Sumire berjalan ke sisi kawaki.
Mengangkat payung ke atas untuk menjaga kawaki dari hujan.
"Ini kenapa sih ? Payung kamu kemana ?" Gerutu sumire.
"Menurut kamu ?"
"E- ?? Ya maaf.. kalo gitu ngapain ngajak keluar pas hujan-hujan gini ?!" Gerutu sumire.
"Berisik, ngapain berdiri aja disitu ?" Jawab kawaki.
Sumire mengerti dan duduk di sisi kawaki.
"Kenapa kamu mau aja aku ajak kesini ? Kamu gak suka hujan kan ?" Tanya kawaki kemudian.
Sumire terdiam sesaat.
"Emang.."
"Trus ?"
"Karna kamu"
Kawaki tertegun.
.
"Kawaki, kamu kenapa ? Dari kemarin kamu basah-bahasan terus. Segitu cintanya kamu sama hujan ?" Tanya sumire polos.
Kawaki sempat terdiam dan kemudian menjawab, "Aku sama kayak kamu. Aku gak suka hujan. Suaranya berisik, juga selalu jadi halangan kalo aku mau ketemuan sama eida."
"Hah ?"
"Tapi eida suka hujan. Dia juga suka basah-basahan kalo hujan. Aku pernah ngelewatin hari penting karna hujan. Itu waktu aniv aku sama dia. Eida selalu nyanggupin ketemu biarpun hujan sederas apapun, tapi aku selalu nolak."
.
Kawaki terlihat tersenyum dan sumire mendapati itu.
"Unik ya.." Lirih sumire kemudian.
Kawaki memalingkan wajahnya dan menengok ke atas melawan rerintihan hujan yang terasa seperti krikil jatuh tepat di wajah.
"Tapi khusus malam ini, aku bakal bilang kalo aku suka hujan." Lanjut kawaki.
"Kenapa ?" Tanya sumire.
Kawaki menatapnya namun tidak menjawab pertanyaannya.
Kawaki kembali liat lurus ke depan.
Sumire masih mendapatkan senyum itu disana.
Senyum yang tidak pernah sumire bayangkan.
Kawaki menunjukan itu padanya malam ini. Pikirnya tentang senyum itu adalah kawaki terlihat lebih tampan dari sebelumnya. Senyum indah yang selalu kawaki sembunyikan.
"Aku nemu harta karun !" Ujar sumire tiba-tiba.
"Huh ?"
"Itu !" Sumire menjawab sambil menunjuk bibir kawaki.
Kawaki mengerti maksudnya, ia kemudian memerah.
Sumire hanya tertawa.
.
"Aku minta maaf karna banyak ngerepotin kamu" Lirih kawaki kemudian.
Sumire terdiam sesaat.
Gadis itu melepaskan payungnya.
Kawaki melihat kearahnya.
"Kenapa ?"
"Aku bilang malam ini, aku juga suka hujan." Jawab sumire.
"Sumire, cepet ambil payungnya ! Kamu gak perlu jadi eida sekarang !"
"Aku bilang gitu bukan karna lagi cosplay jadi eida."
"Huh ?"
"Alasannya karna malam ini hujan berhasil buat kamu senyum, hal yang paling susah aku lakuin. Aku bersyukur karna bisa lihat senyum kamu malam ini. Habisnya aku gak tau, kapan lagi aku bisa dapat kesempatan ini" Jawab sumire.
Kawaki tercengang mendengar itu.
Sumire tersenyum ke arahnya.
Kawaki bangkit dan mengambil payungnya.
Ia kemudian melindungi sumire dari derasnya hujan malam itu dengan payungnya.
"Apasih yang kamu pikirin ?" Tanya kawaki agak kesal.
Sumire bangkit dari duduknya. Dia menatap lekat kawaki.
Sumire mendekatinya.
Mereka bisa saling merasakan hembusan nafas masing-masing.
"Bahkan waktu aku berusaha jadi sosok eida, aku masih belum bisa buat kamu bahagia. Aku juga gak bisa buat kamu lupain dia. Ini masalahnya kawaki.." Lirih sumire.
Kawaki menatap sumire dengan samar. Seluruh badannya semakin menggigil. Kepalanya sangat sakit. Sumire yang berada di hadapannya terlihat berbayang.
"Aku gak bisa jadi eida. Karna eida hanya akan jadi eida dalam hidup kamu. Aku, sumire yang kamu kenal. Sorry kawaki, aku rasa semua yang aku lakuin hanya sia-sia. Ini baiknya gak di lanjutin la______"
Kawaki menjatuhkan payung dan juga jatuh di hadapannya. Sumire memeluknya.
"Kawaki ??!!" Panggil sumire sembari menepuk pelan pipinya.
Sumire lalu membuka jaketnya dan membalutnya pada tubuh kawaki.
Sumire lalu mencari tempat teduh dan masih merangkul kawaki disana.
Gadis itu akhirnya menelfon boruto dan memberi tahu jika kawaki pingsan disana.
"Aku kesana sekarang, sumire !" Jawab boruto dan mengakhiri panggilan telfon
.
Beberapa saat berlalu dan boruto pun sudah tiba disana.
Boruto membantu sumire merangkul dan membawa kawaki menuju rumah.
Bahkan sumire melupakan payungnya disana.
.
.
Keduanya lalu membaringkan kawaki di tempat tidur.
"Boruto, bisa ambilin handuk kecil sama air hangat buat di kompres ?" Pinta sumire.
"Ah, bentar aku ambilin dulu." Jawab boruto.
Boruto pergi menuju dapur dan kembali setelah beberapa saat, dengan baskom dan sebuah handuk.
Sumire lalu mengompres beberapa kali dan meletekan handuk di kepala kawaki.
"Kalian berdua kok bisa ada disitu hujan-hujan gini ? Ni anak juga tumbenan banget mau keluar" Gerutu boruto.
Sumire hanya tersenyum ringan dan kemudian bangkit dari duduknya.
"Boruto, jagain kawaki ya. Aku pulang" Ujar sumire kemudian.
"Ah, oke.. Aku anterin ya ?"
"Gak usah, aku pulang sendiri aja. Kalau kamu nganterin aku, ntar kawaki gak ada yang jagain."
"Kamu yakin ?"
Sumire hanya mengangguk.
Sumire di antar boruto sampai ke depan pintu.
Sumire pamit.
.
.
.
JANGAN LUPA VOTE ⭐
![](https://img.wattpad.com/cover/323228482-288-k957865.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
"2375 Days" [END] ✓
Fanfiction"...Kamu berhasil nyelamatin aku dari rasa sakit kehilangan eida. Aku bahkan gak pernah berfikir aku bisa buka hati lagi ke orang lain, tapi kamu berhasil matahin itu. Tapi sayangnya kehadiran kamu hanya sebentar. Kamu justru ngelakuin hal yang sama...