Sudah seminggu semenjak kejadian itu. Sumire selalu berusaha untuk bertemu kawaki di sekolah.
Gadis itu selalu mencarinya di kelas namun kawaki selalu absen akhir-akhir ini.
Ia akhirnya memutuskan untuk meminta bantuan pada boruto selaku keluarga kawaki.
.
"Kawaki ? Tumben nanyain dia ?"
"A-aku ada urusan sama dia"
"Woahh, jadi urusan apa ?"
"Mau nagih utang.."
"HAH ?!! DIA NGUTANG ? DARI KAPAN ?"
"MAU SEBULAN.. AKU BELUM DAPET GAJI DI TEMPAT MAGANG, JADI AKU BUTUH UANG SEKARANG"
"BERAPA UTANGNYA ? BIAR AKU YANG BAYAR. SI BRENGSEK ITU !" Gerutu boruto.
"HEH ?! Jangan ! Pokoknya harus dia yang bayar, kalo gak aku gak ikhlas. Plis bantuin aku ketemu dia !"
"Huh ? Kamu mau ngamuk di rumah aku ?"
"Enggak gitu juga, boruto.."
"Yaudah deh, pulang sekolah aja gimana ?"
"Oke ! Janji ya !"
Sumire pun berlalu.
.
Teng teng teng..
Bel jam akhir pelajaran pun terdengar. Seluruh siswa pulang dengan suka cita.
Sesuai janji, boruto pun menemani sumire bertemu kawaki di rumahnya. Dalam perjalanan mereka sesekali mengobrol.
"Kamu yakin mau langsung nangih ke orangnya ? Kamu gak takut sama dia ? Biasanya sih gak ada yang mau berurusan sama orang kayak dia."
Mendengar itu, sumire menelan ludahnya.
"Di-dia pernah bunuh orang ?" Tanyanya dengan gelisah.
Boruto tertawa kemudian.
"Enggak lah ! Auranya aja yang kayak iblis !" Jawab boruto yang masih merasa geli.
"Tapi kamu tenang aja ! kalau dia kasar, kita gebukin dia berdua." Lanjut boruto.
Sumire tertawa mendengar itu.
"Mm, oiya denger-denger dia udah beberapa hari ini gak masuk ? Sakit ?" Tanya sumire kemudian.
"Gak juga kalo keliatannya. Sakitnya di dalem, jadi susah sembuhnya! Kamu ngertikan ? Akhir-akhir ini dia murung. Di ajak ngomong jarang di respon. Mau makan aja, makanannya di anter hima atau ibu ke kamarnya. Si budak cinta itu sekalinya patah hati, nyusahin sekeluarga !"
Wajah sumire mulai berubah dia tampak mulai khawatir.
"Dia gak apa-apakan ??" Lirihnya kemudian.
"Tapi makanannya tetep habis kok ! Bukti kalo dia masih pengen hidup lebih lama"
Sumire hanya tertegun mendengar itu.
.
.
Mereka akhirnya tiba di depan rumah. Tidak ada orang disana. Menurut penjelasan boruto, orang tuanya dan juga adiknya himawari sedang berada di luar kota.
Boruto lalu menuntunnya ke lantai 2.
Tepat di depan pintu kamar kawaki, boruto pun mengetuk pintu beberapa kali sembari memanggil nama kawaki.
5 kali panggilan bahkan tidak ada jawaban yang diberikan kawaki.
Dengan kesal boruto pun berteriak.
"KAWAKI, GAK USAH PURA-PURA BUDEK ! KELUAR GAK ! INI UTANGNYA DI BAYARIN ! ORANGNYA DATENG NAGIH !"
Ucapan boruto itu sontak membuat sumire terkejut bukan main.
Dalam sekejap, pintu kamar terbuka dengan kasar.
"UTANG APA ?!! HAH ?!!"
Terlihat kawaki yang muncul dengan wajah kesalnya.
"JANGAN-JANGAN KAMU IZIN SEMINGGU MAU NGINDARIN UTANG YA !?" GERUTU BORUTO LAGI.
"Ahh, boruto tunggu dulu ! Ini bisa diselesein baik-baik. Tolong biarin aku sama dia ngomong berdua bentar." Sambung sumire yang coba menengahi pertengkaran yang tidak disangkanya.
Kawaki melihat kehadiran sumire dengan tatapan sengit.
Boruto lalu meninggalkan mereka berdua atas permintaan sumire.
"Kamu ?!" Ujar kawaki langsung saja.
"Aku minta maaf, aku gak punya cara lain biar bisa ketemu sama kamu" Jawab sumire sembari mengatup kedua tangannya untuk meminta maaf.
"Kita gak pernah ada urusan !"
"Boleh aku masuk dulu ?"
Mendengar itu kawaki tersenyum kecut.
"Kira-kira siapa kemarin yang ngusir setelah ngasih tamparan keras ?"
Sumire terdiam.
"Masuk !" Ujar kawaki.
Kawaki menggeser sedikit tubuhnya dan membiarkan sumire masuk ke kamarnya.
Ia lalu menutup pintu.
Sumire duduk di sofa yang berada tepat di depan ranjang kawaki.
Kawaki duduk di sisi ranjang berhadapan dengan sumire.
"Jadi ?" Tanya kawaki dengan sikap yang dingin.
.
.
.
JANGAN LUPA VOTE ⭐
KAMU SEDANG MEMBACA
"2375 Days" [END] ✓
Fanfiction"...Kamu berhasil nyelamatin aku dari rasa sakit kehilangan eida. Aku bahkan gak pernah berfikir aku bisa buka hati lagi ke orang lain, tapi kamu berhasil matahin itu. Tapi sayangnya kehadiran kamu hanya sebentar. Kamu justru ngelakuin hal yang sama...