DAY 2.375 - kawaki confession

195 25 0
                                    

Setelah melakukan banyak perjalanan selama 3 hari beruntun, kawaki pun memutuskan untuk mempersingkat harinya di kota kiri.

"Kamu yakin udah mau balik aja besok ?"

"Yakin"

"Sorry ya, aku gak berhasil buat kamu ngerasa baik disini"

"Lah kenapa jadi rasa bersalah ?"

"Kamu kan bilang disini seminggu, tapi malah pengen cepet-cepet balik, jadi ngerasa bersalah dong"

Kawaki pun merangkul temannya tersebut.

"Gak gitu.. Sebagai temen yang baik kamu udah ngebantu banget."

Kagura tersenyum.

"Gak mau ketemu sama sumire dulu ?"

Kawaki tertegun.

"Gak deh"

"Yakin ? Padahal kamu bisa ngomong baik-baik dulu sama dia. Sumire nanyain kamu terus loh!"

"Enggak, gak perlu. Aku belum siap ngomong sama dia. Oiya aku titip sumire ya."

"Hah? Kamu yakin bilang begitu ? Kamu ikhlas sumire sama aku ?"

"Maksud kamu apa ? Aku nyuruh kamu jagain dia !"

"Kalo aku milikin sumire, boleh ?"

"Awas aja!"

"Lah, gimana sih ? Kamu sebenarnya masuk suka gak sama dia ?"

Kawaki hanya diam tanpa menjawab.

"Oke diam berarti jawabannya YA! Sebentar malam kamu masih bisa keluar kan ? Ini hari terakhir kamu disini, jadi kamu gak boleh nolak ajakan ini!"

"Ribet banget kayak aku gak bakal kesini lagi."

"Aku sih yakin selama sumire masih disini, kamu bakalan sering kesini."

"Cerewet! Emang kita mau kemana ?"

"Dermaga! Kita ketemu disana ya."

"Lah ? Aku gak di jemput ?"

"Gak ! Ini hari terakhir kamu disini. Jadi kamu harus sendiri kesana. Oke ?!"

"Iya iyaaaa..."

Kagura kemudian tersenyum dengan mencurigakan.

.

.

.

Malam harinya, kawaki tengah bersiap-siap ke tempat dimana dia berjanji pada kagura untuk bertemu disana.

Kawaki pergi kesana dengan menggunakan taxi.

Setelah 15 menit perjalanan, akhirnya dia sampai ke dermaga dimana tempat yang dia tuju.

Sampai disana dia masih belum menemukan kagura.

"Dia yang buat janji dia juga yang ngaret" Gerutu kawaki.

Kawaki duduk di tepi dermaga. Dia masih menikmati pemandangan kapal-kapal disana juga lampu-lampu berwarna yang sangat cantik.

Tak lama dia mendengar tepat di belakangnya seseorang sedang berbicara melalui panggilan telfon.

"Aku udah disini. Jadi kamu dimana bapak kagura yang terhormat !" Gerutunya.

Suara itu mengejutkan kawaki.

"Sumire ?" Batinnya.

Kawaki menoleh dan benar saja, dia melihat sumire disana.

Sumire juga terkejut ketika kawaki berbalik ke arahnya.

"Kamu ??" Lirih sumire.

Sumire memahami apa yang terjadi.

Ketika dia hendak mengomel lagi pada kagura, panggilan tersebut langsung saja di akhiri kagura dengan cepat.

"Ini ide kagura bukan aku, sumpah!" Jelasnya sebelum kawaki salah paham.

Kawaki masih dengan sikap dingin dan terus mengabaikannya.

Dia kembali melihat lurus ke depan.

Cukup kecewa dengan sikap kawaki, sumire berpikir untuk meninggalkannya.

Sumire berbalik arah, namun baru saja dengan satu langkah kakinya, ia berhenti dan kembali menatap punggung kawaki.

Air matanya jatuh, membuat dia menguatkan niatnya untuk pergi tanpa bicara lagi dengannya.

Sumire berlalu tanpa mengucapkan kata perpisahan.

Kawaki mematung dan tanpa menyadari jika air matanya terjun dengan mulus membasahi pipinya.

Dia mengepalkan tangannya.

Dia menunduk dengan bahu bergetar. Telinganya panas sampai wajahnya memerah.

"Kenapa kamu selalu muncul di saat aku kehilangan seseorang !!" Teriak kawaki tiba-tiba.

Sesaat seseorang menjawabnya.

"Kamu masih belum berubah ya. Masih jadi sadboy yang aku kenal."

Suara itu mengejutkan kawaki.

Suara sumire yang di sangka sudah pergi meninggalkannya beberapa menit yang lalu.

Sumire lalu menghampirinya dan duduk di sebelahnya.

Kawaki mengusap air matanya. Dia masih menunduk.

"Aku dengar tentang kamu dan calon istri kamu." Lirih sumire kemudian.

"Kagura ?" Kawaki menebak.

"Jangan salahin dia, pertanyaan aku yang udah mancing dia buat ngomong tentang kamu. Aku minta maaf karna udah nanyain masalah pribadi kamu" Jawab sumire meluruskan.

Kawaki hanya diam mendengar jawaban itu.

"Aku gak tau ini kebetulan atau apa, aku muncul waktu kamu patah hati lagi. Apa aku bisa nolongin kamu ? Aku pernah coba itu dulu, tapi aku gagal."

"Kamu berhasil.."

"..."

"Kamu berhasil nyelamatin aku dari rasa sakit kehilangan eida. Aku bahkan gak pernah berfikir aku bisa buka hati lagi ke orang lain, tapi kamu berhasil matahin itu. Tapi sayangnya kehadiran kamu hanya sebentar. Kamu justru ngelakuin hal yang sama seperti eida. Kamu ninggalin aku bahkan tanpa kasih aku kesempatan ngungkapin perasaan aku ke kamu."

Sumire terkejut mendengar pengakuan itu.

"Kawaki.. kamu.."

Kawaki merogoh sakunya dan mengeluarkan secarik kertas.

Itu sebuah pesan 6 tahun yang lalu.

"Aku berusaha sekuat mungkin bangkit karna surat terakhir dari kamu ini"

Mendengar itu sumire merasa sesak di dada. Air matanya jatuh namun tidak sekalipun dia mengedipkan matanya dan terus melihat ke arah kawaki.

.

.

.

JANGAN LUPA VOTE ⭐

"2375 Days" [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang