DAY 30 - KAWAKI & EIDA

159 25 0
                                    

Malam hari, sumire sedang termenung di kamarnya.

Gadis itu duduk di meja belajarnya yang berhadapan langsung dengan kaca jendela kamarnya.

Di luar hujan sangat deras tanpa henti, begitupun sumire yang tidak hentinya memikirkan kawaki.

Gadis itu ingat betul bagaimana pemikirannya yang membuat dia setuju untuk mencoba menjadi eida di kehidupan kawaki.

Sumire tidak begitu dekat dengan kawaki selama ia mengenalnya. Bisa dibilang memang tidak dekat.

Kawaki adalah salah satu dari anak-anak anti sosial di sekolah. Yang membuatnya berbeda di matanya adalah kawaki tidak pernah membuat ulah seperti berkelahi dengan siswa manapun dan taat pada peraturan sekolah.

Boruto, iwabe, mitsuki, inojin, denki, metal lee bahkan shikadai yang menjadi salah satu siswa paling berprestasi beberapa kali pernah melanggar aturan.

.

Sumire selalu tertarik memperhatikan kawaki.

Meskipun orang itu sangat cuek dan dingin, sumire berpikir bahwa dia selalu menyukai lelaki seperti itu.

Tapi kenyataannya, sumire tau bahwa kawaki menjalani hubungan dengan eida, kakak kelasnya waktu itu.

.

Eida gadis yang sangat cantik. Dia seperti primadona di sekolahnya. Eida adalah kakak kelasnya yang sangat ramah juga. Dulu dia bahkan berpikir eida terlalu baik untuk kawaki.

Namun sekarang bagi sumire, pemikirannya saat itu adalah salah. Kawaki sangat mencintai eida. Kawaki bahkan tidak bisa hidup normal tanpanya.

Eida seharusnya menjadi gadis yang sangat beruntung memiliki kawaki.

Sumire mengetahui fakta bahwa eida pergi meninggalkan kawaki untuk melanjutkan study di luar negeri.

.

Memang tidak ada yang salah dengan itu, tapi eida memutuskan untuk mengakhiri hubungannya meskipun kawaki sendiri memintanya untuk bertahan dalam situasi LDR.

Dia tidak tau apa yang membuat eida memilih mengakhiri hubungannya dengan kawaki. Apakah eida tidak suka menjalani LDR ? Mereka menjalani hubungan yang cukup lama dari sekolah menengah. Apa semudah itu memutuskan hubungan yang terjalin cukup lama ?

.

Sumire tidak mengerti itu, tentu karna ia tidak memahami apapun tentang suatu hubungan yang berasal dari 'Cinta'.

Dia tidak pernah merasakan hubungan seperti itu. Selama hidupnya, dia tidak pernah menjalani hubungan dengan seseorang.

Hidupnya di penuhi dengan buku pelajaran, komik, juga novel. Ia membaca kisah cinta dan juga sangat menyukai itu. Tapi sumire selalu menemukan konflik menyakitkan di setiap kisah cinta yang pernah ia baca.

.

Dia sangat takut terluka. Sekarang dia melihatnya sendiri pada kawaki. Entah kenapa dia mengerti dengan rasa sakit yang kawaki rasakan, meskipun dia sendiri tidak pernah merasakan itu sebelumnya.

Tiba-tiba dia memikirkan hubungan kedua orang tuanya juga. Sumire memandang foto ibu dan ayahnya di meja belajarnya.

"Pah.. maah.. Punya hubungan sama orang lain itu, nyakitin kan ? Dulu, kalian selalu bertengkar di depan aku dan akhirnya memutuskan berpisah. Waktu itu, bukan hanya kalian yang ngerasa sakit, aku juga." Lirih sumire.

Air matanya jatuh.

"Aku gak tau, apa yang aku lakukan ini benar atau salah. Aku cuma mau nolongin dia. Aku gak mau dia seperti kalian yang kehilangan hidup karna kehilangan cinta" Lanjutnya.

.
.

Di keheningan, seseorang mengetuk kaca jendela kamarnya.

Sumire terkejut lalu segera mengusap air matanya.

"Kamu belum tidur ?" Tanya seseorang di balik kaca jendela kamarnya.

"Kawaki ?" Lirih sumire yang dengan mudah menebak pemilik suara tersebut.

"Benerkan kamu belum tidur"

"Dari mana kamu tau ?"

"Kamu belum ngecall aku"

Sumire terdiam.

Kawaki juga diam.

Tiba-tiba dering handphone kawaki berbunyi.

Kawaki melihat layar hpnya yang ternyata itu panggilan dari sumire.

Kawaki tersenyum dan mengangkat panggilan suara tersebut.

"Kamu gak perlu dateng kesini cuma buat ngingetin aku soal ini. Aku tau kok kewajiban aku" Ujar sumire di ujung telepon.

"Aku kesini bukan soal itu kok" Jawab kawaki.

"Jadi ?"

"Aku tunggu kamu di taman senju di atas bangunan tua."

"Buat apa ? Kamu tau kan hujan lagi deras banget !"

"Aku duluan"

"Kawaki ?!!"

Sumire bangkit dari kursinya.

.

"Dia kenapa lagi sih ?"

Sumire bergegas keluar rumahnya dengan menggunakan payung milik kawaki.

Tak lupa dia memakai jaket tebal.


.


Gadis itu menyusuri hujan dalam suasana gelap dengan bantuan cahaya lampu di jalanan.

Dia kemudian tiba di taman senju.

Dia segera menaiki bangunan tua tempat kawaki menunggunya disana.

Dengan napas terengah-engah, gadis itu akhirnya sampai di atas bangunan tua dan menemukan kawaki disana.

Kawaki sedang duduk santai. Tidak ada payung. Tentu sumire sudah melihatnya basah kuyup.

"Orang yang paling siaga soal hujan, malah_____??" Batin sumire.

.


.


.

JANGAN LUPA VOTE ⭐

"2375 Days" [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang