Malam guys, selamat bobo bagi yang udah meraih mimpi di Pulau Bantal😂
Atau nunggu chapter ini? 🙌🙌🙌
Pesanku biar tetep bisa baca wp dengan nyaman... Paling utama tetap jaga kesehatan. Pola makan teratur. Kebersihan terjaga. Dirumah aja-- ngikutin himbauan. Bosen, tapi enak. Enak, tapi bosen. Semua merasakan.
Kita sama-sama saling berdoa untuk semua. Terutama kita pribadi dan keluarga, serta seluruh manusia dijauhkan dari virus yang mewabah ini. Dan yang sudah terlanjur terjangkit semoga segera disembuhkan. Amiin.
HAPPY READING
.
.
.
.
.
"Sa-sarada." Hanya ungkapan lirih, tapi Naruto jelas mendengar, dan Sarada mengernyit bingung dengan tangan kekar kasar namun terasa nyaman bertengger diubun-ubun kepalanya, juga gumaman seperti memanggil nama aslinya, namun Sarada tepis pemikiran orang asing ini tahu namanya, sangat tidak mungkin.Anehnya pria berambut kuning mendongak ke arah paman satunya lagi. Tanpa memperdulikan gambarnya. Ia lantas berdiri dan menggandeng...tidak, menyeret pria berambut hitam menjauh dari kelas, tentu saja setelah berpamitan singkat pada Paman Bee. Dan Sarada bisa melihat paman yang diseret itu melotot tajam pada temannya. Bukankah mereka sangat aneh?
.
.
.
.
.
"Apa-apaan kau, Naruto?" Mereka telah sampai di sisi pantai, ini sudah hampir sore, sehingga lembayung kuning menghiasi ujung lautan."Kau yang apa-apaan, jangan berhalusinasi terlalu tinggi, oh ini sangat jauh dari kastil, akan repot jika kau benar-benar gila oleh anak itu." Naruto memutar-mutar tubuh kalut, jengah, dan juga miris. Ia mengajak Sasuke kemari untuk melupakan segala kemelut dalam kepala putus asanya, bukan malah semakin melambungkan asa.
Naruto menjambak rambut putus asa. Misi hanya ia jadikan pengalihan. Ia tahu disini tak separah dalam pikirannya. Sehingga mereka punya waktu untuk sekedar menenangkan diri. Tapi jika sudah seperti ini Sasuke bukan tenang, ia malah akan mencari tahu tentang bocah yang tanpa sengaja menantang dirinya sendiri, kaisar perempuan pertama, konyol, laki-laki saja sering terjadi pergolakan politik, apalagi perempuan.
Naruto memandang Sasuke yang sudah mengalihkan pandangan pada lautan biru yang berubah menjadi kemerahan saat menjelang malam. Entah apa yang ada dalam isi kepalanya. Dan itu semakin tidak membuatnya tenang.
"Kita ke Kedai sana." Lagi. Naruto dibuat melongo oleh tingkah Sasuke. Dalam pikirannya Sasuke akan mencecarnya, menyeret pria itu sungguh sangat tidak sopan, ia tahu itu. Dan lagi kedai yang dipilih Sasuke sangat tidak berbobot, tapi Naruto mengerti Sasuke hanya ingin mabuk hari ini.
Mereka terdampar diruang khusus yang Naruto pesan, hanya menemani. Sasuke bukan orang lemah terhadap alkohol, ia tak perlu khawatir, tapi kali ini memang tidak tertarik bergabung.
"Seharusnya kau tidak memesan ruangan pribadi? Musuh bisa saja salah satu dari mereka."
"Jika hanya meminum satu atau dua gelas memang bisa dikatakan pengintaian, lihat kau memesan berbotol-botol yang ada kita justru yang diintai." Naruto menjawab jengah.
"Kau bisa pergi sendiri."
"Tidak." Sasuke menghela nafas berat. Naruto memang tak akan meninggalkan dirinya ditempat umum sendiri.
"Oke kita--"
"Tidak. Silahkan Yang Mulia kembali minum. Besok masih ada waktu untuk pengintaian jika itu yang Anda pikirkan." Ucap Naruto serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reborn, My Lord
RandomKesengsaraan yang harus dibayar. "Anda telah membebaskan beban saya, My Lord. Saya senang" "Kecerobohan Saya karena terlalu terburu-buru, jadi Saya selamat. Lagi." #WattpadFanficID #TrueFanficIndo .