12 🤴 Siapakah Fawzia Mehrunissa

34 5 3
                                    

Hari minggu telah datang, jam 02 siang Pangeran dan yang lainnya sudah berangkat ke tempat tinggal Arta sesuai dengan janji mereka sebelumnya. Hari ini mereka akan mencari tentang siapa orang yang berani meneror salah satu dari mereka. Ini bukan pertama kalinya Zia mendapatkan teror dan bagi Zia hal ini adalah hal biasa dalam hidupnya dan selama ini dia selalu bisa mengatasinya, kalaupun tidak pasti papanya akan turun tangan.

Hidup sebagai seorang Fawzia Mehrunissa itu bukanlah mudah, karakter yang ada pada diri Zia itu dia dapat karena menjadi anak dari kedua orang tuanya. Zia yang kadang bersikap anggun dan berbicara lemah lembut itu dia dapatkan dari mamanya dan kalau karakter yang keras, suka berkelahi itu dia dapat karena hidup dengan papanya.

Mama Zia adalah seorang Dokter hebat di sebuah rumah sakit besar, mamanya adalah orang yang lahir dari keluarga berpendidikan dan baik makanya mamanya Zia memiliki sikap yang lemah lembut dan beretika baik sedangkan suaminya, papa Zia adalah seorang preman orang yang ditakuti banyak orang, orang yang tidak berpendidikan sama sekali berbanding terbalik dengan mamanya. Tidak saja Fawzia, hampir semua orang yang mendengar fakta ini bertanya kenapa bisa mereka bersatu, apa yang dilihat oleh mamanya dari papanya, ganteng lumayan, tapi bukankah orang yang dari keluarga baik-baik dan berpendidikan seperti keluarga mamanya akan memilihkan suami yang baik untuk anaknya, bukan malah mengikhlaskan dengan seorang preman. Pernah Zia bertanya kenapa neneknya merestui hubungan papa dan mamanya, sang nenek hanya menjawab kalau dia yakin anaknya akan bahagia dengan pilihannya sendiri dan ternyata benar, meski hanya seorang preman, mamanya hidup bahagia dengan sang papanya. Sangat tidak masuk akal.

Zia harus bisa mengimbangi hidup antara kehidupan papa dan mamanya, hal itu dia pelajari dari kedua orang tuanya yang bisa menyesuaikan keadaanya. Jika berada dilingkungan sang mama maka tidak ada yang menyangka siapa papanya begitu juga kalau berada dalam lingkungan hidup papanya maka mamanya tidak akan memperlihatkan kalau dia adalah seorang dokter dari keturunan kaya raya, dia akan berpenampilan biasa.

" Assalamualaikum, sorry gue telat" salam Zia dan minta maaf karena dia terlambat

" Santai, kita juga baru datang kok" jawab Azka yang sedang asyik rebahan di lantai yang beralasan kasur lantai milik Arta, rumah tempat Arta tinggal cuman rumah kecil yang hanya punya satu kamar, tidak punya sofa empuk hanya ada kursi kayu seperti yang ada di tempat orang jualan pinggir  jalan yang hanya muat 3 orang dan sekarang kursi itu di duduki oleh Dewa dan Arta sedangkan yang lain duduk di lantai, ada yang di dekat Azka dan ada yang di atas tikar.

" Lain kali ganti tempat nongkrong napa? Gak enak duduk di lantai gini" gerutu Zia yang baru saja mendudukkan dirinya di lantai yang hanya beralaskan tikar tipis

" Kalau lo punya cara silahkan, gue udah coba seribu cara tapi gagal mulu" balas Azka yang sudah bosan meminta Arta untuk pindah tapi di tolak oleh Arta

" Kalian maunya dimana?" Tanya Arta semua orang menatap ke arah Arta, mereka semua tak percaya kata-kata itu diucapkan oleh seorang Arta yang sejak dulu selalu menolak ajakan untuk pindah tempat tinggal

" Di apartemen gue mau? Gak deng, disana banyak barang pujaan hati gue" saran Pangeran namun seketika dia berubah pikiran karena di apartemen banyak barang-barang dan seperti akan selalu didatangi oleh Azura nantinya

" Kalau mau nawarin itu yang pasti" ledek Bani

" Kalau di salah satu rumah papa gue gimana?" Tawar Zia.

" Mang bokap lo punya berapa rumah?"

" Gak ada gue ngitung"

" Gak deh, ketemu bokap lo aja kek ketemu malaikat maut gue"

" Tinggal di rumahnya bukan berarti lo akan ketemu sama papa. Lagian lo kan gak bakal tiap hari kesana, yang disana kan si Arta"

" Benar tuh, gue lihat si Arta lumayan dekat sama papa Zia"

Pangeran Elghava Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang