Hello guys....
Masih adakah yang mampir?
Tetap safety dan jaga kesehatan ya guys...
Warning : Typo, gaje, rancu, 18+HAPPY READING
"Apa pekerjaan disini kurang layak?" Sasuke memandang Gaara datar.
"Tidak. Hanya saja kami sudah nyaman disana. Lagi pula, saya senang bisa membantu anak-anak disana."
Sasuke melirik ke arah Matsuri yang menggendong putrinya dan Shinki. "Baiklah. Aku hanya bisa memberikan status kewarganegaraan dan beberapa hadiah kecil jika begitu."
"Seharusnya tidak perlu repot. Tapi kami memang butuh status pengakuan." Gaara mengusap lembut rambut Shinki, yang selalu dia khawatirkan masa depannya.
"Kapan kalian pergi ke Kumo?"
"Lusa, My Lord."
"Diizinkan."
Matsuri tersenyum senang. Dia sudah terbiasa hidup biasa. Lingkungan kekaisaran jelas bukan tempatnya. Dan meski begitu, Gaara masih tetap mendukungnya.
.
.
.
.
.
"Aku akan datang saat dewasa nanti, kau tidak akan kesepian."Sarada memalingkan muka. Shinki berkata seolah berjanji. Padahal, tidak ada dari keduanya yang tahu kemana keegoisan orang tua membawanya.
"Akan lebih baik aku ikut. Tapi itu tidak mungkin."
"Kenapa? Kau yang paling semangat untuk berada di Ibukota. Ku dengar kau juga telah mengajukan surat pada kaisar." Shinki melirik Sarada datar.
"Itu sebelum aku tahu. Jika aku dibuang."
"Jangan mendengarkan apa kata orang, bisa saja mereka menjatuhkanmu."
"Shinki, yang mengatakan adalah pamanku. Lagi pula, biar pun aku tahu ternyata punya ayah, kita tidak benar-benar berbicara. Hal yang paling aku sesalkan adalah dia menjauhkanku dari Mama."
Shinki menoleh, mereka adalah dua anak pendiam di Sekolah. Bukan karena dikucilkan, justru mereka berada diatas rata-rata. Dan kini, dia tahu dari mana asal kemampuan itu. Anggota pemerintahan. Didikan mereka dirumah bukan main-main. Namun, tidak seketat dalam peraturan kekaisaran. Mereka masih bisa berbaur dengan anak lain, dan berbagi cerita dengan keluarga. Sedikitnya, Shinki mengerti keadaan Sarada yang jungkir balik.
"Kau bukan orang yang cengeng, meskipun manja. Saranku hanyalah, pertahankan kemampuanmu!"
Sarada berbalik, menghadap Shinki yang tidak pernah menampilkan ekspresi apapun. "Aku tidak—"
"Kau bisa. Jika saja jangan pedulikan mereka, termasuk orang tuamu yang sekarang kau anggap tak menyenangkan."
Shinki berbalik berlawanan arah dengan Sarada. "Aku pergi dulu. Yah, abaikan saranku."
Sarada mendengus kesal. Teman yang dia kenal akan pergi. Bibi dan Pamannya juga. Dia hanya punya Itachi untuk saat ini. Itu pun harus jaga jarak karena kedua pamannya berakhir bertengkar saat dia datang.
.
.
.
.
.
Karin masih tak habis pikir, Naruto masih mengurungnya di Mansion. Dia tidak bisa mengikuti pergaulan kelas atas. Tidak bisa belanja, kuliner, jalan-jalan, bahkan menemui Sakura. Lebih tepatnya, langkah apa yang dilakukan Sakura agar terhindar dari sidang.Jika Sakura berkoar tentang rencana pembunuhan waktu itu pun, tidak ada bukti. Menuduh langsung Klan Hyuga bisa saja berbalik menyerangnya. Dan itu berbahaya karena Haruno tidak akan membantunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reborn, My Lord
RandomKesengsaraan yang harus dibayar. "Anda telah membebaskan beban saya, My Lord. Saya senang" "Kecerobohan Saya karena terlalu terburu-buru, jadi Saya selamat. Lagi." #WattpadFanficID #TrueFanficIndo .