Selamat malam.... Up🙌🙌
Semoga kalian sehat selalu, dan masih ada yang melek... Ku update mungkin kedalaman...
Warning: Typo, rancu, gaje
Langsung baca aja...
HAPPY READING
Setelah melewati perdebatan panjang, yang berakhir dimenangkan oleh Sasuke. Mereka akan kembali ke kekaisaran. Menunggu hingga Sakura pulih dan Rein bisa aman dibawa bepergian.
"Mengapa Anda begitu memaksa? Kami sudah sangat baik-baik saja tanpa Anda." Sejenak Sakura bisa melihat raut pedih diwajah Sasuke. Tapi diabaikan saat raut sangarnya lebih mendominasi.
"Benar. Aku memaksa. Tidak seharusnya kalian ada disini. Apapun alasannya."
Namun, Sasuke tidak bisa terlalu lama meninggalkan pekerjaan. Ia dan Sarada pulang lebih dulu, itu pun dengan harus dibujuk. Tebak siapa yang membujuk? Bukan. Bukan Sasuke yang kaku. Tentu saja Naruto. Sasuke memang mengajak Sarada. Tapi jika ditolak, ia bisa apa. Namun, setelah mendengarkan perdebatan Sarada dan Naruto, Sasuke jadi tahu ada keinginan untuk pergi ke ibukota dalam cita-citanya. Sasuke tak perlu menyembunyikan rasa bangga pada putrinya. Karena, disanalah tempat Sarada seharusnya.
Prajurit kekaisaran sudah bersiaga di tempat tiga anggota Itachi, tujuannya untuk membatasi pergerakannya. Bukan hal tidak mungkin, selama Sasuke pergi, mereka merencanakan untuk melarikan diri. Bawahan Gaara juga siaga ditempat Sakura. Meski Sasuke juga tidak seratus persen percaya, bisa saja setelah Matsuri bebas, Gaara berkhianat.
Tentang Matsuri, entah kehebohan apa yang akan terjadi ketika anggota kekaisaran melihat Sarada nanti. Yang jelas ia sudah tidak sabar. Tapi mungkin Gaara lebih tidak sabar hari ini datang.
"Apakah masih jauh, Paman?"
"Ayah. Biasakan dengan memanggilku Ayah." Sarada mencibir.
"Sebentar lagi sampai."
"Kita sudah memasuki ibukota terlalu jauh. Apa tidak akan tersesat. Ingatan Rara putus-putus. Tadi banyak yang belum pernah Rara lihat jadi fokusnya berkurang." Sarada menampilkan raut berpikir. Serius. Namun nampak menggemaskan.
Sasuke tersenyum tipis. Tangan kanannya terulur mengusap puncak kepala Sarada. "Jangan terlalu dipikirkan. Sarada mau kemana? Bilang saja. Akan ada yang mengantar Sarada nanti."
"Siapa? Tapi kata paman, mandiri lebih baik, dengan cerdas kita tidak akan mudah ditipu. Sarada suka mengingat jalan agar tidak tersesat." Siapa yang tidak bangga memiliki putri cantik dan cerdas? Sasuke merasa menyesal telah melewati pertumbuhan Sarada yang luar biasa.
Kereta kuda berhenti, Naruto mengetuk pintu kemudian membukanya. "Kita sudah sampai, My Lord." Kening Sarada mengernyit bingung.
Pun ketika keluar kereta kuda. Mulut Sarada menganga tidak percaya. Melupakan tanda tanya yang akan dilontarkan pada Sasuke. Bangunan didepannya megah sekali. "Silahkan masuk, My Princess." Lagi. Panggilan Naruto membuat Sarada semakin bingung.
"Bi-bibi Karin mana?" Sarada mulai merasa takut. Biar bagaimana pun juga, baik Naruto atau Sasuke adalah orang baru. Meski katanya Sasuke adalah ayahnya.
Naruto memberikan cengiran nakalnya. "Kenapa? Tadi, rombongan Bibi Karin berbelok ke arah rumah kami." Sarada mendengus.
Lalu Sarada mendongak ke arah Sasuke yang juga menatapnya. "Sarada mau pulang."
"Ini rumahmu."
"I-ini--"
"Apa yang kamu takutkan? Ayo masuk!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Reborn, My Lord
RandomKesengsaraan yang harus dibayar. "Anda telah membebaskan beban saya, My Lord. Saya senang" "Kecerobohan Saya karena terlalu terburu-buru, jadi Saya selamat. Lagi." #WattpadFanficID #TrueFanficIndo .