13

3.8K 331 80
                                    

Assalamualaikum readers🙏

Marhaban ya Ramadhan bagi readers yang menjalankan, semoga diberi kelancaran dalam menjalankan ibadah puasanya. Amiin.

Maaf banget ya aku baru bisa update. Sejujurnya aku punya banyak waktu luang. Tapi ya gitu, nulisnya perlu mood. 😂✌️

Makasih banget kalian masih mau nunggu dan baca cerita aku. Ditunggu vote & comment nya ya. Kalian bebas kok jika mau bantu koreksi. Cerita ini belum ku edit, dan yakin banyak typo. Mohon dimaklumi 🙏

Makasih juga yang gembor2 di papan pesan aku, aku merasa terpancing untuk nulis loh 🤣... Tapi jangan sering2

Oh ya, bantu vote juga bagi yang belum vote dari chapter satu ya. Terimakasih lagi. 😊

HAPPY READING


"Saki." Itachi menghampiri Sakura mata hitam pekatnya menemukan siluet merah muda, ia telah berkeliling sejak tidak menemukan keberadaan Sakura di rumah dan di klinik tempatnya bekerja. Petugas klinik lainnya pun tidak mengetahui dengan mengaku sudah berganti shif kerja.

"Dari ma--. Saki, ada apa?" Semakin dekat bisa Itachi lihat keadaan Sakura yang tidak baik-baik saja. Kusut. Berantakan. Jangan lupakan bekas airmata.

"Siapa yang melakukan ini?" Itachi tidak bodoh apa yang telah menimpa Sakura. Ia hidup didunia bebas. Pemandangan seperti ini bukanlah pertama kali. Tapi kenapa harus Sakura juga, yang selalu ia anggap sebagai adik yang harus dilindungi.

"K-kak." Sakura menyahut lirih. "D-dia disini." Sekilas Itachi tercenung. Merasa bingung untuk sesuatu yang belum tau arus mana untuk mereka lalui. Ia hanya membawa Sakura dulu, terlepas dari status adik ipar yang melekat apik pada diri Sakura.

"Kalian bertemu?" Itachi tak kalah menyahut lirih. Sakura memalingkan wajah malu. Sesuatu tercela memang telah terjadi. Dan Itachi tidak seharusnya menegaskan.

Sakura tidak lagi menangis dihadapan Itachi, airmata seolah telah terkuras habis dibawah kuasa Sasuke. Penampilan sudah sangat jelas dan perkataan 'dia' sudah sangat diketahui Itachi untuk enggan untuk sekedar memanggil nama kekuasaannya.

Perlahan Itachi merengkuh Sakura dalam pelukannya. Berusaha sedikit saja mampu memberikan ketenangan. Sesuatu yang sudah susah payah Sakura raih setelah benar-benar terlepas dari kekaisaran. Dan Itachi kembali harus menyayangkan sikap Sasuke setelah mendengar isakan lirih Sakura. Dia sangat tahu, Sakura tidak ingin terlihat lemah tadi, tindakan spontannya berhasil menarik segala kemelut yang dikhawatirkan.

"Jangan takut. Maaf, aku terlambat." Bisa Itachi rasakan gelengan ringan pada tubuhnya. Sakura tidak menyalahkannya.

"Kita akan segera pergi. Kau mau?" Sekali lagi hanya gesekan pada tubuh yang menjadi jawaban. Dan anggukan membuat Itachi yakin, mereka benar-benar harus pergi.

"Lord dalam keadaan mabuk. Dia tidak akan ingat." Itachi semakin mengetatkan rahang. Berusaha mengatur nafas. Sesungguhnya ia tidak bisa membenci adiknya hanya karena Sakura. Dialah yang memilih menggantikan peran Sasuke. Tapi jauh dilubuk hatinya ia ingin menghajar wajah Sasuke karena telah menyia-nyiakan seorang wanita, terlebih telah memberinya keturunan.

"Itu lebih baik."
.
.
.
.
.
"Aku meniduri seorang wanita. Dokter itu."

"K-kau... Apa?" Naruto jelas terkejut dengan sikap sembarangan Sasuke kali ini. Ia tadi hanya pergi sebentar. Setelah masuk motel ia ingin memastikan keadaan junjungannya paska pemeriksaan. Dan yang dilihat adalah kondisi kamar yang berantakan, juga tubuh telanjang Sasuke. Sendiri. Bisa dilihat ada obat pereda mabuk diatas meja. Asli. Bukan obat perangsang yang sengaja dicampurkan untuk menjebak Sasuke sebagai Kaisar. Naruto yakin status penyamaran mereka masih belum terbongkar.

Reborn, My LordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang