Selamat menjalankan Ibadah Puasa bagi yang menjalankan!
Ada yang masih nunggu? 😂
Warning : Typo bertebaran
HAPPY READING
Sakura menangis tergugu. Dia ingin marah pada Sasuke yang sudah membohonginya. Namun, mendengar kabar Itachi yang terluka parah paska terjatuh dari atas tangga lebih membuat hatinya berdenyut nyeri. Berbeda dengan Sasuke, Itachi mungkin baru mengetahui tempat keluarganya berada.
Dalam surat tidak dijelaskan secara pasti apa yang menyebabkan Itachi berguling di tangga. Sasuke sudah akan bersiap pergi. Memacu waktu dengan pelaksanaan sidang kedua.
Biar bagaimana pun ini adalah pilihan sulit bagi pria itu, Sakura tahu. Perasaan resah itu kian terasa ketika dia berada dalam pelukan sang suami. Lelaki itu mengatakan kebimbangannya. Antara pergi atau mengirim orang.
"Saya ikut," kalimat yang Sakura katakan berulang kali ketika Sasuke harus pergi. Sekaligus menemui keluarganya yang pergi dengan rasa kecewa.
Berulang kali juga, Sasuke menghela napasnya yang berat. Barang kali permintaannya justru memberatkan.
"Kita tahu, kondisinya sedang tidak bagus." Pada akhirnya, Sasuke harus membuka percakapan. Mengusap-ngusap pucuk kepala istrinya seakan akan menyalurkan ketenangan. "Dari segi mana pun, kamu target utama musuh. Perjalanan ini lumayan memakan waktu dan aku harus kembali sebelum waktu nanti."
Banyak skenario terburuk yang mungkin akan terjadi selama perjalanan. Mungkin mereka akan selamat ketika pergi. Berita Itachi terluka belum banyak yang mengetahui. Apalagi celaka di kediaman keluarga permaisurinya. Ketika musuh mulai mengendus, bukan tidak mungkin kepulangannya jadi bencana.
Sakura mendongak ragu, pipinya memerah karena kesedihan. "Saya ingin bertemu mereka."
"Tunggu situasi aman." Sasuke menunduk. Walaupun ragu, dia berjanji akan sekalian meminta izin lagi.
Ketukan pintu yang menandakan waktu keberangkatan membuat pelukan mereka terurai.
"Permaisuri, maafkan aku!" Sasuke menunduk dan mengecup kening istrinya. Dia tidak menyangka kebohongannya akan terungkap secepat ini, tapi di sisi lain dia merasa bersyukur. Tidak ada lagi yang perlu dia tutupi.
Begitu Sasuke sampai di tempat kereta kuda, keadaan Mikoto tidak lebih baik dengan Sakura yang kini menggendong Rein yang sedang aktif menggapai-gapai sesuatu yang menarik perhatiannya.
Sekelompok tim medis profesional Sasuke boyong untuk berjaga-jaga.
"Itachi pasti akan segera pulih, Ibu." Sasuke memeluk ibunya lembut. "Semua akan baik-baik saja. Tolong jangan terlalu banyak pikiran yang akan membuat Ibu sakit!"
Mikoto tidak bisa berkata-kata, dia menyentuh pipi tegas putranya dan mengangguk. "Pergilah! Anda juga hati-hati di perjalanan."
Sasuke mengangguk sebelum menatap Sakura. Dia juga sudah berpamitan pada putranya tadi. Tinggal putrinya yang masih berdiri kaku di belakang Sakura.
Seolah terhipnotis, Sarada melangkah maju. Mendekati sang ayah. "Sarada ikut, ya?" Bukan menyambut rentangan tangan Sasuke, Sarada justru mengajukan permintaan. "Sarada akan patuh dan tidak akan merepotkan. Janji."
Sasuke membuang napas dalam. "Sarada..."
"Sarada tidak pernah rewel di jalan, My Lord. Dia sering ikut Kak Itachi untuk perjalanan jauh." Sakura mengizinkan Sarada pergi. Di perjalanan pulang nanti, pria itu bisa menitipkan Sarada. Sakura yakin, Haruno tidak sejahat itu untuk mengusir Sarada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reborn, My Lord
RandomKesengsaraan yang harus dibayar. "Anda telah membebaskan beban saya, My Lord. Saya senang" "Kecerobohan Saya karena terlalu terburu-buru, jadi Saya selamat. Lagi." #WattpadFanficID #TrueFanficIndo .