuk meminta maaf pada sarada.
.
"Sekarang cepetan minta maaf, boruto !" Ujar sumire kemudian.
Boruto tampak ragu, meskipun pada akhirnya dia mengakui kesalahannya.
"Ah, aku tau kemarin aku salah. Aku emosian di lapangan dan buat masalah. Untuk sikap aku dan omongan aku yang kurang ajar ke kamu.. aku menyesal dan minta maaf." Ucap boruto.
Sarada bangkit dari kursinya.
"Gak semua selesai dengan permintaan maaf !" Gerutu sarada sembari melipatkan kedua tangannya di dada.
"Jawaban yang bagus. Terus mau kamu apa ?" Jawab boruto yang mulai emosi lagi.
"Temen-temen.. hari ini sebagai bentuk tanggung jawab boruto, dia bakalan teraktir anak kelas B di kantin sepuasnya !" Celetuk sumire kemudian.
"Huh ? Sumire..?" Lirih boruto.
"Iyakan, boruto ??" Ujar sumire dengan tatapan mode ancaman.
"Tapi______"
"Wow ! Aku gak nyangka kamu seniat ini buat minta maaf !" Ujar sarada dengan girang.
Obrolan yang berlangsung di kelas B membawa seluruh siswa di kelas A pun menuju kelas tersebut.
"Boruto, padahal kamu selalu ngeluh kalo kita minta traktiran !" Keluh shikadai.
"Kalo gitu kelas B ayo kita semua serang kantin !!" Ujar chocho dengan semangat.
"Bentar !"
Semua siswa kelas A dan B pun menoleh kearah suara tersebut.
Kawaki disana.
"Kalo boruto harus traktir anak kelas B karna kesalahannya, shinki bakalan traktir anak kelas A karna kesalahannya juga" Ucap kawaki.
Shinki protes.
"Tapi, aku gak sengaja lemparin bola ke sumire !"
"Salah tetep salahkan." Kata kawaki kemudian.
Meskipun kesal, shinki akhirnya tetap menerima hukuman tersebut.
"Jadi hari ini anak kelas A dan B makan gratis !!" Teriak sarada.
"Sekarang ayok kita semua ke kantin !!" Ajak yodo.
"Sejak kapan kalian jadi kompak begini !" Gerutu boruto kesal.
"Aku udah bilang kan ! Makanan itu bawa kedamaian !" Ujar chocho.
"SEMUANYA LETS GO !" Seru sarada yang memimpin anak-anak menuju kantin.
.
.
Ketika anak-anak kelas A dan B sedang bersenang-senang di kantin, di kelas hanya tersisa sumire dan kawaki.
Sumire menghampiri kawaki dan membawakan kotak makan juga air mineral seperti biasanya.
"Semalam kamu gak angkat call aku. Tadi pagi juga. Kamu masih marah ?" Tanya sumire.
Sumire memindahkan kursi dan duduk di hadapan kawaki. Tentu, ada meja di antara mereka.
"Udah basa basinya ? Aku gak akan makan apapun dari kamu hari ini" Gerutu kawaki.
"Aku tau, aku salah kemarin. Tapi hari ini aku beneran berusaha keras tau buat sarapan yang lebih enak dari yang kemarin." Lirih sumire.
Kawaki menatapnya.
Lagi-lagi dia pikir sumire tau bahwa kelemahannya adalah ketika menyadari perjuangan orang lain untuknya.
Kawaki menghela napasnya.
Ia lalu mengambil kotak nasi dan membukanya.
Sumire tersenyum senang.
.
Saat hendak memegang sendok, kawaki merintih kesakitan.
Ia mencoba lagi dan sendok jatuh di mejanya.
Sumire melihat itu dan menyadari bahwa jari kawaki cedera.
Sumire akhirnya mengambil sendok itu.
Kawaki melihatnya bingung.
"Kamu gak bisa makan pakai tangan kan ? biar aku yang jadi tangan kamu sekarang" Ujar sumire.
Kawaki terkejut, ia mencoba menolak.
"Aku bisa makan pakai tangan kiri"
"Papa aku pernah bilang kalau gak baik makan pakai tangan kiri." Jelas sumire.
Kawaki terdiam beberapa saat. Sendok nasi sudah tepat mengarah ke mulutnya. Kawaki masih ragu membuka mulutnya.
"Disini hanya kita berdua. Kalau kamu ngulur waktu lebih lama lagi, nanti kita bakalan _______"
Kawaki langsung melahap makanan tersebut.
Sumire senang dan dengan sabar terus menyuapi kawaki sedikit demi sedikit.
"Gimana ? Lebih enak kan dari yang kemarin ?" Tanya sumire.
"Aku gak akan puji kamu" Jawab kawaki ketus.
Sumire tersenyum.
"Kenapa ?" Tanya kawaki.
"Kalo jawabannya gitu, berarti makanannya enak !"
"Buatan eida jauh lebih enak" Ucap kawaki lagi.
Sumire tersenyum lagi.
"Apa ?" Tanya kawaki.
"Berarti eida seluar biasa itu ya"
Kawaki tertegun.
Sumire menyadari dan segera mengubah topik pembicaraan.
.
"Oiya, selamat ya kamu udah menangin pertandingan kemarin." Ucap sumire.
"Karna kamu"
"Aku ?" Sumire memerah.
"Kalau kamu gak tumpahin nasi goreng di kepala aku, mungkin aku gak akan sepanas kemarin." Jawab kawaki.
"Hahh ?? Hanya karna itu ??!" Ujar sumire sedikit kesal.
"Iya" Jawab kawaki singkat.
"Emang kamu sekesal itu ?"
"Menurut kamu ?"
"Oke, aku minta maaf. Aku cuman gak mau kamu sampai sakit perut karna makanan itu." Jelas sumire.
Kawaki hanya terdiam dan menatap sumire.
Suapan terakhir di layangkan sumire.
Mendengar sedikit kebisingan membuat sumire khawatir. Dia berpikir bahwa sebentar lagi teman-temannya akan sampai di kelas ini.
Sendok yang seharusnya di arahkan ke mulut kawaki mulai kesana dan kemari.
Kawaki memperhatikan itu dan menyadari jika sumire sedang tidak fokus.
Kawaki lalu memegang tangan sumire.
Sumire terkejut.
.
Kawaki lalu menuntun sendok yang di pegang sumire masuk ke mulutnya.
Mereka bertatap sesaat sementara kawaki masih memegang tangan sumire.
"Aku suka makanannya" Lirih kawaki dan setelahnya meninggalkan sumire disana.
Sumire masih terpaku.
.
.
.
JANGAN LUPA VOTE ⭐
KAMU SEDANG MEMBACA
"2375 Days" [END] ✓
Fiksi Penggemar"...Kamu berhasil nyelamatin aku dari rasa sakit kehilangan eida. Aku bahkan gak pernah berfikir aku bisa buka hati lagi ke orang lain, tapi kamu berhasil matahin itu. Tapi sayangnya kehadiran kamu hanya sebentar. Kamu justru ngelakuin hal yang sama...