Selamat Sahurrrrr....
Warning: typo bertebaran
HAPPY READING
Delapan tahun lalu, Sakura masih menjadi sosok yang tidak memiliki tujuan hidup. Bahkan setelah dunia jungkir balik dan dia harus menjadi salah satu penghuni zaman kolosal. Entah ini merupakan masa lalu atau masa depan, atau bahkan masa yang bukan saling bersinggungan.
Sakura meyakini makna dari hidupnya bukan hanya tentang dirinya. Mungkin dia ditakdirkan untuk mengubah catatan Lady Sakura atau justru menyelamatkan senyum manis Sarada. Namun begitu, suatu saat dia juga ingin tahu makna seperti apa yang digariskan tubuh aslinya di suatu tempat dimana dulu dia memutuskan untuk bunuh diri.
Namun dari pada memikirkan hal rumit yang tak masuk di akal selama menjalani kehidupan baru, Sakura tidak percaya bisa membolak balikan perasaan sang kaisar juga. Tidak menyangka titik ketakutan yang menyebabkan dia dan Sarada pergi menjauh bisa diungkap. Hal yang menurutnya mustahil karena dulu, dia begitu kesepian.
Ah... Dia lupa punya Karin dan Ino. Jadi, tidak benar-benar kesepian memang. Hanya saja, dukungan dari mereka saja tidak cukup. Biar bagaimana pun keduanya tidak bisa menggerakkan klan setangguh laki-laki. Namun Sakura sangat bersyukur, berkat mereka Sarada-nya masih hidup. Hingga kebenaran ini tersampaikan pada Sasuke.
Takdir jugalah yang membawanya pada hari ini. Hari persidangan yang disaksikan pejabat negara. Dinantikan seluruh rakyat Konoha. Tentu saja, oleh dirinya sendiri. Sakura tidak akan lupa aura membunuh saat kedua bersaudara Hyuga itu berdiskusi tentang pembunuhannya di masa lalu.
Sasuke baru tiba dua hari sebelum sidang dimulai. Seperti prediksi Sakura, Sarada tetap tinggal di sana dan keadaan Itachi memang mengkhawatirkan.
Namun, Sakura memang harus menekan kesedihan sesuai nasihat suaminya. Itachi pastilah sudah menaruh wejangan pada Sasuke untuknya. Yang dikabarkan sudah sadarkan diri dan bisa diajak kerjasama untuk tetap tinggal di sana menjalani pemulihan.
Jalan persidangan sudah berjalan sejak lebih dari satu jam lalu. Belum ada dari dirinya dan Sasuke untuk bicara saat bukti dan bantahan saling berbenturan.
Sakura tersenyum haru, tangan Sasuke belum melepaskan tautan mereka sejak keluar kamar tadi. Banyak juga pendukung yang tidak pernah Sakura sangka.
Jejeran Mikoto siaga paling depan. Karin dan Ino yang menjadi saksi dikawal tim elit. Ah, bahkan orang-orang Sasuke beserta pengikutnya. Ditambah penyalahgunaan kekuasaan Hyuga yang menyebabkan Sasuke selalu menunda persidangan karena kurang bukti.
"Saya tidak tahu, kenapa pada akhirnya mereka mendukung saya." Sakura mendongak, tapi tidak sekali pun Sasuke ikut menatapnya balik.
"Karena itu kamu," jawab Sasuke pada akhirnya.
Sakura menggeleng pelan, "karena sekarang saya punya Sarada dan Rein." Sakura turut mengikuti arah pandang Sasuke. Berbeda dengan pria itu yang balik memandang sisi wajah istrinya dari samping.
"Aku tidak harus bagaimana kamu percaya, tapi aku melakukan ini untuk istriku."
Sakura merasa dunianya berhenti sejenak, sebelum pada akhirnya keduanya bertatapan. "Baiklah." Sakura tidak bisa menyembunyikan senyum kecilnya. "Namun mereka mungkin lain cerita."
Golongan pejabat bahkan ibu suri yang ikut andil dalam penyelidikan tidak akan repot-repot memikirkan reputasi sebuah lady terbuang dari sebuah bangsawan.
"Alasan mereka tidak penting. Sarada dan Rein kita tidak akan menjadi boneka milik mereka." Sasuke telah melihat sendiri secerdas apa putrinya. Ada pun tentang Rein, dia pasti akan menunjukkan sisi paling menonjol dalam dua atau tiga tahun lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reborn, My Lord
RandomKesengsaraan yang harus dibayar. "Anda telah membebaskan beban saya, My Lord. Saya senang" "Kecerobohan Saya karena terlalu terburu-buru, jadi Saya selamat. Lagi." #WattpadFanficID #TrueFanficIndo .