Sasuke masuk ke ruang perawatan bayi. Pandangannya jatuh pada Sarada yang masih dipasang alat pernapasan. Namun telah berada diluar tabung bayi, sedang meraup rakus makanan dari sumber Ibunya, Ibu kandungnya, bukan Ibu susu, seakan tak pernah makan berhari-hari. Sakura berbaring mendekap Sarada penuh kasih sayang. Disamping ranjang ada Mikoto yang duduk dikursi, juga Maid mereka dan dokter Tsunade. Sasuke sendiri langsung berlari meninggalkan tumpukan berkas saat mendapat laporan bahwa Sakura keluar dari Kastil Blossom menuju Rumah Sakit.
Semua orang memberikan salam, Saat Sasuke mendekati ranjang. "Mengapa Ibunda membiarkan Lady Sakura keluar." mata Sasuke menuju ibunya.
"Kondisi Sarada memburuk, kupikir dia harus tau Ibunya sedang berjuang hidup jadi dia harus berjuang juga." jelas Mikoto, tak akan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
Sakura meragu, saat melihat kedatangan Sasuke. Keadaannya yang lemah rasanya semakin lemah. Dia hampir pingsan saat menyusui Sarada dalam kondisi duduk, itulah mengapa ada ranjang dewasa diruang perawatan bayi.
"Bagaimana kondisinya?" Tanya Sasuke pada Dokter Tsunade.
"Kita akan periksa setelah Tuan Putri selesai, Yang Mulia. Sepertinya Tuan Putri lapar." Dokter Tsunade menjawab sambil melihat Sarada yang rakus menyedot makanannya, tanpa peduli Ibunya yang sesekali meringis, entah memang sakit atau geli.
"Ibunda kembali saja, biar saya yang disini." Sakura tegang mendengar pernyataan itu, menampilkan raut wajah memelas kepada Mikoto untuk tidak meninggalkannya sendiri. Kecewa tak urung mendapatkan perhatian, wajah Sakura menjadi muram.
"Saya akan menunggu hasilnya, Yang Mulia." putus Mikoto pada akhirnya. Tak ingin memutuskan semangat Sakura yang baru tumbuh sebesar kecambah. Harus ada yang bisa mendukung Sakura jika tidak dia akan rapuh. Dan itu bukan Sasuke, pastinya.
Menyerah. Sasuke menghembuskan nafas lelah, akhirnya duduk disopa yang memang tersedia di ruangan tersebut. "Jangan memaksakan diri jika Anda lelah, Paduka Ibu."
"Tentu, Yang Mulia." Mikoto tersenyum lembut.
"Ibunda baik-baik saja, nak. Jangan Khawatir." Saat melihat raut wajah Sakura yang mungkin sadar tersadar Mikoto bisa kelelahan telah menemaninya sepanjang hari.
"Berjanjilah, Anda akan kembali jika Anda lelah." Ucap Sakura tulus, yang dibalas anggukan.
Satu jam berlalu Sarada sudah tertidur lelap tanpa sadar sudah melepaskan diri dari sang Ibu. Dokter Tsunade bergegas memindahkan Sarada ke ranjang bayi untuk diperiksa.
Sakura yang memang sudah pucat tak kuat menahan pusing. Mengerang pelan mencoba meluruskan badan dibantu Temari.
"Anda demam, My Lady." Ujar Temari khawatir saat memegang kening Sakura panas.
Mikoto mendekat, "Nak, kau butuh sesuatu."
"Tidak Ibu, Saya hanya perlu memejamkan mata sejenak." Sakura tak menolak saat nurse meletakan kain kompres di keningnya.
Oek oek oek
Tangisan lemah Sarada, mengalihkan atensi Sakura ke arah ranjang Sarada diletakan. Sasuke ada disana memperhatikan gerak gerik dokter Tsunade yang sibuk memeriksa.
"Kenapa dia rewel lagi?" Tanya Sasuke heran.
"Mungkin princess tidurnya terganggu." Tsunade dengan sabar menjawab.
"Tck. Sensitif sekali." Sasuke mendengus. Tindakan Sasuke, Mikoto artikan sebagai bentuk peduli terhadap anaknya.
"Jika tidak menangis, justru kita harus khawatir, Yang Mulia. Semakin kencang tangisan bayi, menunjukan bayi itu sehat, tentu saja dalam waktu yang wajar. Jika tidak mungkin dia sedang krisis atau bahkan meninggal."
KAMU SEDANG MEMBACA
Reborn, My Lord
RandomKesengsaraan yang harus dibayar. "Anda telah membebaskan beban saya, My Lord. Saya senang" "Kecerobohan Saya karena terlalu terburu-buru, jadi Saya selamat. Lagi." #WattpadFanficID #TrueFanficIndo .