DAY 49 - Decision

161 25 0
                                    

Siang itu di waktu istirahat, sumire di ajak shinki makan bersama di kantin. Awalnya sumire menolak, namun paksaan shinki membuatnya mau tak mau harus menerimanya.

Setelah makanan hidangan yang di pesan sudah tiba, mereka berdua pun segera melahap hidangan tersebut.

Sesekali mereka berdua mengobrol.

"Kemana aja kamu 10 hari kemarin ?" Tanya shinki.

"Ke rumah orang tua aku" Jawab sumire.

"Kok gak ada surat izin?"

"Aku pergi mendadak juga soalnya."

"Orang tua kamu sakit ?" Tanya shinki lagi.

Sumire terdiam.

"Maaf ya kalo aku banyak nanya!" Lanjut shinki.

"Gak apa-apa kok. Papa aku emang lagi sakit." Jawab sumire.

"Kenapa kamu gak tinggal bareng mereka ?"

"Mama udah gak ada sejak aku lulus SD, setelah itu papa pindah ke luar kota"

"Ohh.. kenapa gak ikut papa kamu ?"

Sumire kembali tertegun.

Shinki menatapnya bingung.

"Sempet mikirin itu."

"Huh ?"

"Habisin tuh makanannya, bentar lagi istirahatnya selesai." Ujar sumire kemudian.

Shinki mengangguk pelan. Mereka berdua pun kembali melahap hidangan tersebut.

.

Bel berbunyi membuat sumire kaget dan langsung batuk-batuk.

Shinki melihatnya dan jadi panik.

Sumire segera meminum airnya.

"Kamu baik-baik aja kan ?" Tanya shinki.

"Ah, gak apa-apa kok. Cuman kaget aja" Jawab sumire.

Shinki melihat sesuatu di pipi sumire.

"Ada saos di pipi kamu" Ujar shinki sembari tertawa kecil.

"Hah ? Di bagian mana ?" Tanya sumire dengan pipi bersemu.

Shinki pun dengan inisiatif mencoba membantu sumire menyingkirkan noda saos di pipinya.

Ketika shinki hendak menyentuh pipi sumire, tangannya tiba-tiba di cegah seseorang.

.

Orang itu adalah kawaki yang langsung menghentikan tangan shinki.

Baik shinki dan sumire terkejut melihat kawaki disana.

Kawaki menatap lekat sumire.

Sumire hanya mematung ketika justru kawaki lah yang menyingkirkan noda saos itu di pipinya.

"Kawaki ? Kamu ngapain disini ?" Tanya shinki.

Kawaki pun menoleh padanya.

"Kamu tau dia siapa ?"

"Sumire ?"

"Bagus!"

Sumire menjadi heran.

"Iya aku paham kok sumire punya kamu. Aku cuman mau ngebantu doang!" Jawab shinki.

"Kita di panggil sama pelatih basket, kelapangan sekarang." Tutur kawaki yang langsung saja menyeret shinki ikut dengannya.

"Eh! kenapa malah nyeret gini sih ?!" Gerutu shinki.

Sumire hanya tersenyum melihat mereka berdua.

Hanya sesaat, sumire kembali tertegun ketika mengingat pertanyaan shinki "kenapa kamu gak ikut papa kamu ?"

"Sebenarnya aku udah mikirin ini sejak lama. Aku hampir mutusin kembali ke papa, tapi dia alasan aku bertahan disini sampai lulus."

Air mata sumire terjun membasahi pipinya.

"Sekarang aku udah gak punya alasan lagi disini."

.

.

Saat bel pulang sekolah, sumire menunggu kawaki keluar dari kelasnya.

Tidak lama kemudian, kawaki muncul bersama mitsuki dan iwabe.

Kawaki berhenti ketika tepat di hadapannya.

"Boleh minta waktu kamu sebentar ?" Tanya sumire pada kawaki.

Kawaki tidak memberi jawaban namun sepertinya dia setuju.

Mitsuki lalu menarik tangan iwabe.

"Kalo gitu kita tinggal dulu ya, bye !" Ucap mitsuki kemudian.

Tinggallah sumire dan kawaki. Hanya mereka berdua saja.

Kawaki memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana.

"Yang di kantin tadi jangan di anggep serius. Itu bukan karna aku cemburu kamu sama shinki, tapi aku hanya mau nyelamatin kamu dari orang kayak shinki." Jelas kawaki tiba-tiba.

Sumire tersenyum.

"Aku kesini bukan untuk ngomong itu kok."

Kawaki mengangkat satu alisnya. Dia menjadi penasaran melihat sumire yang tampak sangat serius.

"Mulai besok aku bakalan urus surat pindah sekolah."

Wajah kawaki berubah.

"Maksud kamu ?" Tanya kawaki kemudian.

"Aku bakal ikut papah dan tinggal di kota lain. Aku seneng karna sempat habisin banyak waktu sama kamu !" Jawab sumire.

"Huh ?" Lirih kawaki.

"Kamu inget waktu kamu nolongin aku di stasiun ? Sebenarnya waktu itu aku udah rencanain pergi ke tempat papa dan menetap disana. Tapi aku hampir kemalingan disana dan kamu yang nyelametin aku." Jelas sumire.

"Kalo kamu gak nolongin aku entah gimana nasib aku waktu itu." Lanjutnya.

"Jadi karna kamu sudah nolongin aku dan aku pengen ngebantu kamu juga. Aku bertahan disini karna kamu." Tambahnya kemudian.

Kawaki mematung tanpa berkata-kata. Sumire masih memberinya seulas senyum meskipun air matanya tidak bisa di sembunyikan.

"Gak tau kenapa, tapi harus pisah sama kamu.. ini sakit banget.." Lirih sumire kemudian.

Akhirnya di pergi meninggalkan kawaki yang mematung.

.

.

.

JANGAN LUPA VOTE ⭐

"2375 Days" [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang